Michael hanya tersenyum sinis. Dia mengambil langkah ke depan dan berkata dengan kejam, "Bocah, tunggu saja. Kamu akan menyesali apa yang kamu lakukan hari ini.""Saat itu, jangan sampai kamu berlutut di depanku dan memohon ampun. Haha ...."Mendengar tawa Michael yang penuh sindiran, apalagi ditambah dengan kalimat sebelumnya, Julia baru mengerti. Sebelum Candra sempat berbicara, dia langsung berkata dengan cemas, "Ayah, kamu ...."Tanpa menunggu putrinya menyelesaikan kata-katanya, ayahnya langsung menyela, "Julia, yang terjadi selanjutnya sudah berada di luar kendali Ayah. Bukankah Candra barusan bilang dia bisa melindungi dirinya sendiri? Selebihnya akan tergantung pada kemampuannya.""Tergantung pada kemampuannya? Dia hanya berasal dari keluarga biasa. Bagaimana dia bisa bertarung melawan Keluarga Jhonson?" kata Julia dengan khawatir."Julia, nggak perlu dibahas lagi. Kamu tahu Keluarga Jhonson itu seperti apa, 'kan? Ayahmu bisa melakukan sampai tahap ini saja sudah termasuk mempe
Wajah ayahnya Julia juga tidak terlihat bagus. Bagaimanapun, di sini masih kediaman Keluarga Santoso.Tuan Michael dan ibunya ditampar di kediaman Santoso. Sudah pasti masalah ini tidak bisa terpisahkan dari Keluarga Santoso.Dilan dan Radit juga tercengang. Untuk beberapa saat, mereka bahkan tidak sempat memberikan respons apa pun.Michael dan ibunya tampak emosi. Michael langsung memarahi mereka, "Kalian ... kalian pasti akan mati. Nggak ada seorang pun yang bisa menyelamatkan nyawa kalian. Ingat kata-kataku ini!"Sembari berbicara, Michael mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor ayahnya.Begitu melihat situasi itu, Radit langsung berkata, "Nyali kalian hebat juga. Berani sekali menampar Tuan Michael dan Nyonya Adel. Dilan, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat habisi mereka."Jika mereka tidak mengambil tindakan saat ini dan menunggu bala bantuan Keluarga Jhonson datang, saat itu, bagaimana mereka bisa mengklaim jasa dari Keluarga Jhonson? Bahkan, Keluarga Jhonson mungkin a
"Lihat betapa gugup dan pengecutnya dirimu itu. Kamu masih berani datang ke sini untuk melamar Julia?"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku hanya punya satu pertanyaan. Kapan ayahmu akan tiba?""Ini, mungkin setengah jam lagi." Meski lokasi ayahnya tidak terlalu jauh dari sini, juga akan memakan waktu.Ayahnya sudah bilang dia akan segera datang. Jelas sekali, ayahnya tidak bermaksud menyuruh orang lain untuk menghadapi Tobi, tetapi ingin melawannya sendiri."Masih harus tunggu setengah jam lagi? Lambat sekali."Tobi menggelengkan kepalanya.Semua orang tersenyum pahit. Mereka pernah bertemu dengan orang yang cari mati, tetapi ini pertama kalinya bertemu dengan orang yang begitu ingin mati. Saat ayahnya Michael datang nanti, bocah ini pasti akan mati mengenaskan.Tobi tidak peduli dengan tatapan semua orang. Dia melirik ke meja dan berkata, "Masih butuh waktu begitu lama. Kebetulan ada begitu banyak cemilan di sini.""Ayo, semuanya duduk dulu. Kita tunggu mereka sambil makan
Adel buru-buru menghindar karena panik. Sayangnya, dia tidak berhasil lolos dari lemparan kacang. Apalagi, rambutnya tergerai. Kondisinya kini bagaikan orang gila.Terlebih lagi, ada rasa sakit di wajahnya!Emosi Adel langsung meledak. Dia kemudian membentak Tobi, "Bocah, kamu tunggu saja. Aku pasti akan membuatmu menderita. Jangan harap ada yang bisa menghentikanku.""Lagi-lagi ancaman yang sama. Buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Kalian semua hanyalah sampah."Tobi bukan hanya tidak takut dengan ancaman itu, bahkan meremehkannya.Semua anggota Keluarga Santoso benar-benar tercengang. Dilan bahkan mulai menantikan saat-saat Tobi berakhir mengenaskan. Hal itu juga membuatnya lupa meminta ayahnya untuk membereskan Tobi.Tepat di saat itu juga, ada seorang pengawal yang masuk dan melaporkan bahwa kepala Keluarga Jhonson telah datang. Begitu mendengar itu, wajah Lukman berubah. Dia segera berjalan ke arah pintu.Tiba-tiba, ada dua orang yang terpental ke depan pintu. Mereka bukanlah ora
