Zhao Ming Lan tersentak bangkit dari kursi riasnya begitu mendengar salah satu pelayan mengabarkan kedatangan Raja Yongjin pada Gao Ping yang sedang melihatnya berhias. Bahunya menabrak kotak perhiasan yang dibawa salah satu pelayannya hingga membuat hiasan kepala mahal jatuh berantakan di lantai dan mengagetkan pelayan yang membantunya merias diri.
“Nyonya, apa saya menyakiti Anda?” tanya pelayan perias ketakutan.
Ming Lan hanya menggeleng, mata dan telinganya tertuju pada pelayan di balik tirai yang sedang berbincang dengan suaminya.
“Xiao You, pergilah ke sana. Cari tahu siapa yang datang,” bisik Ming Lan mengusir pelayan dengan dagunya.
Xiao You yang sejak tadi berdiri di samping Ming Lan segera mengangguk dan bergerak menuju tirai manik-manik. Perlahan, ia berjalan mendekati meja tempat teko air, berlagak mengambil segelas air untuk Ming Lan.
“Apa kau bilang?! Siapa yang datang?!” panik Gao Ping seraya melet
“Apa yang sedang kau cari, Li Zening?” tanya Wang Yang sembari mendekatkan wajahnya.“Xu-xu Jin,” sahut Zening gagap.Mata Wang Yang melebar, pura-pura marah. “Begini sikapmu saat aku lengah sebentar saja? Bukankah tadi kau keluar bersama Nyonya Gao?”Begitu Wang Yang menyebut Nyonya Gao, ingatlah Zening tentang kesal hatinya karena Wang Yang membodohinya.“Lepaskan aku!” sungut Zening melupakan aturan kerajaan sambil melepaskan diri. “Jawab dulu pertanyaanku.”Wang Yang mengangguk pelan dan tersenyum samar. “Katakan.”“Bukankah kau berkata akan mengantar hadiah pernikahan untuk Ming Lan?”Wang Yang mengangguk sekali lagi. “Ya, benar. Apa kata-kataku ada yang salah? Atau mungkin kau yang salah mengartikan kalimatku?”Zening semakin kesal. Ia mengacungkan telunjuknya ke arah Wang Yang, tapi dengan cepat menekuknya kembali dengan marah
Penjara Bawah Tanah Kota Wu“Mana pria itu?”Mendengar suara komandannya, seorang prajurit segera bangkit dari kursi dan memberi hormat. “Ada di dalam sana, Kopral!” jawabnya lantang diikuti bentangan lengan kiri menjauhi tubuhnya.Yunxi berjalan ke arah yang ditunjukkan anak buahnya dan terkejut melihat dua pria dalam kondisi pingsan dan saling memenyandarkan punggung dengan tangan terikat menjadi satu. Yunxi berbalik dengan wajah kagetnya.“Kenapa ada dua?!” paniknya.“Mereka sedang bersama-sama saat kami hendak menangkap pria itu,” ujar prajurit itu menunjuk Xu Jin. “Pria yang satu hendak kabur, jadi kami putuskan untuk menangkap mereka berdua.”“Sial!” umpat Yunxi kesal. “Sekarang mereka pasti sedang curiga dan mencari budaknya.”“Lalu apa yang harus kami lakukan, Kopral?”Yunxi mengibaskan lengannya kesal. “Bawa mereka dan
“Dasar bodoh! Bagaimana bisa kalian menangkap pengawal Wang Yang?!” Gao Ping bangkit dari kursinya dengan wajah merah padam. “Cari mati!” hardiknya lagi.“Ampun, Yang Mulia. Saya tidak tahu kalau mereka adalah pegawai istana Yongjin. Saya hanya menerima laporan kalau sikap mereka mencurigakan. Jadi, saya perintahkan anak buah saya untuk—.”“Cukup! Aku muak dengan ocehanmu. Ayo, kita harus segera menjernihkan masalah.” Gao Ping keluar dari balik meja dan bergegas menuju halaman, berharap kedatangannya belum terlambat.Sayangnya, ketika Gao Ping dan Yunxi sampai, dua anggota Bulan Sabit sudah terkapar di tanah setelah menerima tendangan dan pukulan Wang Yang.‘Tamat sudah! Sekarang, apa yang harus aku katakan pada Wang Yang?’ batin Gao Ping panik.“Ada apa ini?!”Gao Ping yang berjalan mendekat dengan langkah lebar, nampak panik melihat dua anak buahnya terkapar. Di
“Namun sepertinya, dua anak buahmu salah menerima perintah dan mengira kau menyuruh mereka melenyapkan dua orangku, begitu?” potong Wang Yang.Yunxi terbeliak mengetahui Wang Yang dapat melanjutkan kalimatnya dengan tepat. “Y-ya, kurang lebih begitu, Yang Mulia.”“Ada apa dengan wajahmu? Melihat hantu?” sindir Wang Yang dingin.“Aku berada di perbatasan bergabung dengan tentara Taichan sudah cukup lama. Melihat dan mendengar mereka melakukan interogasi pada tahanan pemerintah puluhan kali banyaknya. Hingga aku hapal betul dan bisa membedakan dengan mudah mana bualan, mana kejujuran.”Yunxi tertunduk karena ketahuan.“Paman, terlepas dari kejadian hari ini, aku ingin menanyakan satu hal penting padamu. Berapa lama pria ini bekerja untukmu?” selidik Wang Yang penasaran.Karena terlalu ingin menyembunyikan kebohongannya, Gao Ping menjawab tanpa pikir panjang. “Sudah cukup lama, Y
