"Kamu!""Cari mati!"Iwan tampak emosi dan segera meminta semua orang untuk maju bersama.Seberapa bagus seni bela dirimu pun tak ada gunanya. Kedua tanganmu tidak akan bisa mengalahkan banyak orang. Pada akhirnya, kamu akan berakhir tragis.Hanya saja, detik berikutnya, Iwan baru menyadari pemikirannya salah besar. Di hadapan Tobi, anak buahnya hanyalah lawan kelas teri. Dalam sekejap, semuanya tergeletak di lantai sambil mengaduh kesakitan.Bukan hanya itu saja, seluruh tubuh mereka cedera parah, bahkan tak luput dari luka dalam.Sedangkan Iwan sendiri, mungkin karena dia bosnya, Tobi lebih memperhatikannya.Kedua tangannya patah.Namun, Tobi menyadari bahwa kejadian itu telah menarik perhatian banyak orang, bahkan ada yang mulai merekam dengan ponsel. Dia segera menutupi wajah Widia dan berlalu dari sana.Dia tidak ingin dirinya dijadikan berita hangat.Melihat keduanya berlalu, Iwan langsung buru-buru menelepon ambulans, lalu menatap Tania dengan marah sambil berkata, "Nona Tania,
Di saat Tania masih memikirkan cara untuk memenuhi permintaan Gavin, tiba-tiba Widia meneleponnya.Ternyata, ketika Tobi muncul, Widia sempat melupakan Tania. Setelah beberapa saat, barulah dia ingat sahabatnya masih terjebak di dalam bar.Dia berkata dengan panik, "Tobi, Tania masih belum keluar.""Tenang saja. Dia baik-baik saja," jawab Tobi."Benarkah?""Ya, lagian mereka komplotan, mana mungkin bisa terjadi sesuatu?""Sembarangan!""Tadi kamu nggak lihat seberapa parah Tania ditampar sama orang-orang itu, tapi dia masih berjuang keras membantuku, mana mungkin mereka berkomplotan? Lagi pula, buat apa dia menyuruh mereka membuat masalah?"Sebenarnya Tobi ingin mengatakan ini semua hanyalah skenario yang dibuat Tania. Tujuannya agar Gavin bisa menyelamatkan Widia.Namun, tak disangka, malah Tobi yang berhasil menolong Widia."Tobi, aku bersyukur kamu bisa muncul tepat waktu untuk menyelamatkanku, tapi Tania nggak mungkin berkomplot dengan mereka.""Aku tahu kamu masih punya prasangka
"Tenang saja, aku masih punya aset. Selain itu, aku juga punya beberapa rumah, jadi aku pasti akan membayarmu.""Nggak bisa, aku nggak percaya. Barusan kamu bilang kita hanya perlu berpura-pura, lantas apa yang terjadi? Lihat saudara-saudaraku. Adakah di antara mereka yang bisa berdiri sekarang?" kata Iwan sambil mendengus dingin."Bagaimana? Aku nggak punya waktu menunggumu di sini. Aku beri kamu sepuluh detik. Kalau kamu nggak menjawab, jangan harap kelak hidupmu akan berjalan mulus," ancam Iwan lagi.Lantaran dia mendengar suara ambulans di luar."Kalau begitu, se ... sekali saja, aku hanya akan melayanimu sekali saja. Kalau nggak, aku juga nggak akan setuju.""Selain itu, kalau kamu setuju sekali saja, aku tetap memberimu satu miliar untuk biaya pengobatan."Tania masih berpegang teguh pada tekadnya. Tujuan utamanya hanyalah Tobi dan dia masih belum ingin menyerah.Dia tidak boleh bergaul dengan pria seperti itu terus-menerus. Kalau tidak, bagaimana dia bisa menikah dengan Tobi kel
Widia sengaja mengulur waktu. Hingga jam 08.59 pagi, barulah Widia memarkir mobilnya dengan enggan.Dia memang sengaja datang terlambat. Sebelum turun dari mobil, dia melirik ke arah pintu kantor sipil, tetapi tidak menemukan sosok Tobi di sana, jadi dia pun berjalan dengan santai.Sesampainya di depan pintu, Widia melirik jam tangannya sekilas.Sudah lewat jam sembilan!Tobi masih belum muncul juga!'Huh! Bajingan ini mulutnya saja yang tajam. Ini sudah lewat jam sembilan, tapi masih belum datang juga.''Tampaknya dia nggak tega bercerai denganku.''Begini baru benar. Toh aku begitu cantik dan juga berbakat, pria mana yang bisa menolak diriku?'Makin dipikir, Widia makin senang. Kegugupan, kecemasan dan kekhawatiran yang dia rasakan sebelumnya telah sirna.Dia bahkan mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk menelepon Tobi.Dia ingin tahu kenapa pria itu masih belum datang?Namun, begitu dia menelepon, terdengar suara ponsel berdering di belakangnya. Mau tak mau, tubuhnya agak gemetar.
