“Aku tidak tahu di mana salahnya, yang aku tahu, aku merindukanmu, Bu,” ujar Wang Yoo tulus. “Telah lama kami kehilangan sosok wanita lembut yang selalu membuai kami bergantian sebelum tidur. Ada apa denganmu, Bu? Ke mana perginya Lan Suying yang lembut dan penyayang?”
Sejenak, Suying terhanyut oleh ucapan Wang Yoo. Ingatannya kembali pada masa-masa saat Wang Su mulai belajar memegang pedang kayu pertamanya. Kala itu, Yoo’er baru berusia dua tahun dan dia sedang mengandung Mu Lan. Perhatian Wang Li hanya terpusat padanya.
Setiap kali Suying mengandung, ia akan mempergunakan kehamilannya sebagai alasan untuk terus dekat dengan Wang Li, memisahkannya dari Selir Chu dan kedua putranya. Namun, suatu sore yang cerah, di tepi Danau Kebahagiaan, Suying tanpa sengaja mendengar ucapan Wang Li pada Song Lin yang membuatnya tersadar bahwa semua yang terjadi padanya selama hidup di sisi raja adalah karena kebaikan wanita itu.
“Lin’e
Kediaman Raja, Istana BaratRanjang luas tempat tidur raja berguncang seperti dilanda gempa. Tirai putih tipis yang biasa digunakan sebagai penutup, lepas dari ikatannya. Wang Yang berguling gelisah ke kanan dan ke kiri, terkadang duduk dan kembali berbaring dengan kasar. Huazhi hanya bisa menggeleng dan mendesah melihat tingkah junjungannya yang tidak bisa ia mengerti maksud dan tujuannya.Zhaolin yang datang tergopoh-gopoh hendak melapor, seketika tercengang melihat kondisi ranjang yang berantakan dan bergoyang. Awalnya, ia menyangka kalau Wang Yang sedang bersama salah satu selirnya, tapi melihat Huazhi berdiri tegak dengan mata menatap lurus kea rah ranjang, Zhaolin berani memastikan bahwa raja sedang sendiri.“Tuan, apa yang terjadi dengan paduka?” heran Zhaolin dengan wajah bingung.Huazhi hanya menggeleng dan mengendikkan bahunya tanda kebingungan yang sama. “Entahlah, Tuan. Sejak kembali dari Aula Huanyang siang tadi hingga sekar
“Apa gambar ini bisa dipercaya?” tanya Wang Yang ragu. “Ini, yang mau kau katakan tadi?” tanya Wang Yang lagi seraya menunjuk lembaran kain di hadapannya.“Benar, Yang Mulia. Maaf, kalau hamba terkesan lancang. Jalur sutra itu yang raja Gao Ping jadikan mahar untuk menikahi Ming Lan.”“Jadi maksudmu, jalus sutra ini sudah menjadi milik Ziliang?”Ji Mong mengangguk mantap.“Jenderal, segera pelajari peta ini dan tempatkan mata-mata di setiap titik perdagangan. Aku ingin, semua pedagang gelap tertangkap saat mereka memulai transsaksi pertamanya. Kau mengerti?”Wang Yang melirik sekilas ke bawah kaki Deyun dan berusaha menyembunyikan senyumnya.Deyun, yang seyogyanya mengangguk, tertegun melihat senyum samar di bibir iparnya. Sampai-sampai, Wang Yang harus menegurnya demi mendapat jawaban meyakinkan dari Deyun.“Jenderal, apa kau mendengarku?”Deyun tergagap.
Pelataran Kuil BailongMatahari mulai condong ke barat, menyuguhkan sinar jingga kemerahan yang cantik dan menarik. Ingatan Wang Yang terbang ke masa di mana ia dan Huazhi terakhir kali datang ke kuil untuk menjenguk Song Lin dan mendapati kondisi kuil sudah disegel oleh Zhao Ziliang. Tanpa sadar, tangannya mengepal kuat, giginya gemerutuk saling beradu.Xu Jin setengah berlari menghampiri begitu melihat rajanya memasuki area kuil.“Yang Mulia,” sapa Xu Jin antara bingung dan canggung. “Ada keperluan apa Yang Mulia datang tanpa pemberitahuan?”“Kuil ini termasuk bangunan milik kerajaan Yongjin. Sudah sewajarnya aku kemari saat ingin berdoa, bukan?” Wang Yang berjengit. “Apa aku harus melapor padamu dulu sebelum datang?” tanya Wang Yang tak suka.“Ampun, Yang Mulia. Hamba bersalah.”“Antar aku berdoa,” tandas Wang Yang sambil meneruskan langkahnya.Di belakang, Xu
Senyum Wang Yang kian lebar. Ia terpaksa berdehem agar suara tawanya tidak keluar. “Maksud apa? Tidak ada maksud. Hanya mengantar hadiah pernikahan. Cepatlah, waktuku tak banyak.”“Cih, pergi saja sendiri! Untuk apa aku ikut menemui istrimu?” ketus Zening seraya berbalik memunggungi Wang Yang. “Hanya tiga hari aku hilang dan kau sudah menikahi wanita lain. Dasar mata keranjang!” imbuhnya dengan nada kesal.Wang Yang berbalik perlahan agar Zening tidak menyadarinya.“Kita batalkan saja pernikahan kita. Aku tidak sudi berbagi cinta dengan wanita lain, apalagi harus menjadi selir dari Nona Zhao. Mimpi saja sampai ajal menjemputmu!” umpat Zening.“Li Zening, kau menyumpahi seorang raja. Apa kau sadar hukuman yang sedang menantimu?” Wang Yang menekuk bibirnya ke dalam dan mengepalkan tangannya menahan ledakan kebahagiaan dalam hatinya.“Aku tidak peduli. Mungkin lebih baik mendekam di pen
Zhao Ming Lan tersentak bangkit dari kursi riasnya begitu mendengar salah satu pelayan mengabarkan kedatangan Raja Yongjin pada Gao Ping yang sedang melihatnya berhias. Bahunya menabrak kotak perhiasan yang dibawa salah satu pelayannya hingga membuat hiasan kepala mahal jatuh berantakan di lantai dan mengagetkan pelayan yang membantunya merias diri.“Nyonya, apa saya menyakiti Anda?” tanya pelayan perias ketakutan.Ming Lan hanya menggeleng, mata dan telinganya tertuju pada pelayan di balik tirai yang sedang berbincang dengan suaminya.“Xiao You, pergilah ke sana. Cari tahu siapa yang datang,” bisik Ming Lan mengusir pelayan dengan dagunya.Xiao You yang sejak tadi berdiri di samping Ming Lan segera mengangguk dan bergerak menuju tirai manik-manik. Perlahan, ia berjalan mendekati meja tempat teko air, berlagak mengambil segelas air untuk Ming Lan.“Apa kau bilang?! Siapa yang datang?!” panik Gao Ping seraya melet
“Apa yang sedang kau cari, Li Zening?” tanya Wang Yang sembari mendekatkan wajahnya.“Xu-xu Jin,” sahut Zening gagap.Mata Wang Yang melebar, pura-pura marah. “Begini sikapmu saat aku lengah sebentar saja? Bukankah tadi kau keluar bersama Nyonya Gao?”Begitu Wang Yang menyebut Nyonya Gao, ingatlah Zening tentang kesal hatinya karena Wang Yang membodohinya.“Lepaskan aku!” sungut Zening melupakan aturan kerajaan sambil melepaskan diri. “Jawab dulu pertanyaanku.”Wang Yang mengangguk pelan dan tersenyum samar. “Katakan.”“Bukankah kau berkata akan mengantar hadiah pernikahan untuk Ming Lan?”Wang Yang mengangguk sekali lagi. “Ya, benar. Apa kata-kataku ada yang salah? Atau mungkin kau yang salah mengartikan kalimatku?”Zening semakin kesal. Ia mengacungkan telunjuknya ke arah Wang Yang, tapi dengan cepat menekuknya kembali dengan marah
Penjara Bawah Tanah Kota Wu“Mana pria itu?”Mendengar suara komandannya, seorang prajurit segera bangkit dari kursi dan memberi hormat. “Ada di dalam sana, Kopral!” jawabnya lantang diikuti bentangan lengan kiri menjauhi tubuhnya.Yunxi berjalan ke arah yang ditunjukkan anak buahnya dan terkejut melihat dua pria dalam kondisi pingsan dan saling memenyandarkan punggung dengan tangan terikat menjadi satu. Yunxi berbalik dengan wajah kagetnya.“Kenapa ada dua?!” paniknya.“Mereka sedang bersama-sama saat kami hendak menangkap pria itu,” ujar prajurit itu menunjuk Xu Jin. “Pria yang satu hendak kabur, jadi kami putuskan untuk menangkap mereka berdua.”“Sial!” umpat Yunxi kesal. “Sekarang mereka pasti sedang curiga dan mencari budaknya.”“Lalu apa yang harus kami lakukan, Kopral?”Yunxi mengibaskan lengannya kesal. “Bawa mereka dan
“Dasar bodoh! Bagaimana bisa kalian menangkap pengawal Wang Yang?!” Gao Ping bangkit dari kursinya dengan wajah merah padam. “Cari mati!” hardiknya lagi.“Ampun, Yang Mulia. Saya tidak tahu kalau mereka adalah pegawai istana Yongjin. Saya hanya menerima laporan kalau sikap mereka mencurigakan. Jadi, saya perintahkan anak buah saya untuk—.”“Cukup! Aku muak dengan ocehanmu. Ayo, kita harus segera menjernihkan masalah.” Gao Ping keluar dari balik meja dan bergegas menuju halaman, berharap kedatangannya belum terlambat.Sayangnya, ketika Gao Ping dan Yunxi sampai, dua anggota Bulan Sabit sudah terkapar di tanah setelah menerima tendangan dan pukulan Wang Yang.‘Tamat sudah! Sekarang, apa yang harus aku katakan pada Wang Yang?’ batin Gao Ping panik.“Ada apa ini?!”Gao Ping yang berjalan mendekat dengan langkah lebar, nampak panik melihat dua anak buahnya terkapar. Di
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali