"Gavin? Yang mana?" tanya Tania dengan ekspresi bingung, padahal hatinya sangat senang."Tuan muda dari Keluarga Gumilar, yang kemarin membantu kita menagih utang.""Tuan Gavin, yang kemarin Tobi pura-pura ambil jasanya itu.""Oh!""Dia kelihatan sopan, layaknya pria sejati. Latar belakang keluarganya juga luar biasa, apalagi aku juga belum pernah mendengar rumor buruk mengenai dirinya. Yang lainnya aku nggak tahu, tapi aku rasa dia sangat kuat."Tania bersikap layaknya tidak tahu."Oh.""Bagaimanapun juga, dia termasuk calon pewaris Keluarga Gumilar. Wanita yang bisa menikah dengannya pasti sangat beruntung. Entah wanita mana yang bernasib baik seperti itu.""Oh ya, kenapa kamu tiba-tiba menanyakan soal dia?""Bukan apa-apa!"Widia tidak banyak bicara, tapi jauh di lubuk hatinya dia mulai tertarik kepada Gavin.Setelah mobil melaju beberapa saat, kebetulan mereka melewati sebuah bar. Tania melirik ke samping dan berkata, "Widia, suasana hatimu lagi buruk, 'kan? Bagaimana kalau kita pe
Widia tampak berlinang air mata. Sepertinya dia sudah mabuk.Setelah melampiaskan emosinya, perasaannya kini jauh lebih baik dan lebih tenang. Dia mengambil tisu untuk menyeka air matanya."Widia, jangan terlalu sedih.""Karena dia nggak pantas, buat apa kamu terus menantikannya? Lagian, di luar sana ada begitu banyak pria hebat yang mengejarmu. Mengapa kamu harus sedih untuk pria tak tahu malu seperti itu?" hibur Tania.Widia mengangguk. Mungkin ini saatnya dia melepaskan pria itu. Hanya saja, teringat besok dia harus pergi ke kantor sipil, hatinya terasa sakit sekali.Pedih menyayat jiwa.Di saat Widia hendak berbicara, tiba-tiba sekelompok pria berpakaian tidak biasa melirik mereka dan berjalan mendekat, "Dua gadis cantik, lagi minum-minum? Tak adakah pria yang menemani kalian? Mau bergabung nggak?""Terutama gadis cantik ini, sepertinya kamu barusan nangis. Siapa yang berani mengganggumu? Katakan padaku, aku akan balas dendam untukmu."Melihat itu, Tania langsung berkata dengan din
Pria itu lengah dengan aksi mendadak itu. Alhasil, tubuhnya juga terdorong.Tania langsung menyambar wajah dua pria di sebelahnya dengan ganas.Ini semua adalah skenario yang direncanakannya dari awal.Sebentar lagi, Gavin akan muncul dan menyelamatkan Widia.Sebaliknya, Widia yang tadinya sudah putus asa itu tak menyangka Tania berani memberontak.Demi menyelamatkannya, Tania bahkan bertarung melawan pria itu.Ternyata Tania selalu memprioritaskan dirinya. Yang dia lakukan selama ini semuanya demi Widia. Sekalipun dia disalahpahami seperti itu, dia tetap saja berusaha keras untuk menyelamatkannya.Saat ini juga, Widia tidak peduli begitu banyak lagi dan langsung memanfaatkan celah tersebut, bangkit dan berlari keluar.Dia berpikir dalam hati, 'Tania, tunggulah. Aku pasti akan menyelamatkanmu.'"Sialan! Gadis busuk! Cari mati!"Pria itu marah dengan kelakuan Tania, kemudian kembali menamparnya dengan keras sebanyak dua kali. Setelah itu, dia mendorongnya menjauh dan berkata dengan nada
Widia yang putus asa itu mendongakkan kepalanya. Barulah dia sadar, ternyata pria yang menolongnya itu adalah Tobi.Dia sempat mengira penglihatannya bermasalah.Pasti karena dia terlalu banyak berpikir hingga bisa terjadi situasi seperti ini.Hanya saja, detik berikutnya, suara khasnya Tobi terdengar lagi.Suara itu begitu lembut, begitu tegas dan begitu mendominasi. Widia merasa dirinya seakan-akan terhipnotis.Saat ini, Tobi telah memapah Widia berdiri."Ke ... kenapa kamu ada di sini?" tanya Widia kebingungan. Perpaduan antara rasa gembira, tersentuh dan emosi lainnya membuat hatinya kalut."Di sini berbahaya, mana mungkin aku nggak ke sini?" jawab Tobi dengan nada datar.Begitu mendengar kata-kata itu, pertahanan diri Widia langsung runtuh. Emosinya tidak terkendali dan hampir melemparkan dirinya ke dalam pelukan pria itu.Sebaliknya, Gavin yang menyaksikan adegan ini sangat marah, seakan-akan berharap dirinya bisa menelan Tobi hidup-hidup.'Tapi nggak masalah. Tobi, kamu tunggu s