Saat ini, suasana hatinya baik, jadi dia bisa mendengarkan dengan sabar.Tiba-tiba ponsel Widia berdering. Begitu melihat layar ponsel, ternyata Tania yang meneleponnya.Berbicara tentang Widia, dia sangat marah.Tadi malam, lantaran Iwan terluka, pria itu tidak jadi berhubungan badan dengannya. Namun, dia dipaksa untuk memuaskan nafsunya dengan menggunakan mulut saat berada di rumah sakit.Hal ini tentu membuat Tania merasa mual. Setelah pulang ke rumah, dia berkumur berkali-kali, tetapi masih merasa tidak nyaman.Dia merasa ini semua gara-gara Tobi dan Widia.Jika bukan karena dikacaukan Tobi, Widia dan Gavin pasti telah bersama. Dengan begitu, dirinya juga tidak perlu menderita seperti ini.Jika Widia tidak meninggalkannya sendirian, dia juga tidak akan berada dalam situasi seperti itu."Tania, kamu baik-baik saja? Apa wajahmu masih sakit?" tanya Widia dengan perhatian. Tadi malam, demi membantunya, Tania benar-benar telah mengerahkan seluruh kekuatannya.Berbicara tentang ini, so
Setelah mendengar kata-kata Widia, Tobi pun menyetujuinya.Sebenarnya dia sendiri juga enggan, tetapi Widia bersikeras, jadi dia terpaksa menuruti permintaan Widia. Selain itu, menjadi direktur juga ada manfaatnya, jadi tidak boleh dilewatkan begitu saja.Setelah beberapa hari menghilang, Tobi akhirnya muncul di perusahaan. Hal itu seketika menarik perhatian banyak orang.Baru-baru ini, banyak rumor yang mengatakan Tobi menjadi sombong setelah mencetak beberapa prestasi kecil. Ada juga yang mengatakan Widia tidak senang dengannya dan ingin memecatnya.Apalagi, semua karyawan menerima surel yang berisikan Tobi telah dicopot dari jabatannya sebagai ketua tim penjualan dan Susan mengambil alih menggantikannya.Saat Yuli membaca surel ini, dia agak kaget.Walaupun Susan telah memberitahunya beberapa hari yang lalu, tetapi tak terlihat ada pergerakan sedikit pun. Ditambah lagi, ada begitu banyak rumor buruk mengenai Tobi. Dia mulai bertanya-tanya, jangan-jangan rencana itu telah dibatalkan?
"Huh! Siapa yang dendam kepadamu? Bukankah banyak gadis di perusahaan yang matanya buta dan tergila-gila kepadamu? Kami nggak tahan melihatnya."Mendengar itu, Tobi akhirnya mengerti, lalu berkata dengan nada datar, "Menurutku, mereka nggak buta. Sebaliknya, kalianlah yang buta.""Leo, pergilah ke departemen SDM nanti, lalu pecat mereka semua."Kata-kata itu seketika membuat mereka terpengarah.Begitu juga dengan Leo.'Kak Tobi, memecat orang-orang ini sekaligus bukanlah hal mudah. Apalagi dirimu sendiri juga belum tertolong, sekarang kamu masih berpikir untuk memecat mereka?' pikir Leo dalam hati.Yang lain juga tertegun sejenak, kemudian langsung mengejeknya, "Huh! Masih berlagak. Kamu pikir dirimu masih Pak Tobi si ketua tim yang hebat seperti sebelumnya?""Ya, aku memang nggak memegang jabatan ketua tim lagi.""Tapi tak lama lagi, aku akan menjadi direktur departemen penjualan," kata Tobi dengan ringan.Semua orang tidak percaya, "Apa? Tak mungkin!"Leo juga kebingungan."Tak mungk
Tobi tidak tahu dirinya kembali menjadi sasaran Gavin lagi. Bukan karena dia tidak bisa memantau pergerakan Gavin, tetapi dia merasa tidak perlu sama sekali.Pecundang kecil seperti itu tidak layak membuat tangannya kotor.Di mata Susan, Tobi yang terlihat mendominasi itu makin keren.Terutama saat melihat penampilan pria itu yang begitu mendominasi di depan semua orang, jantungnya tak kuasa berdebar kencang dan wajahnya pun merona.Mungkin ini ada hubungannya dengan ledekan Yuli barusan. Akibatnya, dia malah mengaitkan dirinya dengan Tobi.Melihat Tobi selesai menangani masalah ini, dia langsung menyambutnya dengan gembira, "Kak Tobi, akhirnya kamu kembali.""Ya, kalian semua telah bekerja keras beberapa hari ini."Tobi menyadari gelagat aneh Susan. 'Jangan-jangan gadis ini menyukaiku?' batinnya."Nggak, kok. Hanya saja, Kak Tobi nggak datang ke perusahaan akhir-akhir ini, jadi aku agak khawatir," ucap Susan sambil menunjukkan sorot mata penuh arti.Asalkan tidak bodoh, siapa pun bisa