Kata-kata itu seketika membuat Tobi tidak mampu berkutik lagi. Dia pun menerimanya dan berkata, "Ya sudah, aku akan turuti perkataanmu, tetapi setelah perusahaan stabil, kamu harus memuaskan keinginanku.""Apa-apaan ...."Wajah Widia memerah, lalu menegurnya, "Apa yang kamu pikirkan? Selain wanita, apa kamu nggak punya hal lainnya lagi?""Ya, selain wanita, nggak ada yang lainnya lagi."Tobi malah mengiakannya, hanya saja, dia buru-buru menambahkan, "Tapi, aku hanya memikirkanmu."Kalimat itu seketika membuat hati Widia berbunga-bunga, tetapi dia masih menyembunyikannya dan berkata dengan nada ketus, "Masih berpikir untuk menipuku? Aku nggak akan percaya."Seakan sadar dirinya tak mampu menahan rayuan manis Tobi, dia pun berkata, "Sudah larut. Aku harus kembali dan istirahat dulu.""Ya, baiklah.""Aku pikir, lantaran sudah memberikan kontribusi besar, kita akan menginap di hotel malam ini," ucap Tobi sambil menghela napas."Jangan mimpi!"Widia memutar bola matanya ke arah Tobi, kemudi
"Tuan Tobi!"Hendro menyapanya dengan sopan sekaligus memberi isyarat kepada Juneidi agar tidak berbicara dulu.Kebetulan Juneidi datang menemuinya malam ini. Mereka berdua sedang mendiskusikan sesuatu."Ya, Pak Hendro, terima kasih atas bantuanmu hari ini," ujar Tobi."Sama-sama, Dokter Tobi. Aku hanya melaksanakan tugasku hari ini. Kalau nggak, entah bencana seperti apa yang akan terjadi.""Untunglah ada Dokter Tobi yang mengambil tindakan dan menyelesaikan semuanya dengan sigap hingga kita bisa terhindar dari masalah yang lebih besar," ucap Hendro."Benar juga, tapi Pak Hendro bisa memberikan bantuan hari ini, apa kamu nggak takut aku nggak bisa menanganinya dengan baik? Kalau begitu, perusahaan bukan hanya akan bangkrut, tapi juga menimbulkan sensasi, bahkan memengaruhi pekerjaanmu?" tanya Tobi.Hendro langsung menanggapinya, "Dokter Tobi, jangan bercanda. Lantaran Anda sudah buka suara, saya pasti percaya sama Anda.""Bagus, kalau begitu, aku juga mau memberitahumu kabar baik. Pen
Setelah sibuk sepanjang hari, Tobi langsung pergi beristirahat.Dia tidak tahu ada orang yang tengah mengincarnya.Setelah Inggit kembali, dia langsung mengeluh kepada ayahnya, mengatakan betapa sombongnya kelakuan Tobi hari ini, bahkan pria itu berani meremehkan ayahnya.Tidak tahan melihat putrinya ditindas seperti itu, Rizal langsung marah.Dia langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyingkirkan Tobi beserta Grup Lianto.Keesokan harinya. Tobi bangun pagi-pagi sekali dan sudah sampai di perusahaan pada jam setengah sembilan.Begitu karyawan-karyawan berpapasan dengannya, mereka langsung menyapanya dengan sopan. Tobi bergegas menuju ruangannya Widia. Mereka berdua pun mendiskusikan dan mengkonfirmasi masalah Grup Maharta.Selanjutnya, mereka juga membahas masalah manajemen departemen penjualan.Bagaimanapun, Tobi kini akan mengelola Grup Maharta dan menjabat sebagai direktur baru. Tentu saja, dia tidak punya waktu untuk menangani masalah di sini lagi, jadi jabatan direktur penjua
Tobi melirik mereka berdua sekilas, lalu berkata sambil tersenyum, "Kalian nggak perlu gugup. Aku cari kalian hari ini lantaran ingin mengumumkan kabar baik.""Kabar baik?""Pak Tobi, jangan menipuku. Aku sudah menunggu kabar baik darimu setiap hari," ucap Shinta sambil berpura-pura marah.Pakaian yang dikenakan Susan hari ini sangat seksi, ditambah dengan sikapnya yang menggemaskan, Tobi hampir tidak bisa menahan diri dan buru-buru berkata, "Tenang saja, kali ini sungguh ada kabar baik."Sebenarnya Shinta hanya tidak ingin suasananya kaku, itu sebabnya dia bercanda. Mendengar tanggapan Tobi, dia pun bertanya dengan, "Pak Tobi, kamu serius?""Tentu saja!""Hari ini, aku sengaja menyuruhmu datang untuk memberitahumu kalau aku akan mempromosikanmu," kata Tobi."Mempromosikanku?"Shinta tertegun sejenak. Bukankah direktur penjualan saat ini masih dipegang oleh Tobi? Apalagi dia sekarang masih menjadi ketua tim. Selain itu, bukankah masih ada Leo?"Benar!""Leo, bagaimana perasaanmu menjad
Setelah termenung beberapa saat, barulah Leo tersadar dan buru-buru berkata, "Terima kasih, Kak Tobi. Kalau bukan karena dukungan Anda, saya masih seorang staf penjualan biasa.""Pokoknya, mulai sekarang, asalkan Kak Tobi memberi perintah, sekalipun harus mengarungi lautan api, aku juga nggak akan ragu sedikit pun.""Mengarungi lautan api? Lupakan saja. Asal kamu punya niat saja."Tobi berkata dengan nada datar, "Jujur saja, alasan kami mengangkat Shinta kali ini juga karena khawatir kamu masih belum cukup berpengalaman, jadi biar dia yang membantu meringankan bebanmu.""Jadi, kalau kamu ingin mengamankan posisi ini, kamu harus bekerja lebih keras lagi. Kalau nggak, posisi ini mungkin akan direbut oleh Shinta.""Pak Tobi, kenapa kamu melakukan ini? Apa kamu nggak takut kami berselisih gara-gara masalah ini?" tanya Shinta."Kak Shinta, tenang saja!"Leo buru-buru menanggapi, "Aku tahu sifatmu, apalagi selama ini kamu kerap menjagaku. Aku yakin kerja sama kita akan berlanjut dengan baik.
Menghadapi pertanyaan resepsionis, Devi langsung memperlihatkan kartu identitas polisinya sambil berkata, "Kami datang ke sini untuk mencari Tobi. Dia dicurigai telah melakukan perkelahian massal."Resepsionis terkejut, lalu buru-buru berkata, "Anda tunggu sebentar, saya akan mengonfirmasi hal ini lebih dulu." Lantaran Tobi sekarang bukan lagi karyawan biasa, dia tidak berani sembarangan menyuruh mereka masuk.Namun, demi memastikan tidak terjadi kesalahan, Devi tidak peduli begitu banyak dan langsung masuk ke dalam. Begitu sampai di dalam, dia mencari orang dan bertanya dengan dingin, "Di mana Tobi?"Karyawan-karyawan di dalam tampak terkejut, lalu menunjuk ruangan Tobi dengan jujur.Saat ini, Tobi telah menerima kabar itu dari resepsionis. Dia baru saja berjalan keluar dari ruangannya dan langsung berpapasan dengan Devi beserta rekannya yang tengah mencarinya."Tobi!""Sudah kubilang, kita pasti akan bertemu lagi. Hanya saja, aku nggak sangka akan secepat ini."Saat teringat ekspresi
Bukan hanya Tobi memprovokasi Devi dan mengatakan dia akan segera kembali, tetapi sekarang Widia juga mengucapkan kata-kata provokatif seperti itu.Devi terlihat emosi. Sorot matanya dipenuhi amarah. Dia menatap dingin Widia, lalu berkata, "Aku sudah menangkapnya, kecuali dia benar-benar nggak melanggar hukum, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa melepaskannya."Usai meninggalkan kata-kata itu, dia langsung membawa Tobi beserta rekan-rekannya berlalu dari sana.Ekspresi wajah Widia berubah. Dia langsung bertanya kepada orang di sebelahnya. Barulah dia tahu Tobi ditangkap karena masalah Hugo kemarin.Bukankah ini gara-gara Widia lagi? Hanya saja, Widia tidak menyangka Hugo akan menuntut Tobi.Tidak bisa, dia harus mencari tahu masalah ini dengan jelas.Namun, di saat ini, ponsel Widia berdering. Kakeknya menelepon."Kakek!""Widia, segera pulang sekarang juga." Nada Kakek Muhar seolah-olah sedang memerintahnya."Ada apa? Aku lagi sibuk, nggak bisa pulang.""Sesibuk apa pun, kamu haru
Beliau bahkan menyuruh Darel untuk bertemu dengan cucu teman lamanya. Apa dia tak sadar status Darel? Sudah berapa banyak wanita cantik yang berinisiatif melemparkan diri mereka ke pelukannya, sekarang perlukah dia datang melihat putri dari keluarga rendahan seperti ini?Bisa dikatakan, Kakek Basri sangat baik kepada Kakek Muhar, dia masih mengingat persahabatan lamanya. Dia bahkan berharap Widia bisa bersama dengan cucunya.Namun, itu juga kalau cucunya tertarik dengan Widia. Kalau tidak, dia juga tak akan memaksanya.Kakek Muhar terkejut, lalu bertanya dengan penasaran, "Tuan Darel, entah keluarga mana yang begitu bodoh dan berani memprovokasi Anda?""Huh! Keluarga Saswito!"Darel mendengus dingin. Dia tidak menyangka Keluarga Saswito akan begitu bodoh. Beraninya mereka melawannya hanya demi seorang wanita? Bukankah itu hanya masalah sepele saja?Tunggu saja! Kali ini, dia datang ke sini hanya untuk memberikan kesempatan terakhir kepada Keluarga Saswito.Kalau mereka masih berani men
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp