Kediaman Kanselir, Paviliun Jianshan
Zhao Ming Lan mengerutkan dahinya melihat kereta kuda yang sangat ia kenal terparkir di halaman kediamannya. Perlahan, ia turun dari kereta kudanya dengan bantuan pelayan setianya, Xiao You.
“Untuk apa dia datang?” gumam Ming Lan pada dirinya sendiri. Kakinya melangkah melewati pintu utama kediamannya, tapi matanya terus terpaku pada kereta kuda yang Ming Lan tahu milik keluarga Hakim Agung.
Ketika melewati ruang baca, Ming Lan sengaja mempercepat langkahnya, menghindari pertemuan dengan siapapun yang sedang bertamu ke rumahnya.
“Ming’er!”
Suara panggilan Ziliang membuang Ming Lan melipat bibirnya ke dalam menahan kejengkelannya.
“Zhao Ming Lan!” ulang Ziliang, membuat Ming Lan terpaksa berbalik dan menghampiri ayahnya yang sudah berdiri di ambang pintu.
“Ya, Ayah!” Ming Lan merendahkan tubuhnya memberi hormat. “Ayah memanggil Ming Lan?&rd
Kediaman Raja Gao Ping, Kota WuZhao Ming Lan meremas erat saputangan sutra merah muda yang sejak tadi tak pernah lepas dari genggamannya. Hatinya bimbang, tak yakin apa yang dilakukannya saat ini adalah hal yang benar.“Xiao You, katakan pada kusir untuk putar balik.”Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, keputusan Ming Lan untuk kembali tanpa menemui empunya rumah, membuat Xiao You heran. Namun, tetap disibaknya tirai pembatas yang berfungsi sebagai pintu dan menyampaikan pesan Ming Lan pada juru kemudi.Bersamaan dengan itu, seorang pengawal keluar bersama pria yang tidak bisa dikatakan muda mengenakan hanfu sutra putih kombinasi biru muda yang terlihat mahal. Rambut panjangnya diikat sedikit dan sisanya dibiarkan tergerai di belakang punggungnya.“Apa Nona Zhao sangat tidak sabaran hingga ingin buru-buru kembali sebelum bertemu denganku?” tegur Gao Ping sambil melipat tangannya ke belakang dengan wajah angkuh.Mendengar teguran dingin Gao Ping, Ming Lan merasa tidak enak hat
Yunxi masuk ke dalam kamar yang selama ini ia tinggali bersama Ji Mong. Dilihatnya, pria muda itu sedang menulis sebuah surat.‘Apalagi yang akan dilaporkannya sekarang?’ batin Yunxi seraya mendekat. “Apa yang sedang kau tulis?”Yunxi duduk merapat pada Ji Mong yang segera meremas kertas di atas meja, membuat Yunxi mengerutkan dahi karena tersinggung.“Kau masih tidak percaya padaku?” tanya Yunxi, jelas menunjukkan kekecewaannya.Ji Mong menyeringai. “Aku akan mempercayaimu kalau kau adalah wanita.” Ji Mong bangkit dari kursi sambil menepuk bahu Yunxi.“Hahaha ... surat cinta rupanya.”Ji Mong mengabaikan sindiran Yunxi dan terus melangkah keluar menuju kandang merpati yang letaknya tak jauh dari kamarnya. Ji Mong melipat kertas kusut di tangannya, membentuknya menjadi gulungan kecil yang akan muat diselipkan ke gelang kaki merpati.Diambilnya seekor merpati putih dari dalam
Kediaman Raja, Istana BaratZening terbaring lemah di atas ranjang sejak dua hari lalu. Tenaga dalam dan ilmu bela dirinya dihilangkan secara paksa oleh Wang Yang, raja sekaligus calon suaminya. Pria yang dengan telaten merawatnya selama dua hari ini. Membantunya makan dan menghiburnya dengan membacakan banyak buku hingga Zening jatuh tertidur, seperti yang biasa Daehan lakukan.“Sebenarnya apa tujuanmu menghilangkan semua milikku? Apa kau begitu takut aku benar-benar akan membunuhmu?”Wang Yang mengusapkan kain basah untuk membersihkan lengan Zening. “Aku tidak takut mati di tanganmu. Yang aku takutkan, kau menebas leher penghuni istana untuk meluapkan dendammu.”“Hentikan! Aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa melakukannya sendiri.” Zening menumpukan berat tubuh bagian atasnya pada kedua siku dan lengan bawahnya. Berusaha keras untuk duduk.“Tidak perlu sungkan, aku akan membantumu sampai tenagamu pulih.&rd
Wang Yang melihat bayangan hitam yang berkelebat pergi saat kakinya melangkah masuk. ‘Siapa itu? Apa mungkin penyusup? Kenapa Zening tidak berteriak memanggil pengawal?’Rasa khawatirnya membuat Wang Yang bergegas masuk, bahkan sebelum penjaga selesai meneriakkan kalimat protokolernya. Sekilas, sempat dilihatnya Zening berbalik dari jendela dengan tergesa.“Apa yang kau lakukan di sana?” tanya Wang Yang mengejutkan Zening. ‘Dia kenal siapa bayangan tadi.’ Wang Yang menerka dalam hati, melihat dari reaksi Zening yang bingung menutup jendela dengan tubuhnya.“Eh, a-ku hanya ingin, ehm, merasakan udara malam,” sahut Zening bingung.“Tutup jendelanya, aku tidak ingin ada yang melihatku bercumbu denganmu.” Wang Yang terus memperhatikan sikap gelisah Zening, kepalanya berulang kali menengok ke kanan dan kiri sebelum menutup jendela.Wang Yang bergerak cepat ke hadapan Zening, memeluk tubuh rampi
Dua pengawal itu menempatkan Zening di antara mereka dan mulai berjalan beriringan menuju timur istana. Cukup jauh mereka berjalan, melewati beberapa bangunan besar termasuk Aula Huanyang hingga akhirnya berhenti di depan sebuah pintu kayu yang nampak rapuh.“Pelayan wanita itu ada di dalam, Nona.”Zening berpaling pada pengawal yang sedang berbicara padanya dan pintu tua di depannya bergantian. “Di dalam sana maksudmu?” tanya Zening meyakinkan dirinya seraya menunjuk pintu kayu yang nyaris roboh.“Ya, di dalam sana. Tapi kami hanya bisa mengantar sampai sini, Nona,” ujar salah satu pengawal seraya mendorong Zening masuk melintasi pintu kayu dan menutupnya dengan cepat sebelum Zening sempat bereaksi.Dug. Dug. Dug.“Hei ... buka!” teriak Zening panik sambil memukul daun pintu dengan kepalan tangannya. “Kurang ajar kalian! Buka pintunya!” ulang Zening marah.“Kak, bagaimana kal
Amarah Ziliang tersulut menyadari bahwa putri semata wayangnya sudah berubah dan berani menatapnya dengan sorot mata menantang. Dilemparnya gulungan peta di tangannya dan bergegas menghampiri putrinya. Tangan kanan Ziliang sudah terangkat ke udara, bersiap melayangkan tamparan ke arah pipi mulus Zhao Ming Lan.Plak!Mata Ziliang membeliak kaget manakala pergelangan tangannya dicekal dengan kuat oleh jemari lentik Ming Lan, menangkis tamparannya.“K-kau ...!” bentak Ziliang terkejut.“Hentikan bertindak kasar padaku, Ayah!” balas Ming Lan tak kalah tegas. “Sudah saatnya kau mulai mendengar perkataanku.” Ming Lan melempar tangan Ziliang kasar dan berjalan ke samping Gao Ping, bergelayut manja di lengan pria itu.“Aku sudah putuskan akan menikahi Gao Ping dan membuatmu menjadi seperti apa yang kau impikan selama ini, penguasa Yongjin.” Ming Lan menoleh mesra ke arah pria berumur di sampingnya dan terseny
Kediaman Mempelai, Paviliun LingyinWang Yang mencari obor terdekat yang bisa dipakainya sebagai penerangan. Ia mengambil satu obor yang menempel di dinding istana, bergegas masuk ke dalam paviliun dan mulai menyalakan lentera dan lilin hingga seluruh ruangan menjadi terang benderang.Ia tersentak manakala melihat tubuh seorang wanita diikat tali tambang di salah satu tiang penyangga bangunan dengan mulut disumpal sehelai kain.“Ning’er!”Wang Yang segera menghampiri dan berlutut di samping wanita itu. Tangan kirinya meraih dagu wanita itu, sementara tangan kanannya mendekatkan obor ke wajah wanita itu. Mata Wang Yang menajam, dahinya mengernyit berusaha mengenali wajah perempuan yang penuh luka.“Ning’er!” panggil Wang Yang lagi, lebih keras dari sebelumnya.Tidak ada jawaban. Wang Yang berlari keluar melempar obor di tangannya, lalu kembali ke sisi wanita itu. Meraih kepalanya, mengambil kain di mulutnya
Wang Yang berbalik dan berjalan cepat menuju pintu. “Zening! Kau di dalam?!”“Yang Mulia, apakah itu Anda?!” balas Zening dengan girang. “Tolong buka pintunya, Yang Mulia!”Wang Yang melihat pintu itu dipasangi gembok besar yang mustahil dihancurkan dengan pedang. Ia meletakkan kedua tangannya pada daun pintu dan mencoba mendorong sekuat tenaga, gagal. “Buka pintunya!” titahnya pada tiga pengawal yang sudah berdiri dekat di belakangnya.Tiga pengawal itu segera maju begitu Wang Yang mengambil langkah mundur.“Nona, sebaiknya Anda menjauh dari pintu. Kami akan mendobrak pintunya. Mundurlah sejauh mungkin!” Pengawal senior memberikan instruksi dengan lantang.“Ya, aku sudah menjauh dari, aaa ...!”Terdengar teriakan Zening sekilas, lalu hening.“Ning’er! Apa yang terjadi?!” Wang Yang kembali maju dan memukul daun pintu dengan panik. Mendengar teria
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali