"Sebentar. Siapa bilang aku akan menjadi menantu Keluarga Yusnuwa?""Tobi, apa kamu masih belum melihat situasinya dengan jelas? Pikirkan baik-baik, Pak Damar begitu menyukaimu. Kalau kamu berani menentang keinginannya, kamu pasti akan berakhir tragis.""Selain itu, dengar-dengar, putri Pak Damar sangat cantik dan juga tipe gadis yang jarang ditemukan. Dia bahkan jauh lebih cantik dibandingkan Widia," ucap ayahnya Widia seraya membujuknya.Ibunya Widia berkata dengan suara pelan, "Tobi, aku tahu kamu menyukai Widia. Hanya saja, menjadi menantu Keluarga Yusnuwa adalah hal yang paling penting bagimu saat ini.""Kalau kamu benar-benar menyukai Widia, kelak kalian bisa berhubungan secara diam-diam. Berhati-hatilah agar nggak hamil dan jangan sampai ketahuan sama Pak Damar."Widia terkejut dengan apa yang barusan ibunya katakan. Dia pun langsung berkata dengan nada marah, "Bu, apa yang kamu bicarakan?""Yang kubicarakan semua ini demi dirimu. Bukankah kamu enggan melepaskan Tobi? Dengan car
"Tobi, apa maksudmu?" tanya ibunya dengan sorot tidak percaya."Benar, apa yang terjadi? Jangan-jangan Nona Jessi tahu pernikahanmu dengan Widia?" tanya ayahnya Widia dengan cemas. 'Kalau begitu, bukankah mereka akan terlibat dalam masalah ini gara-gara pembawa sial ini?'"Nggak ada hubungannya dengan ini."Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jessi baru saja bertunangan dengan orang lain."Apa!Begitu kata-kata itu keluar, semua orang terkejut.Khususnya, Widia. Dia tampak terkejut. Meskipun dia tidak tahu seberapa dalam persahabatan antara Tobi dan Jessi, dia bisa menyadari sesuatu dari tatapan mata gadis itu.Gadis itu sangat menyukai Tobi. Sorot matanya tidak bisa berbohong.'Kalau begitu, bagaimana dia bisa bertunangan dengan orang lain?'Banyak yang mengatakan Pak Damar sangat menyayangi putri kesayangannya itu. Lagi pula, Pak Damar memiliki kekuatan yang luar biasa, bukankah seharusnya dia membiarkan putrinya memutuskan pernikahan sendiri?Ibunya Widia kelihatan cemas dan
"Kalau begitu, bukankah semua orang pasti akan memilih Sekte Suganda? Jadi, wajar saja Tobi dicampakkan," terang ayahnya Widia.Ibunya Widia tiba-tiba tersadar, "Begitu rupanya. Lantas Tobi nggak berguna lagi, dong. Lagian, Damar nggak akan melindunginya lagi.""Bisa dibilang begitu.""Sepertinya Tobi ditakdirkan untuk menjadi pecundang dalam hidup ini. Dia bahkan melewatkan kesempatan sebagus itu," ujar Herman sambil menggelengkan kepalanya."Bukan hanya pecundang, dia juga pembawa bencana."Ibunya Widia langsung mengubah ekspresinya dan berkata, "Tobi, Pak Damar nggak menginginkanmu lagi, begitu juga kami. Jadi, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, 'kan?"Tobi yang berdiri di samping itu tampak tercengang.Padahal, Tobi baru saja menerima kabar itu dan masih belum selesai menjelaskan, tetapi orang tuanya Widia sudah menyerangnya di sini. Perlakuan mereka seketika berubah 180 derajat.Widia yang kelihatan marah itu pun berkata. "Ayah, Ibu, apa maksud kalian? Perlukah bersikap sombon
"Setengah tahun lagi?""Sebelumnya kamu minta setengah bulan, sekarang setengah tahun, kamu kira kami bodoh?" seru ibunya Widia dengan kesal."Benar, jangan harap. Kami nggak akan setuju!""Apa boleh buat kalau kalian nggak percaya kepadaku. Pokoknya, aku nggak akan pergi, kecuali Widia mengusirku," ucap Tobi dengan nada datar.Orang tuanya Widia sangat emosi. Di saat itu juga, ponselnya Widia berdering, tetapi dia langsung menutupnya. Hanya saja, Helen meneleponnya lagi.Widia terpaksa mengangkatnya. Begitu dijawab, nada suara Helen terdengar panik, "Bu Widia, ada polisi datang dan mereka bilang mau menangkap Tobi.""Apa!"Widia terpaku sejenak. Dia pun melirik ke arah Tobi."Aku lagi menyuruh yang lainnya mereka berkeliling untuk mencarinya."Selesai mengabarkan berita itu, Helen langsung menutup telepon."Ada apa?"Orang tuanya samar-samar mendengar ada polisi yang datang dan sepertinya ada hubungannya dengan Tobi.Widia tidak menghiraukan ibunya, tetapi dia malah bertanya kepada To
