Kediaman Putri, Paviliun Mouer
“Maaf, Kasim Kepala. Saya tidak berani melanggar perintah Ibu Suri,” tolak prajurit penjaga pintu serba salah.
“Pengawal Kecil, aku yang akan bertanggung jawab bila sampai Ibu Suri tahu. Aku hanya ingin meminta Putri Mu Lan untuk menghabiskan makanannya. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya karena mogok makan, kau juga akan disalahkan.”
Zhaolin menarik bahu prajurit itu agar lebih rendah ke arahnya. “Apapun yang kita kerjakan, tetap kita yang disalahkan. Benar tidak?”
Prajurit itu mengangguk setuju.
“Mana yang lebih baik, disalahkan tapi Putri kelaparan atau disalahkan tapi Putri sehat dan aman di dalam sana?” tanya Zhaolin mencoba menarik simpati prajurit muda.
Pria muda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengangguk dan membuka gembok pintu kediaman Mu Lan. “Lakukan dengan cepat, Kasim Kepala.”
Zhaolin tersenyum sembari menepuk ba
“Lepaskan Mu Lan, pakai aku sebagai gantinya,” ujar Wang Yoo sungguh-sungguh.Suying terdiam beberapa saat lamanya. Inginnya berteriak girang, tapi otaknya memerintah untuk tidak serta-merta percaya ucapan Yoo’er. Suying kenal betul kepribadian putra keduanya itu. Tak terhitung banyaknya, Wang Yoo memilih berselisih dengannya hanya karena tersinggung saat Suying mengatakan hal buruk tentang Wang Yang.Bagi Wang Yoo, anak sulung selir itu adalah panutan yang baik, kakak sekaligus pahlawan baginya. Keputusan Wang Yoo untuk tidak terjun dalam pemerintahan adalah karena tidak ingin bersaing dengan kakak tirinya itu. Wang Yoo lebih memilih memperkaya diri dengan ilmu dan filsafat agar dapat menjadi penasehat raja saat Wang Yang naik tahta.“Apa kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu? Jujur saja, aku tidak bisa mempercayai ucapanmu dengan mudah,” aku Suying jujur.“Ya, aku tahu. Untuk itu aku menantangmu memberiku tugas, liha
“Apa maksudnya?” desak Zening.Kepala Wang Yang mulai terasa berat, sedangkan lehernya lunglai seperti kehilangan tulang, membuatnya tak kuasa menahan kepalanya jatuh ke belakang.“Kak, kau mabuk?” Zening berdiri menghampiri Wang Yang dan menahan kepala pria itu. “Jawab dulu pertanyaanku, apa maksud perkataanmu barusan?”“Hmm? Perkataan apa?” Wang Yang mengangkat wajahnya menatap Zening dengan mata sayu.“Oh … ayolah, jangan pejamkan matamu. Jawab dulu pertanyaanku, Kak,” keluh Zening sambil terus manahan kepala Wang Yang yang makin pasrah pada gravitasi. “Ish …! Menyebalkan.”Terpaksa dan susah payah, Zening membantu Wang Yang pindah ke ranjang. Peluh bercucuran membasahi dahi dan punggung wanita mungil itu.“Lihat saja, besok begitu matanya terbuka, hal pertama yang akan dilakukannya adalah menjawab pertanyaanku,” ancam Zening sungguh-sungguh.
“Ah, apa ini?!” pekiknya terkejut seraya memuntahkan makanan ke dalam piring kosong.Penasaran, Mu Lan mengorek sisa makanannya dengan sumpit perunggu miliknya. Ada gumpalan putih sebesar gigi yang terselip di dalam buah persik kering yang dikunyahnya tadi. Dikalahkan rasa ingin tahunya, Mu Lan mengambil gumpalan putih dengan mimik mengkerut jijik.“Surat?” gumam Mu Lan. Tangannya merapikan kertas lusuh di atas meja dan mulai membaca tulisan di dalamnya.“Lan Weqing menyimpan serbuk tawa,” baca Mu Lan lirih. “Apa maksudnya pesan ini?”Mu Lan membaca surat singkat itu berulang kali, berusaha memahami maksudnya. “Apa yang Kak Yoo’er ingin aku lakukan?”Tiba-tiba, mata Mu Lan melebar setelah memahami arti pesan singkat dari kakaknya. Diraihnya mantel bertudung miliknya dan bergegas keluar.“Siapkan kereta kudaku. Aku ingin pergi ke kuil untuk berdoa.”Dua dayan
“Lihat saja nanti,” jawab Wang Yoo singkat.Sret.Mu Lan menarik lengan Wang Yoo agar pria itu duduk di sisinya. “Jawab dengan benar pertanyaanku atau aku tidak akan mau membantumu lagi!” ancam Mu Lan sungguh-sungguh.Dilepaskannya cengkeraman Mu Lan yang terlalu keras di lengannya dan bangkit. Wang Yoo merasa, belum saatnya Mu Lan tahu banyak tentang rencananya.“Kau boleh berhenti membantuku. Aku tidak pernah memaksamu untuk ikut serta dalam rencanaku, bukan?”Mu Lan sadar, Wang Yoo tidak ingin rencananya diketahui orang lain. “Baiklah, kalau kau tidak ingin menjawab.” Mu Lan berdiri, menghadap Wang Yoo yang sibuk menghindari tatapan matanya.“Aku hanya berharap, otak cerdasmu bisa menyudahi intrik yang sedang terjadi tanpa jatuh korban lebih banyak lagi,” celetuk Mu Lan sok bijak.Rupanya, ucapan Mu Lan menyinggung Wang Yoo. Pria muda itu mendelik tajam sebelum berbalik pe
“Tangkap dia!”Dua pengawal itu kompak menangkap Zening, melepas keranjang berisi jerami dan melemparnya ke sembarang tempat.“Tuan, tuan! Apa salah saya?!” pekik Zening panik.“Cih! Kau pikir bisa membodohi kami?!”Zening berusaha memberontak saat dua pengawal itu menyeretnya masuk ke dalam gubuk bambu, sesuai yang direncanakannya bersama Wang Yang.“Tuan, apa salah saya?!” teriak Zening lagi, membuat dua pengawal menariknya makin keras. “Saya hanya pelayan kecil, Tuan.”“Diam!” bentak dua pengawal itu bersamaan.Satu pengawal membuka pintu gubuk menggunakan ujung sepatunya sambil terus menyeret Zening mengikuti langkahnya. Di dalam gubuk, pemandangan yang tidak biasa mengejutkan netra Zening.Puluhan keranjang seperti yang dipikulnya tadi, berjajar rapi bersisian dengan beberapa karung di salah satu sisi gubuk. Ada juga beberapa peti kayu ukuran besar yan
Melihat Wang Yang hanya diam, Zening semakin penasaran.“Benar begitu? Gao Ping sedang merencanakan pemberontakan?” desak Zening.“Aku belum bisa memastikannya. Sebaiknya kita segera kembali ke istana.” Wang Yang mengelus bahu Zening sekilas sebelum berdiri dan membersihkan jarinya dari krim obat. “Bersiaplah, kita akan berangkat setelah aku menyelesaikan urusanku dengan Paman Gao.”Wang Yang menatap Xu Jin dengan tajam. “Kau, tetap di sini dan menjaga Zening. Aku akan bicara dengan Gao Ping sekaligus berpamitan.”Setelah berkata demikian, Wang Yang bergegas keluar. Otaknya sibuk merancang strategi untuk membawa tiga orang lainnya keluar dari Kota Wu dengan selamat.“Kalau mimpi itu memang pertanda darimu, aku mohon, kali ini, bantu aku menjaga orangku,” gumam Wang Yang sambil terus melangkah pasti menemui Gao Ping.Di ruang kerjanya, Gao Ping sedang menata bidak catur di atas papan
“Gao Ping tidak sungguh-sungguh mencintaiku!” teriak Ming Lan putus asa.Xiao You melambaikan kedua tangannya tanda penolakan berulang kali sambil memeriksa pintu kamar, memastikannya masih tertutup rapat. “Nyonya, rendahkan suaramu. Saya khawatir Raja Gao akan mendengar dan marah seperti sebelum-sebelumnya.”“Aku tidak peduli lagi. Biar saja dia dengar. Aku sudah lelah,” sahut Ming Lan mengabaikan peringatan pelayannya. “Aku kira, datang kemari dan menikahinya adalah keputusan tepat. Nyatanya, aku merasa semakin hina.”Ming Lan kembali menangis. Bahunya naik turun seirama dengan isakannya.“Nyonya, siapa yang mengatakan berita palsu ini pada Anda?” tanya Xiao You iba.“Aku mendengarnya sendiri dengan kedua telingaku!” bentak Ming Lan kesal. “Aku mendengarnya berbincang dengan Kakak Yang. Aku benci mereka!” teriaknya lagi.“Nyonya, kalau Anda begini, An
Zening menoleh ke belakang. Benar, kereta bagian belakangnya terbakar hampir setengah. Zening segera duduk dan membuka ikatan tali kekangnya. Entah karena terlalu erat mengikat atau karena gugup, ikatan yang berusaha dilepasnya menjadi semakin erat. “Aku tidak bisa membuka ikatannya!” teriak Zening tanpa mengalihkan mata dan tangannya dari ikatan. Wang Yang memacu kudanya cepat menghampiri kereta yang terbakar. Tanpa pikir panjang, pria tampan itu melompat ke dalam kereta yang tersisa setengah dan membantu Zening melepaskan ikatan. “Kak, cepatlah! Kita akan hangus terbakar!” teriak Zening lagi. Di tengah kepanikan Zening, sepasang mata mengawasi dari balik pohon besar dengan senyum puas. Ia harus segera melaporkan hasil kerja hari ini pada tuannya. Pemilik mata itu segera berbalik, memacu kudanya dengan cepat, melewatkan tontonan terakhir yang menentukan nasib Zening. “Pinjamkan pedangmu, Kak!” teriak Zening. Wang Yang segera melempar
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali