Raja Setan tahu Tobi tidak main-main saat mengatakan ingin membunuhnya, jadi dia terpaksa menjawab dengan jujur, "Di, dia memerintahkanku secara langsung.""Memerintahkanmu secara langsung?""Benar, walau dia memakai topeng saat itu, tapi dari suara dan figur wajahnya, aku nggak mungkin salah mengenali orang.""Berarti kamu belum pernah melihat wajahnya?" tanya Tobi sambil mengerutkan kening."Belum, tapi aku mengenalnya. Aku yakin itu pasti dia.""Kenapa dia bisa mencarimu?""Kami pernah berinteraksi sebelumnya. Dia pernah mencariku dan memintaku untuk menyingkirkan dirimu yang saat itu masih tinggal di panti asuhan. Hanya saja, dia ingin aku melakukannya secara diam-diam dan jangan sampai orang lain menemukan jejaknya," ucap Raja Setan."Lalu, kamu mengutus orang untuk membakar panti asuhan?" Wajah Tobi terlihat dingin."Aku ...."Raja Setan ingin membuat alasan, tetap pikirannya mendadak kosong. Dia tidak bisa berkelit sedikit pun. Lagi pula, memang itulah kenyataannya."Begitu rupa
Setelah mendengar itu, Damar diam-diam menahan senyum pahit. Ternyata dia telah berpikir terlalu jauh. Dia mengira Raja Naga tertarik kepada putrinya dan ingin menikahinya.Menyadari ekspresi Damar, Tobi pun berkata, "Kalau Pak Damar merasa keberatan, aku juga nggak akan paksa. Aku akan pikirkan cara lain.""Bukan begitu, aku nggak keberatan. Ini semua tergantung Jessi sendiri. Setelah insiden Sekte Suganda, aku berjanji kepada Jessi kalau aku nggak akan mencampuri hubungan cintanya lagi. Asalkan dia mau dan bersedia, aku pasti akan mendukungnya."Namun, itu semua juga karena Raja Naga bisa dipercaya. Jika putrinya benar-benar ingin menikah dengan pria lain, Damar pasti akan menyelidikinya. Hanya saja, dia tidak akan melarangnya lagi seperti sebelumnya."Aku nggak keberatan."Jessi buru-buru berkata, "Asalkan bisa membantu Kak Tobi, aku bersedia melakukan apa saja."Makin Jessi bersikap seperti itu, Tobi makin merasa bersalah. Jessi terlalu baik kepadanya. Gadis itu terus mengorbankan
Begitu mendengar percakapan mereka, Tobi langsung mengerutkan kening. Dia tentu tahu apa yang dipikirkan oleh mereka, tetapi dia juga tidak berniat untuk menyiksa mereka.Hanya saja, dia tidak punya pilihan sekarang. Kalau tidak, dia juga tidak akan melakukan hal yang akan membuat Widia sedih.Tak butuh waktu lama, Kakek Muhar dan yang lainnya telah sampai di depan aula utama. Melihat dekorasi tempat itu, hati mereka dipenuhi dengan kegembiraan. Mereka bahkan berharap bisa langsung tinggal dan menikmati segala yang ada di sana.Namu, yang lebih penting sekarang adalah bertemu dengan Tobi lebih dulu.Saat ini, Tobi sudah duduk sambil menunggu kedatangan mereka.Begitu ibunya Widia melihat Tobi, dia segera maju ke depan dan berkata dengan gembira, "Tobi, ternyata kamu ada di sini. Tahukah kamu seberapa besar upaya yang kami lakukan untuk mencarimu?""Benarkah? Padahal, aku tinggal di sini selama ini!""Aneh sekali. Bukankah kalian selalu menyebutku sebagai pria nggak berguna? Itu berarti
Kakek Muhar berkata dengan nada getir, "Aku datang mencarimu kali ini bukan karena kamu adalah Raja Naga, tapi karena aku baru sadar, hanya kamu satu-satunya yang memperlakukan Widia dengan sepenuh hati.""Kalau kamu meninggalkan Widia sekarang, dia pasti nggak mau hidup lagi.""Benar. Tobi, kami bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan, tapi tolong, tolong selamatkan Widia," tambah ibunya Widia."Tobi, Paman juga mohon kepadamu. Tolong beri Widia kesempatan lagi."Jika mereka tidak mengatakan apa-apa, Tobi malah makin merasa bersalah. Hanya saja, setelah mendengar kata-kata mereka dan memikirkan tatapan puas mereka barusan, Tobi langsung berkata dengan kesal, "Kalian sekarang mau aku beri kesempatan? Lalu, kenapa kalian nggak memberiku kesempatan sebelumnya?""Sebelumnya itu salah kami. Kami ...."Ibunya Widia mulai mengulangi kata-katanya barusan, tetapi kali ini dia menunjukkan penyesalan yang lebih besar."Sudahlah!""Kalian nggak perlu jelaskan begitu banyak."Tobi memasang ekspr
Selesai berbicara, ibunya Widia langsung menampar wajahnya sendiri.Gerakannya juga tidak terlihat lembut sama sekali, bahkan terdengar bunyi keras dan sangat menyakitkan.Namun, dia masih tetap menggertakkan gigi. Dia berusaha menahan rasa sakit dan memukul wajahnya beberapa kali lagi, bahkan menggerakkan lengannya ke kiri dan ke kanan. Setelah beberapa saat, kedua sisi pipinya sudah terlihat bengkak.Dia melirik Herman sekilas, memberi isyarat agar suaminya melakukan hal yang sama.Ibunya Widia kali ini benar-benar sudah bertekad bulat.Herman tidak berdaya. Dia terpaksa melakukan apa yang diperintahkan oleh istrinya. Herman menggertakkan gigi dan menampar wajahnya sendiri.Tobi benar-benar tidak tahan melihatnya lagi. Meski dia sudah menghindar ke samping, mereka juga tidak bisa terus-terusan seperti ini.Hanya dengan lambaian tangan kanan Tobi yang ringan, Yesa dan Herman langsung terjatuh. Setidaknya, mereka tidak terus berlutut di sana lagi.Sekalipun dia telah menghindar dan tid
Lantaran tidak boleh macam-macam dengan Dewa Perang Harita, jadi mereka juga tidak boleh menyentuh Raja Naga dari Sekte Naga?Awalnya, Andreas benar-benar tidak tahu siapa Tobi sebenarnya. Namun, saat ini, dia akhirnya mengerti siapa yang telah diprovokasi putranya.Ternyata dia adalah Raja Naga dari Sekte Naga.Dia mulanya agak terkejut. Dari mana muncul Guru Besar semuda itu di dunia ini?Ternyata dia adalah Raja Naga Sekte Naga yang baru. Wajar saja hal itu terjadi.Sejauh yang dia tahu, kekuatan Raja Naga baru seharusnya berada pada tingkat awal Guru Besar atau paling tinggi pun hanya berada di tingkat menengah Guru Besar. Jadi, Raja Naga yang baru tentu bukanlah tandingan Dewa Perang Albus sama sekali.Satu-satunya hal yang menakutkan adalah identitasnya. Gurunya, Raja Naga tua, juga memiliki kekuatan yang tidak terduga.Namun, jika Tobi meninggal, mustahil Sekte Naga bertarung melawan Keluarga Yudistira demi orang yang sudah mati.Kondisi putranya saat ini begitu menyedihkan. Dia
Setelah terdengar suara itu, sosok Widia juga masuk ke dalam dengan cepat. Usai mendengar pembicaraan mereka, dia tentu saja tidak akan membiarkan kakeknya berlutut di hadapan Tobi.Bukankah itu sudah keterlaluan sekali?Selanjutnya, dia juga melihat orang tuanya tengah terduduk di lantai, saling bersandar satu sama lain. Wajah ibunya tampak merah dan bengkak. Jelas sekali, ibunya telah ditampar berkali-kali.Selain itu, wajah ayahnya juga terlihat muram, bahkan ada bekas tamparan mencolok di wajahnya.Hal itu tentu membuat wajah Widia yang tadinya sudah terlihat kuyu itu bertambah muram.Sudah pasti ini semua ulahnya Tobi.Widia tahu kelakuan orang tuanya terhadap Tobi sebelumnya sudah sangat keterlaluan. Sebenarnya, dia sendiri juga tidak tahan melihatnya.Hanya saja, bagaimanapun juga, mereka adalah orang tuanya. Berlutut di hadapan Tobi mungkin keinginan orang tuanya sendiri. Namun, mengingat kasih sayang orangtuanya kepadanya, kemungkinan besar Tobi-lah yang menampar wajah mereka.
Mereka menampar diri sendiri?Widia tertegun sejenak. Benarkah itu? Biasanya, meski hanya disentuh sedikit, ibunya sudah akan menjerit minta tolong. Apa dia akan menampar dirinya sendiri seperti ini?Melihat cucunya seakan tidak memercayainya, Kakek Muhar segera menambahkan, "Benar, Tobi bilang dia sudah memaafkan kami, tapi dia nggak mau kembali ke kediaman Lianto, jadi orang tuamu berinisiatif berlutut dan menampar wajah mereka sendiri.""Tobi sudah menghindar dan menghentikan kami, begitu pula kakek. Dari awal hingga akhir, Tobi sama sekali nggak memaksa kami."Lantaran takut Tobi tidak senang, jadi mereka berusaha membantu pria itu menjelaskan.Karena kakeknya sudah mengatakan seperti itu, Widia tentu memercayainya. Hatinya merasa jauh lebih tenang. Kalau dipikirkan baik-baik, ini semua baru benar. Lagi pula, Tobi memang orang yang baik.Apalagi, pria itu telah berkorban terlalu banyak demi Widia."Widia, syukurlah kamu datang. Cepat bujuklah Tobi. Dia jelas-jelas menyukaimu, tapi