"Kamu!""Cari mati!"Iwan tampak emosi dan segera meminta semua orang untuk maju bersama.Seberapa bagus seni bela dirimu pun tak ada gunanya. Kedua tanganmu tidak akan bisa mengalahkan banyak orang. Pada akhirnya, kamu akan berakhir tragis.Hanya saja, detik berikutnya, Iwan baru menyadari pemikirannya salah besar. Di hadapan Tobi, anak buahnya hanyalah lawan kelas teri. Dalam sekejap, semuanya tergeletak di lantai sambil mengaduh kesakitan.Bukan hanya itu saja, seluruh tubuh mereka cedera parah, bahkan tak luput dari luka dalam.Sedangkan Iwan sendiri, mungkin karena dia bosnya, Tobi lebih memperhatikannya.Kedua tangannya patah.Namun, Tobi menyadari bahwa kejadian itu telah menarik perhatian banyak orang, bahkan ada yang mulai merekam dengan ponsel. Dia segera menutupi wajah Widia dan berlalu dari sana.Dia tidak ingin dirinya dijadikan berita hangat.Melihat keduanya berlalu, Iwan langsung buru-buru menelepon ambulans, lalu menatap Tania dengan marah sambil berkata, "Nona Tania,
Di saat Tania masih memikirkan cara untuk memenuhi permintaan Gavin, tiba-tiba Widia meneleponnya.Ternyata, ketika Tobi muncul, Widia sempat melupakan Tania. Setelah beberapa saat, barulah dia ingat sahabatnya masih terjebak di dalam bar.Dia berkata dengan panik, "Tobi, Tania masih belum keluar.""Tenang saja. Dia baik-baik saja," jawab Tobi."Benarkah?""Ya, lagian mereka komplotan, mana mungkin bisa terjadi sesuatu?""Sembarangan!""Tadi kamu nggak lihat seberapa parah Tania ditampar sama orang-orang itu, tapi dia masih berjuang keras membantuku, mana mungkin mereka berkomplotan? Lagi pula, buat apa dia menyuruh mereka membuat masalah?"Sebenarnya Tobi ingin mengatakan ini semua hanyalah skenario yang dibuat Tania. Tujuannya agar Gavin bisa menyelamatkan Widia.Namun, tak disangka, malah Tobi yang berhasil menolong Widia."Tobi, aku bersyukur kamu bisa muncul tepat waktu untuk menyelamatkanku, tapi Tania nggak mungkin berkomplot dengan mereka.""Aku tahu kamu masih punya prasangka
"Tenang saja, aku masih punya aset. Selain itu, aku juga punya beberapa rumah, jadi aku pasti akan membayarmu.""Nggak bisa, aku nggak percaya. Barusan kamu bilang kita hanya perlu berpura-pura, lantas apa yang terjadi? Lihat saudara-saudaraku. Adakah di antara mereka yang bisa berdiri sekarang?" kata Iwan sambil mendengus dingin."Bagaimana? Aku nggak punya waktu menunggumu di sini. Aku beri kamu sepuluh detik. Kalau kamu nggak menjawab, jangan harap kelak hidupmu akan berjalan mulus," ancam Iwan lagi.Lantaran dia mendengar suara ambulans di luar."Kalau begitu, se ... sekali saja, aku hanya akan melayanimu sekali saja. Kalau nggak, aku juga nggak akan setuju.""Selain itu, kalau kamu setuju sekali saja, aku tetap memberimu satu miliar untuk biaya pengobatan."Tania masih berpegang teguh pada tekadnya. Tujuan utamanya hanyalah Tobi dan dia masih belum ingin menyerah.Dia tidak boleh bergaul dengan pria seperti itu terus-menerus. Kalau tidak, bagaimana dia bisa menikah dengan Tobi kel
Widia sengaja mengulur waktu. Hingga jam 08.59 pagi, barulah Widia memarkir mobilnya dengan enggan.Dia memang sengaja datang terlambat. Sebelum turun dari mobil, dia melirik ke arah pintu kantor sipil, tetapi tidak menemukan sosok Tobi di sana, jadi dia pun berjalan dengan santai.Sesampainya di depan pintu, Widia melirik jam tangannya sekilas.Sudah lewat jam sembilan!Tobi masih belum muncul juga!'Huh! Bajingan ini mulutnya saja yang tajam. Ini sudah lewat jam sembilan, tapi masih belum datang juga.''Tampaknya dia nggak tega bercerai denganku.''Begini baru benar. Toh aku begitu cantik dan juga berbakat, pria mana yang bisa menolak diriku?'Makin dipikir, Widia makin senang. Kegugupan, kecemasan dan kekhawatiran yang dia rasakan sebelumnya telah sirna.Dia bahkan mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk menelepon Tobi.Dia ingin tahu kenapa pria itu masih belum datang?Namun, begitu dia menelepon, terdengar suara ponsel berdering di belakangnya. Mau tak mau, tubuhnya agak gemetar.