“Dasar bodoh! Bagaimana bisa kalian menangkap pengawal Wang Yang?!” Gao Ping bangkit dari kursinya dengan wajah merah padam. “Cari mati!” hardiknya lagi.
“Ampun, Yang Mulia. Saya tidak tahu kalau mereka adalah pegawai istana Yongjin. Saya hanya menerima laporan kalau sikap mereka mencurigakan. Jadi, saya perintahkan anak buah saya untuk—.”
“Cukup! Aku muak dengan ocehanmu. Ayo, kita harus segera menjernihkan masalah.” Gao Ping keluar dari balik meja dan bergegas menuju halaman, berharap kedatangannya belum terlambat.
Sayangnya, ketika Gao Ping dan Yunxi sampai, dua anggota Bulan Sabit sudah terkapar di tanah setelah menerima tendangan dan pukulan Wang Yang.
‘Tamat sudah! Sekarang, apa yang harus aku katakan pada Wang Yang?’ batin Gao Ping panik.
“Ada apa ini?!”
Gao Ping yang berjalan mendekat dengan langkah lebar, nampak panik melihat dua anak buahnya terkapar. Di
“Namun sepertinya, dua anak buahmu salah menerima perintah dan mengira kau menyuruh mereka melenyapkan dua orangku, begitu?” potong Wang Yang.Yunxi terbeliak mengetahui Wang Yang dapat melanjutkan kalimatnya dengan tepat. “Y-ya, kurang lebih begitu, Yang Mulia.”“Ada apa dengan wajahmu? Melihat hantu?” sindir Wang Yang dingin.“Aku berada di perbatasan bergabung dengan tentara Taichan sudah cukup lama. Melihat dan mendengar mereka melakukan interogasi pada tahanan pemerintah puluhan kali banyaknya. Hingga aku hapal betul dan bisa membedakan dengan mudah mana bualan, mana kejujuran.”Yunxi tertunduk karena ketahuan.“Paman, terlepas dari kejadian hari ini, aku ingin menanyakan satu hal penting padamu. Berapa lama pria ini bekerja untukmu?” selidik Wang Yang penasaran.Karena terlalu ingin menyembunyikan kebohongannya, Gao Ping menjawab tanpa pikir panjang. “Sudah cukup lama, Y
Kediaman Putri, Paviliun Mouer“Maaf, Kasim Kepala. Saya tidak berani melanggar perintah Ibu Suri,” tolak prajurit penjaga pintu serba salah.“Pengawal Kecil, aku yang akan bertanggung jawab bila sampai Ibu Suri tahu. Aku hanya ingin meminta Putri Mu Lan untuk menghabiskan makanannya. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya karena mogok makan, kau juga akan disalahkan.”Zhaolin menarik bahu prajurit itu agar lebih rendah ke arahnya. “Apapun yang kita kerjakan, tetap kita yang disalahkan. Benar tidak?”Prajurit itu mengangguk setuju.“Mana yang lebih baik, disalahkan tapi Putri kelaparan atau disalahkan tapi Putri sehat dan aman di dalam sana?” tanya Zhaolin mencoba menarik simpati prajurit muda.Pria muda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengangguk dan membuka gembok pintu kediaman Mu Lan. “Lakukan dengan cepat, Kasim Kepala.”Zhaolin tersenyum sembari menepuk ba
“Lepaskan Mu Lan, pakai aku sebagai gantinya,” ujar Wang Yoo sungguh-sungguh.Suying terdiam beberapa saat lamanya. Inginnya berteriak girang, tapi otaknya memerintah untuk tidak serta-merta percaya ucapan Yoo’er. Suying kenal betul kepribadian putra keduanya itu. Tak terhitung banyaknya, Wang Yoo memilih berselisih dengannya hanya karena tersinggung saat Suying mengatakan hal buruk tentang Wang Yang.Bagi Wang Yoo, anak sulung selir itu adalah panutan yang baik, kakak sekaligus pahlawan baginya. Keputusan Wang Yoo untuk tidak terjun dalam pemerintahan adalah karena tidak ingin bersaing dengan kakak tirinya itu. Wang Yoo lebih memilih memperkaya diri dengan ilmu dan filsafat agar dapat menjadi penasehat raja saat Wang Yang naik tahta.“Apa kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu? Jujur saja, aku tidak bisa mempercayai ucapanmu dengan mudah,” aku Suying jujur.“Ya, aku tahu. Untuk itu aku menantangmu memberiku tugas, liha
“Apa maksudnya?” desak Zening.Kepala Wang Yang mulai terasa berat, sedangkan lehernya lunglai seperti kehilangan tulang, membuatnya tak kuasa menahan kepalanya jatuh ke belakang.“Kak, kau mabuk?” Zening berdiri menghampiri Wang Yang dan menahan kepala pria itu. “Jawab dulu pertanyaanku, apa maksud perkataanmu barusan?”“Hmm? Perkataan apa?” Wang Yang mengangkat wajahnya menatap Zening dengan mata sayu.“Oh … ayolah, jangan pejamkan matamu. Jawab dulu pertanyaanku, Kak,” keluh Zening sambil terus manahan kepala Wang Yang yang makin pasrah pada gravitasi. “Ish …! Menyebalkan.”Terpaksa dan susah payah, Zening membantu Wang Yang pindah ke ranjang. Peluh bercucuran membasahi dahi dan punggung wanita mungil itu.“Lihat saja, besok begitu matanya terbuka, hal pertama yang akan dilakukannya adalah menjawab pertanyaanku,” ancam Zening sungguh-sungguh.
“Ah, apa ini?!” pekiknya terkejut seraya memuntahkan makanan ke dalam piring kosong.Penasaran, Mu Lan mengorek sisa makanannya dengan sumpit perunggu miliknya. Ada gumpalan putih sebesar gigi yang terselip di dalam buah persik kering yang dikunyahnya tadi. Dikalahkan rasa ingin tahunya, Mu Lan mengambil gumpalan putih dengan mimik mengkerut jijik.“Surat?” gumam Mu Lan. Tangannya merapikan kertas lusuh di atas meja dan mulai membaca tulisan di dalamnya.“Lan Weqing menyimpan serbuk tawa,” baca Mu Lan lirih. “Apa maksudnya pesan ini?”Mu Lan membaca surat singkat itu berulang kali, berusaha memahami maksudnya. “Apa yang Kak Yoo’er ingin aku lakukan?”Tiba-tiba, mata Mu Lan melebar setelah memahami arti pesan singkat dari kakaknya. Diraihnya mantel bertudung miliknya dan bergegas keluar.“Siapkan kereta kudaku. Aku ingin pergi ke kuil untuk berdoa.”Dua dayan
“Lihat saja nanti,” jawab Wang Yoo singkat.Sret.Mu Lan menarik lengan Wang Yoo agar pria itu duduk di sisinya. “Jawab dengan benar pertanyaanku atau aku tidak akan mau membantumu lagi!” ancam Mu Lan sungguh-sungguh.Dilepaskannya cengkeraman Mu Lan yang terlalu keras di lengannya dan bangkit. Wang Yoo merasa, belum saatnya Mu Lan tahu banyak tentang rencananya.“Kau boleh berhenti membantuku. Aku tidak pernah memaksamu untuk ikut serta dalam rencanaku, bukan?”Mu Lan sadar, Wang Yoo tidak ingin rencananya diketahui orang lain. “Baiklah, kalau kau tidak ingin menjawab.” Mu Lan berdiri, menghadap Wang Yoo yang sibuk menghindari tatapan matanya.“Aku hanya berharap, otak cerdasmu bisa menyudahi intrik yang sedang terjadi tanpa jatuh korban lebih banyak lagi,” celetuk Mu Lan sok bijak.Rupanya, ucapan Mu Lan menyinggung Wang Yoo. Pria muda itu mendelik tajam sebelum berbalik pe
“Tangkap dia!”Dua pengawal itu kompak menangkap Zening, melepas keranjang berisi jerami dan melemparnya ke sembarang tempat.“Tuan, tuan! Apa salah saya?!” pekik Zening panik.“Cih! Kau pikir bisa membodohi kami?!”Zening berusaha memberontak saat dua pengawal itu menyeretnya masuk ke dalam gubuk bambu, sesuai yang direncanakannya bersama Wang Yang.“Tuan, apa salah saya?!” teriak Zening lagi, membuat dua pengawal menariknya makin keras. “Saya hanya pelayan kecil, Tuan.”“Diam!” bentak dua pengawal itu bersamaan.Satu pengawal membuka pintu gubuk menggunakan ujung sepatunya sambil terus menyeret Zening mengikuti langkahnya. Di dalam gubuk, pemandangan yang tidak biasa mengejutkan netra Zening.Puluhan keranjang seperti yang dipikulnya tadi, berjajar rapi bersisian dengan beberapa karung di salah satu sisi gubuk. Ada juga beberapa peti kayu ukuran besar yan
Melihat Wang Yang hanya diam, Zening semakin penasaran.“Benar begitu? Gao Ping sedang merencanakan pemberontakan?” desak Zening.“Aku belum bisa memastikannya. Sebaiknya kita segera kembali ke istana.” Wang Yang mengelus bahu Zening sekilas sebelum berdiri dan membersihkan jarinya dari krim obat. “Bersiaplah, kita akan berangkat setelah aku menyelesaikan urusanku dengan Paman Gao.”Wang Yang menatap Xu Jin dengan tajam. “Kau, tetap di sini dan menjaga Zening. Aku akan bicara dengan Gao Ping sekaligus berpamitan.”Setelah berkata demikian, Wang Yang bergegas keluar. Otaknya sibuk merancang strategi untuk membawa tiga orang lainnya keluar dari Kota Wu dengan selamat.“Kalau mimpi itu memang pertanda darimu, aku mohon, kali ini, bantu aku menjaga orangku,” gumam Wang Yang sambil terus melangkah pasti menemui Gao Ping.Di ruang kerjanya, Gao Ping sedang menata bidak catur di atas papan