Lukman diam-diam menggelengkan kepalanya saat melihat adegan ini.Tamat sudah riwayat bocah ini.Dia pasti akan mati!Hampir semua orang berpikiran sama. Begitu pula dengan Julia.Hanya Candra dan Widia yang terlihat tenang. Khususnya, Widia. Dia sudah terlalu sering melihat kekuatan Tobi, jadi kecepatan seperti ini bukanlah apa-apa.Apalagi, ekspresi Tobi begitu tenang. Sudah pasti pria itu akan baik-baik saja.Benar saja. Tobi hanya mengerutkan kening. Dengan jentikan tangan kanannya, sebutir kacang kecil terbang keluar dengan cepat. Bahkan, kecepatannya tidak bisa ditangkap oleh kasat mata.Namun, kaki Guru Nanda tiba-tiba diserang. Dia seketika terjatuh ke bawah.Padahal, dia bisa menggunakan tangannya untuk menopangnya, tetapi entah kenapa, tangannya juga diserang oleh sesuatu. Dia sama sekali tidak berdaya.Tubuhnya langsung terpental dengan keras.Dalam sekejap, semua orang langsung tercengang.Padahal, barusan Guru Nanda maju ke depan dengan cepat, kemudian tangan kanannya tela
Semua orang langsung tercengang. Siapa sangka situasinya akan menjadi seperti ini?Kenapa malah Keluarga Jhonson yang mulai bertengkar sendiri?Lukman dan yang lainnya juga tercengang. Dia juga bingung dengan situasi yang terjadi. Namun, dinilai dari pertarungan barusan, dia jelas tahu Tobi tidaklah sederhana. Mungkin dialah yang membuat Guru Nanda terjatuh.Tepat di saat itu, ponsel Dilan berdering. Begitu melihat si penelepon adalah gurunya, dia tidak lanjut menyaksikan perseteruan di antara Guru Nanda dan ibunya Michael lagi. Dia buru-buru berjalan ke samping untuk mengangkat panggilan itu."Guru!""Ya, apa ayahmu ada di rumah?" Yanwar, pemilik Sasana Manggala, baru saja melewati kediaman Santoso. Dia pernah berjanji untuk membantu Lukman untuk memulihkan luka lama di tubuhnya. Lantaran kebetulan lewat, dia pun bermaksud untuk menepati janjinya."Ada, kok!"Dilan buru-buru mengangguk dan segera bertanya, "Guru, Anda punya masalah? Kalau butuh, saya bisa membantu Anda."Status guruny
Melihat adiknya yang benar-benar berbeda sekarang, Widia menoleh ke arah Tobi dan berkata dengan penuh haru, "Tobi, terima kasih!"Tanpa pelajaran dan bimbingan Tobi, adiknya tidak mungkin akan memiliki kemampuan dan bertanggung jawab seperti sekarang ini.Adiknya bisa berjuang keras seperti itu untuk berlatih seni bela diri. Hal ini pasti dipengaruhi oleh Tobi juga.Meski Candra sempat kalah beberapa kali, dia masih tidak menyerah begitu saja. Sorot matanya begitu tegas. Dia terus-menerus menghadapi lawannya.Setelah bertarung selama beberapa saat, akhirnya para pengawal itu mundur.Jika berdasarkan kekuatan Tobi, apalagi mengalahkan lawan kelas teri seperti ini, dia bisa langsung menaklukkan para pengawal ini hanya dengan menjentikkan jarinya.Kali ini, jangankan Widia, bahkan orang tuanya Julia juga diam-diam mengangguk. Meski seni bela diri Candra masih tidak begitu kuat, tekadnya sangat bulat dan pantang menyerah.Dia terus-terusan bertarung tanpa rasa takut sedikit pun. Penampila
Begitu kata-kata ini keluar, semua orang kembali tercengang.Mata Dilan dan Radit membelalak. Mulut mereka juga ternganga. Padahal, mereka ingin melihat Tobi ditaklukkan. Kenapa Guru Nanda malah mendadak minta maaf kepadanya?Lukman dan yang lainnya juga tercengang. Mereka kesulitan memahami situasi saat ini. Namun, setelah dipikir-pikir, mungkinkah Guru Nanda telah menyadari kehebatan Tobi?Ekspresi wajah Michael dan ibunya juga berubah drastis.Kepala Keluarga Jhonson tampak emosi. "Guru Nanda, apa maksud perkataanmu?"Sayangnya, Guru Nanda mengabaikannya begitu saja. Dia hanya menundukkan kepalanya dan menunggu tanggapan Tobi.Tobi tersenyum. Dia langsung menunjuk kepala Keluarga Jhonson sambil berkata, "Kamu cukup sadar diri juga. Begini saja, pukullah lelaki tua itu sampai babak belur. Dengan begitu, aku juga nggak akan mempermasalahkan kesalahanmu hari ini."Semua orang tertegun sejenak. Padahal, barusan mereka telah memukul Michael dan ibunya, sekarang mereka masih berani memuku