Sebelumnya mereka juga pernah mendengar banyak kasus menantu laki-laki yang membunuh seluruh keluarganya karena marah. Menakutkan sekali.Ekspresi Widia tampak berubah. Dia pun berkata dengan panik, "Bu Polisi, apa ada kesalahan di sini? Tobi itu orang yang jujur. Dia nggak mungkin akan melakukan hal seperti itu.""Bukankah itu akan terbukti setelah kami menyelidikinya?""Borgol dia!"Polisi wanita itu memerintahkan bawahannya.Tobi sama sekali tidak melawan. Pria itu hanya mengerutkan kening, "Bu Polisi, aku nggak tahu dari mana kamu mendapatkan informasi, tapi kamu pasti salah orang."Polisi wanita itu terlihat dingin. Semua tahanan yang ditangkap pasti tidak akan mengakui kejahatannya. "Entah itu salah atau nggak, aku pasti akan mencari tahu, tapi sekarang kamu harus ikut denganku.""Setidaknya, beri tahu aku, kenapa aku menjadi tersangka? Siapa yang aku bunuh?""Kamu akan mengetahuinya begitu sampai di kantor polisi.""Bawa dia!"Petugas polisi wanita itu tidak mengatakan, semua wa
Setelah duduk di dalam mobil polisi, Susan tampak gugup dan bertanya dengan suara pelan, "Pak Tobi, apa aku mengatakan hal yang salah dan malah memperkeruh situasi?""Menurutmu?"Tobi memutar bola matanya."Maaf. Sebenarnya aku ingin membantumu.""Nggak masalah. Lagian bukan masalah besar.""Benarkah? Pak Tobi, apa kamu kenal atasan mereka?" tanya Susan dengan penasaran."..."Tobi tidak bisa berkata-kata. Perlukah gadis ini membicarakan hal ini di depan polisi?Apa ini sikap yang dimiliki seorang karyawan penjualan hebat?Polisi wanita yang duduk di sebelahnya itu pun berkata dengan nada dingin, "Itu karena dia tersangka pembunuhan dan hal yang barusan kamu sebut itu hanya masalah kecil.""Hah? Apa?"Susan terkejut. 'Pembunuhan?''Nggak mungkin.'"Jangan dengar omong kosongnya. Aku nggak melakukan apa pun," ujar Tobi menghiburnya."Aku harap begitu, tapi kalau kamu jatuh ke tanganku, jangan harap bisa kabur. Selam kamu terbukti melakukan kejahatan, sekalipun kamu kenal atasan kami, ak
"Dia meninggal?""Sepertinya karmanya telah berbuah.""Apa katamu?" tanya Devi tampak marah."Bukan apa-apa. Maksudku, apa kalian punya bukti kalau aku yang membunuhnya? Apa hanya berdasarkan aku punya konflik dengannya, kalian mencurigaiku sebagai seorang pembunuh?" balas Tobi."Kamu pikir alibimu sudah sempurna? Sebelum Rendi meninggal, dia meninggalkan bukti."Devi mendengus dingin dan berkata, "Tapi aku akan memberimu kesempatan untuk mengakui kesalahanmu.""Nggak perlu. Keluarkan saja kalau kamu punya bukti.""Baik. Lihatlah ini."Devi kemudian menunjukkan sebuah video yang direkam Rendi tadi malam. Pria itu mengaku sangat gugup setelah diancam oleh orang yang memukulinya dan mengatakan dia akan dibunuh.Selain itu, masih ada foto yang memperlihatkan dia menulis nama "Tobi" di sebelahnya sebelum meninggal.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu percaya dengan hal-hal seperti ini? Bukankah sangat jelas ini semuanya sengaja dipalsukan?"Devi balik bertanya, "Maksudmu, ada o
Sebenarnya, Devi tidak ingin melepaskan Tobi begitu saja, tetapi Pak Zainal telah mengatakan demikian, dia juga tidak bisa menentangnya.Meskipun ayahnya termasuk atasannya Pak Zainal, dia paling tidak suka memanfaatkan status keluarganya. Bahkan anggota komisi lainnya juga tidak mengetahui dirinya adalah putri Pak Hilman.Setelah menutup telepon, Devi pun menyuruh anak buahnya untuk membuka borgol Tobi, lalu berkata dengan dingin, "Tobi, kamu sangat hebat. Apa kamu merasa puas sekarang?""Nggak juga, lagian aku memang nggak melakukannya. Mengenai masalah ini, aku harap Bu Devi akan menyelidikinya secara mendalam dan menemukan pelaku sebenarnya."“Jangan khawatir, aku pasti akan melakukan tugasku. Jangan sempat aku menemukan bukti yang mengarah ke dirimu, saat itu, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu.""Nggak akan!"Tobi tersenyum tipis, lalu berdiri dan berkata, "Bu Devi, kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa.""Kita pasti akan bertemu lagi," kata Devi dengan dingin.Diam-di