Kediaman Putri, Paviliun Mouer“Maaf, Kasim Kepala. Saya tidak berani melanggar perintah Ibu Suri,” tolak prajurit penjaga pintu serba salah.“Pengawal Kecil, aku yang akan bertanggung jawab bila sampai Ibu Suri tahu. Aku hanya ingin meminta Putri Mu Lan untuk menghabiskan makanannya. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya karena mogok makan, kau juga akan disalahkan.”Zhaolin menarik bahu prajurit itu agar lebih rendah ke arahnya. “Apapun yang kita kerjakan, tetap kita yang disalahkan. Benar tidak?”Prajurit itu mengangguk setuju.“Mana yang lebih baik, disalahkan tapi Putri kelaparan atau disalahkan tapi Putri sehat dan aman di dalam sana?” tanya Zhaolin mencoba menarik simpati prajurit muda.Pria muda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengangguk dan membuka gembok pintu kediaman Mu Lan. “Lakukan dengan cepat, Kasim Kepala.”Zhaolin tersenyum sembari menepuk ba
“Lepaskan Mu Lan, pakai aku sebagai gantinya,” ujar Wang Yoo sungguh-sungguh.Suying terdiam beberapa saat lamanya. Inginnya berteriak girang, tapi otaknya memerintah untuk tidak serta-merta percaya ucapan Yoo’er. Suying kenal betul kepribadian putra keduanya itu. Tak terhitung banyaknya, Wang Yoo memilih berselisih dengannya hanya karena tersinggung saat Suying mengatakan hal buruk tentang Wang Yang.Bagi Wang Yoo, anak sulung selir itu adalah panutan yang baik, kakak sekaligus pahlawan baginya. Keputusan Wang Yoo untuk tidak terjun dalam pemerintahan adalah karena tidak ingin bersaing dengan kakak tirinya itu. Wang Yoo lebih memilih memperkaya diri dengan ilmu dan filsafat agar dapat menjadi penasehat raja saat Wang Yang naik tahta.“Apa kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu? Jujur saja, aku tidak bisa mempercayai ucapanmu dengan mudah,” aku Suying jujur.“Ya, aku tahu. Untuk itu aku menantangmu memberiku tugas, liha
“Apa maksudnya?” desak Zening.Kepala Wang Yang mulai terasa berat, sedangkan lehernya lunglai seperti kehilangan tulang, membuatnya tak kuasa menahan kepalanya jatuh ke belakang.“Kak, kau mabuk?” Zening berdiri menghampiri Wang Yang dan menahan kepala pria itu. “Jawab dulu pertanyaanku, apa maksud perkataanmu barusan?”“Hmm? Perkataan apa?” Wang Yang mengangkat wajahnya menatap Zening dengan mata sayu.“Oh … ayolah, jangan pejamkan matamu. Jawab dulu pertanyaanku, Kak,” keluh Zening sambil terus manahan kepala Wang Yang yang makin pasrah pada gravitasi. “Ish …! Menyebalkan.”Terpaksa dan susah payah, Zening membantu Wang Yang pindah ke ranjang. Peluh bercucuran membasahi dahi dan punggung wanita mungil itu.“Lihat saja, besok begitu matanya terbuka, hal pertama yang akan dilakukannya adalah menjawab pertanyaanku,” ancam Zening sungguh-sungguh.
“Ah, apa ini?!” pekiknya terkejut seraya memuntahkan makanan ke dalam piring kosong.Penasaran, Mu Lan mengorek sisa makanannya dengan sumpit perunggu miliknya. Ada gumpalan putih sebesar gigi yang terselip di dalam buah persik kering yang dikunyahnya tadi. Dikalahkan rasa ingin tahunya, Mu Lan mengambil gumpalan putih dengan mimik mengkerut jijik.“Surat?” gumam Mu Lan. Tangannya merapikan kertas lusuh di atas meja dan mulai membaca tulisan di dalamnya.“Lan Weqing menyimpan serbuk tawa,” baca Mu Lan lirih. “Apa maksudnya pesan ini?”Mu Lan membaca surat singkat itu berulang kali, berusaha memahami maksudnya. “Apa yang Kak Yoo’er ingin aku lakukan?”Tiba-tiba, mata Mu Lan melebar setelah memahami arti pesan singkat dari kakaknya. Diraihnya mantel bertudung miliknya dan bergegas keluar.“Siapkan kereta kudaku. Aku ingin pergi ke kuil untuk berdoa.”Dua dayan
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali