"Kamu!"Padahal dia tidak bermaksud memecat Monika. Bagas bertambah geram. Dia hanya bisa melampiaskan emosinya kepada Tobi dan berkata dengan nada lantang, "Satpam! Kenapa masih belum datang? Apa sudah mati semuanya?""Di ... di sini!"Setelah beberapa saat, satpam pun berlari dengan terengah-engah menghampirinya.Melihat satpam berlari mendekatinya, Bagas langsung memerintahnya, "Kenapa masih bengong? Cepat pukul dia. Pukul sampai kakinya patah, lalu bawa ke kantor polisi. Bilang dia sudah mencuri hasil desain kita."Mendengar perintah itu, satpam langsung bergegas mengambil tindakan.Kamila ketakutan. Wajahnya pucat pasi, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukanGita menatap Tobi dengan dingin. Bajingan ini pantas mendapatkannya. Siapa suruh dia tidak mau dengar. Andai dia pergi dari tadi, bukankah dia akan baik-baik saja?Mungkin karena mereka terlalu berisik, bahkan sekretarisnya wakil direktur Simon, Jordan, juga mendatangi mereka. Bagaimanapun, direktur baru akan mulai menjabat ha
Melihat adegan itu, wajah Kamila menjadi pucat. Saking takutnya, dia sampai menutup matanya.Untungnya, Tobi yang berada di samping itu mendengus dingin, maju selangkah, kemudian hanya dengan beberapa gerakan kecil, dia telah berhasil mematahkan tangan satpam-satpam itu.Rasa sakit yang begitu menusuk itu langsung membuat mereka terjatuh ke lantai dan mengeluarkan jeritan nyaring. Satu per satu dari wajah mereka memperlihatkan ekspresi kesakitan.Meski kaki mereka tidak patah, mereka tidak bisa bangkit lagi.Semua orang terpana. Tak disangka, Tobi yang terlihat lemah itu justru menyimpan kemampuan yang luar biasa.Kamila membuka matanya dengan kaget. Dia mendapati dirinya tidak terluka sedikit pun. Untuk sesaat, dia tidak paham sebenarnya apa yang telah terjadi.Raut wajah Bagas berubah, tetapi dia masih tetap berkata dengan marah, "Bagus, Nak. Pantas kamu begitu sombong, ternyata kamu bisa seni bela diri. Sayangnya, kamu tahu kan sekarang bukan zaman dulu lagi? Tunggu saja, aku panggi
Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang tercengang.Baik Gita, Kamila, Monika dan desainer lainnya, sorot mata mereka semuanya memperlihatkan tatapan tidak percaya.Siapa sangka, pemuda tampan ini adalah direktur baru perusahaan mereka. Bukankah biasanya pria tua dan dewasa, setidaknya berusia tiga puluhan atau empat puluhan yang akan menjabat sebagai direktur?Sejak kapan ada direktur muda seperti ini?Melihat penampilan Jordan yang mendadak berubah, jantung Bagas langsung berdebar-debar. Apalagi, saat mendengar perkataan Jordan selanjutnya, ekspresinya berubah drastis, kakinya terasa tak bertenaga dan hampir berlutut.Wajahnya seperti baru saja melahap habis ribuan lalat mati. Apalagi, membayangkan kelakuannya barusan, yang memandang rendah Tobi, bahkan ingin membereskannya.Berakhir sudah!Tak ada yang bisa menyelamatkannya lagi."Pak, Pak Tobi, aku ....""Kenapa? Kamu masih ingin mengusirku?" tanya Tobi dengan dingin."Bu ... bukan. Pak Tobi, Anda salah paham. Saya benar-benar
"Baik!" ucap Jordan dengan sopan. Dia juga harus segera melaporkan masalah ini kepada Pak Simon."Oke, cepat pergi. Ingat, semua karyawan harus hadir dalam waktu sepuluh menit. Kalau nggak, kalian akan menanggung konsekuensinya," ucap Tobi dengan dingin."Ya!"Jordan dan Bagas segera melakukan perintahnya.Setelah keduanya berjalan pergi, barulah Gita terhenyak. Dia memandang Tobi dengan tatapan kaget. Jelas-jelas, wajahnya terlihat canggung.Apalagi, teringat dia berulang kali meremehkan Tobi, bahkan tidak memercayai kata-katanya.Ternyata dia tidak berbohong saat mengatakan dia juga bekerja di Grup Maharta. Hanya saja, dia bukan karyawan biasa, melainkan direktur baru.Gita malah terus-terusan memandang rendah dirinya. Masih dengan ekspresi canggung di wajahnya, Gita pun berkata dengan hati-hati, "Pak Tobi, aku ....""Nggak perlu dibahas lagi. Ke depannya, lakukan pekerjaanmu dengan baik saja."Gita memang tidak sopan kepadanya, bahkan omongannya terdengar kasar, tetapi wanita itu ti
Bahkan Kamila juga sering dimarahi Gita. Hanya saja, Kamila juga satu-satunya yang bisa menerima bimbingan dan perlindungan dari Gita, jadi selama ini Kamila sangat berterima kasih kepada Gita.Selain itu, posisi direktur desain di perusahaan juga tidak hanya satu. Selama kemampuan manajemennya memadai dan tingkat desainnya bagus, perusahaan pasti akan memberikan kesempatan.Lantaran pernah membuat Bagas tersinggung, Monika ditekan terus-terusan selama ini.Monika tertegun sejenak, seakan-akan tidak percaya. Dia kemudian berkata, "Pak Tobi, tentu saja aku mau. Aku yakin dengan posisi direktur desain dan percaya akan melakukan pekerjaan sebaik mungkin."Berbicara sampai di sini, Monika terlihat ragu. "Tapi ....""Tapi apa?" tanya Tobi tidak mengerti.Monika ragu-ragu, tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Terakhir, dia tetap berkata, "Mungkin ada sedikit hambatan. Aku khawatir hal itu akan memengaruhi manajemen Pak Tobi di perusahaan ke depannya."Jika itu orang biasa, dia mungkin
Ucapan itu sontak membuat ekspresi karyawan departemen desain berubah.Apa sudah mau dimulai?Bayangkan, wakil direktur Simon adalah orang yang begitu arogan dan sangat mementingkan harga diri. Dia jauh lebih hebat dibandingkan Bagas. Bisa-bisanya Tobi menantangnya secara terang-terangan.Benar saja. Wajah Simon langsung berubah, sorot matanya menjadi gelap.Bocah ini benar-benar merasa dirinya sangat hebat. Pria ini bahkan tidak bisa mengalahkan Bagas dan buru-buru melepaskannya.Beraninya dia melawan Simon sekarang? Apa dia tidak takut konsekuensi dari menentang Simon?Namun, Simon tetap menahan ketidakpuasan itu dalam hati. Kemudian, memperlihatkan senyuman sambil berkata, "Ada alasan mengapa aku bisa datang terlambat. Barusan aku menerima telepon dari seorang teman yang notabene pemimpin tingkat atas di provinsi. Itu sebabnya, waktuku tertunda lama.""Kalau itu orang biasa, aku pasti nggak menerimanya, tapi yang ini nggak bisa. Kalau aku sempat membuatnya tersinggung, perusahaan ki
Tobi kaget saat mendengar itu, kemudian bertanya, "Si bodoh itu masih belum meninggalkan Kota Tawuna?""Hah? Apa yang kamu bicarakan?"Widia tertegun sejenak."Bukan apa-apa. Jam berapa kalian makan?" tanya Tobi."Jam setengah sebelas, di Gedung Antasari.""Cepat sekali. Baiklah, aku mengerti. Kamu pergi dulu. Setelah menyelesaikan masalah di sini, aku akan menyusul nanti," ucap Tobi kemudian menutup telepon.Widia tertegun. Apa maksud omongan Tobi barusan? Mungkinkah dia akan datang membuat keributan lagi? Apa dia sudah gila? Hal itu akan membuat Tuan Darel makin marah.Namun, andai Tobi tidak muncul, bagaimana Widia menghadapi Tuan Darel?Apalagi kakek dan ibunya sudah memperingatkan, kalau Widia tidak menurut kali ini, mereka pasti akan berselisih, bahkan mungkin akan mencelakai seluruh Keluarga Lianto.Ya sudahlah, tidak perlu dipikirkan terlalu banyak. Dia yakin setiap masalah pasti ada solusinya.Siapa tahu Tobi punya jalan keluar? Bukankah dia selalu terlihat ceroboh, tetapi pad
Begitu mendengar keputusan itu, semua orang langsung tercengang.Lantaran suara Tobi sangat tajam, sekalipun tidak terlalu keras, tetapi ucapannya bisa terdengar jelas di telinga semua orang.Semua orang bisa mendengar dengan jelas.Rafel!Bisa-bisanya orang nomor dua di departemen penjualan dipromosikan langsung menjadi wakil direktur.Selain itu, direktur baru juga mengatakan bahwa dia akan menangani bisnis seluruh perusahaan mewakili dirinya. Bukankah itu sudah hampir setara dengan menjadi direktur?Mengapa kedengarannya tidak masuk akal sekali?Gita juga tersentak. Setelah kejadian barusan, dia sempat menebak mungkin Tobi akan mengambil tindakan, tetapi dia tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu.Keputusan ini bisa dikatakan telah menantang para eksekutif inti dari perusahaan.Monika diam-diam tersenyum pahit. Teringat dengan yang dikatakan Pak Tobi barusan, awalnya dia mengira mungkin pria itu hanya asal bicara saja. Lagi pula, pengangkatan jabatan seperti itu tidak mudah di
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp