"Itu sebabnya kamu sengaja mengarahkanku untuk turun tangan?""Ya, aku telah bersalah!" kata Damar sambil menggertakkan giginya."Untung saja kamu nggak berdalih, kalau nggak, aku akan memberimu pelajaran," kata Tobi dengan suara datar."Ya. Terima kasih, Raja Naga! Tapi aku mengambil tindakan karena punya dendam kepada ayahnya Wahyu. Dia pernah membunuh saudara terbaikku.""Oh? Jadi, kenapa nggak minta bantuan Sekte Naga?""Aku pernah minta bantuan, tapi nggak ada balasan.""Kali ini aku akan biarkan masalah ini berlalu, tapi jangan sampai terulang lagi.""Baik. Empat tahun yang lalu, ayahnya Wahyu sudah setingkat Guru Besar. Kekuatannya saat ini nggak boleh dianggap remeh. Jika dia kembali, dia mungkin akan mencari masalah denganmu. Raja Naga, harap berhati-hati.""Nggak masalah!""Bukankah dia hanya Guru Besar? Kalau dia berani cari masalah, aku akan melumpuhkannya."Setelah itu, Tobi langsung menutup telepon.Damar seketika bingung. Guru Besar adalah tingkat kekuatan ahli bela diri
Kali ini, Kakek Muhar juga terdiam. Setelah mendengar keluhan putra dan menantunya tentang kejadian akhir-akhir ini, dia pun mulai bertanya-tanya apa dia telah melakukan kesalahan.Dilihat dari sikap Tobi selama ini, pria itu sangat suka membual. Apalagi, dia juga tidak melakukan apa-apa sepanjang hari dan juga menolak untuk bekerja di perusahaan.Mengandalkan ilmu seni bela dirinya, mengambil tindakan tanpa pandang bulu dan hampir menjerumuskan Keluarga Lianto ke jurang kematian. Hanya itu saja kerjaannya setiap hari.Kalau bukan berkat Joni, mereka sudah berakhir.Saat ayahnya Widia menyadari Kakek Muhar terlihat bimbang, dia segera menambahkan, "Benar. Kita juga nggak mempermasalahkan yang dulu lagi, tapi kali ini, dia malah memprovokasi Keluarga Hutama.""Dengar-dengar, Widia sudah berusaha menghentikannya dan menyuruhnya untuk nggak bertindak sembarangan, tapi Tobi masih nggak mau dengar dan ngotot bicara lancang.""Untungnya, Keluarga Hutama terlibat masalah kali ini. Untungnya,
"Ya, tapi Keluarga Hutama seperti itu nggak pantas untuk disegani."Ibunya Widia bertambah kesal mendengarnya, "Beraninya kamu bicara seperti itu? Kamu bisa hidup sampai sekarang itu semua berkat Tuan Joni. Seharusnya kamu berlutut di depan Tuan Joni dan bersujud padanya!""Kalau bukan Tuan Joni menangani Keluarga Hutama kali ini, aku rasa kamu sudah lama mati tragis.""Tuan Joni? Memangnya dia bisa menangani Keluarga Hutama?"Nada suara Tobi terdengar datar, tetapi penuh dengan sindiran.Melihat Tobi tidak hanya sombong, tetapi juga makin tidak masuk akal, Kakek Muhar tampak tidak senang.Widia juga tak berdaya. Jika bukan Tuan Joni menangani Wahyu, konsekuensinya akan sangat buruk. Kenapa Tobi masih keras kepala dan takut kehilangan muka?Tania sangat bersemangat saat menyaksikan adegan ini, terutama ketika Tobi diserang oleh semua orang.Ayo, lanjut lagi! Kalau bisa, ceraikan Tobi, lalu usir dia keluar dari rumah. Dengan begitu, Tania bisa menjadikan Tobi sebagai pacarnya.Joni yang
Widia kelihatan ragu-ragu. Lagi pula, dia juga termasuk lulusan terbaik manajemen keuangan dan telah memimpin Grup Lianto selama beberapa tahun, jadi dia tidak mungkin senaif itu.Mana mungkin ada investasi yang mengiming-imingi keuntungan besar dalam waktu singkat seperti itu."Widia, kenapa? Jangan-jangan kamu nggak percaya sama aku?""Widia, apa yang kamu ragukan? Tuan Joni sudah banyak berkorban untukmu. Kalau bukan karena kamu, dia nggak mungkin menawarkan keuntungan seperti ini.""Benar, Widia. Jujur saja, aku melakukan semua ini demi kamu," seru Joni sambil terus menyakinkan wanita itu.Bahkan, Kakek Muhar pun termakan omongan Joni. Apalagi, menurut pengamatan sebelumnya, Grup Karawaci termasuk perusahaan berkinerja baik dan memiliki potensi berkembang yang tinggi.Tampaknya, Tuan Joni telah menghabiskan banyak uang demi Widia.Dia tentu tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini."Widia, kenapa masih ragu? Apa alasannya karena Tuan Joni terlalu baik kepadamu?""Pikirkan seber
Seakan memahami apa yang dipikirkan Widia, semua orang pun menghargai keputusannya. Lagi pula, satu bulan akan berlalu dengan cepat."Mengenai investasi, aku nggak punya banyak uang tunai saat ini. Apalagi, perusahaan juga bukan milik Keluarga Lianto saja, jadi aku harus mendiskusikannya dengan pemegang saham lainnya."Sebenarnya, Widia hanya mencari alasan. Pemegang saham yang dia sebut itu semuanya sahabat karib kakeknya, jadi dia masih punya kekuasaan dalam mengambil keputusan. Dia hanya ingin memeriksa perusahaan milik keluarga Joni sebelum melakukan investasi.Joni bisa menebak ucapan Widia, jadi dia pun berkata dengan pasrah, "Oh, begitu. Sayang sekali, terpaksa keuntungan ini jadi milik orang lain, deh.""Kenapa harus memberikannya kepada orang lain? Widia, apa yang kamu pikirkan?""Ayah, bukankah kamu paling berkuasa di perusahaan? Apa kita nggak bisa meminjam uang untuk investasi?" tanya ibunya Widia sambil mendesak ayah mertuanya."Aku sudah lama meninggalkan perusahaan, jadi
Satu per satu dari mereka melontarkan sindiran pedas, tetapi Kakek Muhar tidak menghentikan mereka kali ini.Tobi menggelengkan kepalanya dan menghela napas, "Pokoknya, aku sudah memperingati kalian. Kalau kalian nggak percaya, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."Setelah itu, Tobi pun membalikkan badannya dan pergi.Kakek Muhar tampak menghela napas. Padahal, dia berniat baik menginvestasikan 20 miliar untuk Tobi, tapi pria itu malah tidak menghargainya dan membuat lelaki tua itu sakit hati."Kakek Muhar, jadi 20 miliar itu bagaimana?" tanya Joni dengan hati-hati."Dia nggak menghargai niat baikku, tapi aku juga punya prinsip sendiri. Investasikan atas namanya saja," jawab Kakek Muhar sambil menghela napas. Bagaimanapun juga, dia harus memberikan penjelasan kepada dokter ajaib tua dan uang ini bisa dianggap sebagai penjelasan.Joni langsung memujinya, "Kakek Muhar memang bijaksana! Baiklah, sekarang totalnya sudah 180 miliar dan hanya tersisa 20 miliar lagi. Tania, kamu nggak mau?"T
"Mudah-mudahan kamu bisa terus senang seperti saat ini. Jangan nangis saat semua uang simpananmu lenyap," ucap Tobi memperingatkannya dengan kesal."Itu juga nggak ada hubungannya sama kamu. Lagian, aku punya banyak uang dan suka ditipu. Nggak seperti kamu, pria malang yang nggak punya apa-apa dan hanya bisa bergantung pada putriku."Tobi tertawa kecil mendengar itu. Dia pun tidak melanjutkan pembicaraan itu lagi dan langsung keluar. Dia benar-benar tidak sanggup tinggal di sini lagi.Saat berjalan keluar, dia berpapasan dengan Tania.Begitu Tania melihat Tobi, dia segera merapikan rambutnya, lalu melangkah mendekati pria itu dan memanggilnya dengan lembut, "To ... Tobi!"Awalnya, dia ingin memanggilnya "Kak Tobi", tetapi dia takut mengagetkan pria itu.Tobi agak kaget melihat perubahan sikap Tania. Apa ini Tania yang dia kenal? Namun, Tania yang saat ini lebih terlihat menawan dari sebelumnya. Pria itu pun bertanya dengan nada datar, "Ada apa?""Nggak apa-apa. Mereka nggak percaya sam
Tobi termenung sejenak, lalu bertanya, "Kakek Jamil, jangan-jangan kamu mau aku bersaing dengannya?""Nggak juga. Hanya saja, Martin selalu meremehkan Negara Harlanda. Aku nggak tahu apa yang akan dia katakan nantinya, tapi seandainya dia berani mempermalukan Negara Harlanda, aku harap kamu bisa memberinya pelajaran."Jamil Jutopo tidak tertarik dengan pangkat, tetapi dia tidak terima Negara Harlanda dipermalukan."Aku mengerti. Beri tahu aku waktu dan alamatnya. Aku akan pergi ke sana nanti malam," ucap Tobi seraya menyetujuinya."Oke!"Jamil segera memberikan informasi terkait dan mengatakan pihak penyelenggara akan menambahkan nama Tobi ke daftar undangan dan dia hanya perlu berangkat ke sana saja malam nanti.Setelah menutup telepon, Jamil menghela napas lega.Selama Martin tidak macam-macam kepada Tobi, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Namun, jika sebaliknya, Martin pasti akan menderita. Untungnya, Jamil menyebut Tobi hari ini. Jika tidak, dia masih tidak tahu pria itu tel