Kali ini, Dwi akhirnya mengerti mengapa Pak Lintang memintanya untuk menjaga Kristin dengan baik. Dia juga paham mengapa Pak Lintang begitu cemas dan gugup barusan.Ternyata begitu. Untung saja, dia tidak pernah mencari masalah dengan Kristin sebelumnya. Dia bahkan terus menyuruh atasan departemen administrasi untuk menjaga Kristin dengan baik.Tak lama kemudian, Pak Bayu dari Departemen Administrasi dan Vina juga datang.Melihat pemandangan ini, mereka tercengang.Bahkan, berkeringat dingin!Mereka benar-benar ketakutan!Untunglah, mereka patuh dan membimbing Kristin dengan baik.Jika tidak, mungkin hari ini mereka akan berakhir seperti Hanny.Mereka sempat menduga Kristin punya pendukung dari belakang. Mungkin saja, dia kenalannya eksekutif perusahaan, tetapi mereka tidak menyangka orang di belakangnya akan begitu menakutkan.Bosnya Grup Transera!Bahkan, ini mungkin bisa dianggap sebagai berita besar.Lagi pula, tidak ada seorang pun yang tahu siapa bos di balik layar Grup Transera.
Hanny sangat ketakutan.Lantaran dia tahu betapa menakutkannya Lintang. Namun, sekarang, Pak Lintang bahkan menjadi penakut saat berhadapan dengan bocah ini. Selain itu, dia telah membuatnya tersinggung barusan.Terutama dia telah menyebarkan rumor buruk mengenai Kristin. Setelah dipikir-pikir sekarang, yang dia katakan barusan itu tidak mungkin terjadi.Lagi pula, Kristin sendiri punya pacar yang begitu tampan dan hebat. Mana mungkin dia masih perlu menyenangkan orang lain?Saat melihat kondisi Hanny yang menyedihkan, semua orang diam-diam menggelengkan kepala. Namun, Hanny ini benar-benar tidak tahu malu. Demi menyelamatkan dirinya, dia bahkan berani mengatakan apa pun.Dia bahkan belum punya pacar, jadi dari mana dia punya tanggungan anak?Tak berselang lama, wajah Hanny telah bengkak parah. Bahkan, hampir tidak bisa mengenalinya lagi.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan dingin, "Sudahlah! Memukul orang sepertimu hanya akan membuat tanganku kotor!""Ya, ya, aku hanyalah
Wajah Lintang berubah muram, tetapi dia tetap menganggukkan kepalanya.Mendengar itu, Hanny langsung tertegun. Wajahnya memucat, kemudian dia berkata dengan cemas, "Tuan, bukankah kamu barusan ....""Diam!"Lintang yang sedari tadi sudah dipenuhi amarah langsung melangkah maju dan menendangnya. Ini semua gara-gara wanita ini. Dialah yang mencelakainya.Kristin kaget saat melihat pemandangan ini. Dia jelas merasa kasihan dan buru-buru berkata, "Kak Tobi ...."Tobi paham dengan maksud Kristin. Barusan dia memang sangat emosi. Apalagi, selama bertahun-tahun ini, dia terus merasa bersalah kepada Kristin.Awalnya, dia memasukkannya ke dalam perusahaannya untuk menjaganya, tetapi dia tidak menyangka wanita itu malah akan mendapat perlakuan seperti ini.Melihat tatapan mata Kristin yang baik hati, Tobi menoleh dan berkata, "Oh ya, jangan hukum terlalu keras. Lagi pula, dia juga seorang wanita. Beri mereka pelajaran saja agar kelak mereka nggak berani melakukannya lagi.""Tapi, perusahaan suda
"Memberiku promosi?"Stella tertegun sejenak"Benar. Mulai besok, Kristin akan menjadi manajer departemen kita dan kamu akan menjadi asistennya," kata Vina sambil tersenyum."Ah ...."Stella tercengang. Tak disangka, masih ada hal sebaik itu. Namun, dia juga teringat akan posisi Vina yang sekarang ini menjabat sebagai manajer mereka. Mau tidak mau, dia pun bertanya,"Bagaimana denganmu, Bu Vina?"Vina selalu baik kepada mereka. Selain itu, dia juga mendukung Vina."Jangan khawatirkan aku. Oh ya, kamu bukan hanya punya kesempatan ini. Kalau kinerjamu bagus, jabatanmu juga akan terus meningkat mengikuti posisi Kristin ke depannya."Vina tersenyum dan berkata, "Tak perlu diragukan lagi, Kristin pasti akan punya masa depan yang cerah. Jadi, kamu harus berusaha keras dan jangan lewatkan kesempatan ini.""Ini ...."Stella benar-benar kebingungan. Benarkah ada hal sebagus ini? Apa dia kini punya kesempatan untuk meraih kesuksesan?Ini sungguh hal yang luar biasa."Kerja bagus-bagus. Siapa tahu
"Sepertinya kamu nggak bisa memakainya besok.""Ah? Apa maksudnya?""Karena aku butuh liontin giok itu besok. Pinjamkan liontin itu kepadaku dulu," jelas Tobi."Begitu rupanya. Bikin kaget saja. Kak Tobi bisa ambil liontin itu kapan saja. Lagi pula, itu memang milikmu. Kamu nggak perlu meminjamnya.""Mana bisa. Aku sudah berikan liontin itu kepadamu, jadi sekarang itu milikmu. Hanya saja, situasinya agak istimewa kali ini, jadi aku butuh liontin giok itu," kata Tobi."Ya!"Kak Tobi tidak mengatakan apa yang ingin dia lakukan dengan liontin giok itu, jadi Kristin juga tidak bertanya lagi. Kalau Kak Tobi merasa perlu, dia pasti akan mengatakannya kepadanya.Setelah keduanya selesai makan, Tobi mengajak Kristin untuk membeli banyak barang kebutuhan untuknya. Selesai berbelanja, barulah mereka kembali ke kompleks perumahan Kristin.Tobi juga membantu Kristin menenteng barang belanjaan mereka sampai di depan pintu.Begitu membuka pintu, Meli langsung menyambut Tobi dengan ramah. Meli tersen
Keesokan paginya, tepat jam enam, Tobi telah dibangunkan oleh dering ponselnya. Dia mengambil ponselnya dan menjawab, "Halo!""Kak Tobi, apa yang kamu lakukan? Kamu masih tidur?"Terdengar suara mendesak Jessi dari seberang sana."Ya, masih pagi begini, kalau nggak tidur, apa lagi yang bisa kulakukan?" tanya Tobi dengan bingung."Kamu masih bisa tidur?""Masa kamu belum tahu? Widia sudah mau pergi ke Jatra dengan Rio, tuan muda dari Keluarga Yudistira hari ini." Jessi bahkan lebih khawatir dibandingkan Tobi.Menurut pemahamannya, Kak Tobi telah mengenal Widia sejak kecil, apalagi Kak Tobi tidak pernah melupakannya. Dia pasti sangat mencintai Widia.Dia juga mendengar hal ini dari ayahnya, Damar."Oh, itu yang kamu maksud. Aku tahu, kok.""Kamu tahu? Kalau begitu, kenapa kamu nggak khawatir sama sekali? Apa kamu sungguh nggak menyukainya lagi?""Oh ya, kudengar kalian sudah bercerai?"Jessi juga baru saja mengetahui hal ini. Meski begitu, dia juga ingin mengingatkan Tobi. Dia ingin pria
Saat itu, Martha berada di sisi Widia. Dia mulai memarahi Tobi, kakak iparnya, berkali-kali. Sia-sia kakak sepupunya begitu memercayainya. Meski Martha sudah mengatakan yang sebenarnya kepadanya, pria itu masih belum muncul juga.Dasar pengecut!Ekspresi Widia tampak dingin sekaligus sedih. Dia tahu nasibnya tidak bisa diubah lagi. Namun, apa pun yang terjadi, sekalipun harus mengorbankan nyawanya, dia juga tidak akan membiarkan tubuhnya dinodai Rio.Selain Tobi, dia tidak akan mengizinkan pria lain menyentuh tubuhnya.Sekalipun harus membuat Keluarga Lianto hancur.Dia juga tidak peduli begitu banyak lagi. Salahkan saja kakek dan orang tuanya sendiri.Andai dia meninggal di kediaman Keluarga Yudistira di Jatra, seharusnya Rio tidak punya alasan untuk mencelakai orang tuanya dan keluarganya."Kak Widia, kamu yakin mau pergi bersama Tuan Rio?" tanya Martha tidak tahan lagi."Kalau nggak? Memangnya aku punya jalan lain?"Widia tersenyum sedih dan berkata, "Martha, kalau kamu punya kesemp
Sayangnya, Kakek Muhar dan yang lainnya tidak tahu apa yang dipikirkan Rio. Di mata Rio, Keluarga Lianto hanyalah keluarga lemah yang tidak pantas dibandingkan dengan keluarganya.Lagi pula, mereka memang tidak berada pada level yang sama.Asalkan Rio angkat bicara, apalagi hanya dengan satu perintah, dia akan punya banyak cara untuk menghancurkan Keluarga Lianto.Setelah masuk dan bertegur sapa sebentar, semua orang mulai menyebut nama Widia.Saat ini, Widia juga tidak bisa terus bersembunyi di dalam kamarnya. Jadi, dia hanya bisa menguatkan dirinya dan mulai berjalan keluar.Martha berada di belakangnya, tetapi tidak mengikutinya keluar.Dia sungguh tidak tahan melihat adegan itu.Tak disangka, kakak iparnya, Tobi, begitu berengsek dan pengecut. Dia pasti akan memarahi pria itu habis-habisan.Martha tidak peduli lagi dengan pandangan Tobi terhadap dirinya.Jadi, dia diam-diam menghubungi nomor telepon Tobi.Ternyata, Tobi saat ini sudah sampai di luar kediaman Lianto, tetapi dia tida