Berbicara sampai di sini, ekspresi Widia berubah murung.Jika Tobi berniat menikah dengan Jessi, itu berarti hubungan Widia dan Tobi sudah berakhir.Memikirkan hal ini, hati Widia merasa tidak nyaman.Namun, inilah fakta yang terpampang di hadapannya dan dia juga tidak bisa menghindarinya. Jika tidak, hanya akan membuat segalanya makin kacau."Apa!""Ternyata begitu!"Ekspresi orang tuanya Widia seketika berubah. Mereka saling memandang.Terutama ibunya Widia. Dalam hatinya dia berpikir, 'Pantas saja. Mana mungkin pria udik seperti Tobi punya kemampuan yang begitu hebat?'Ibunya Widia hanya tidak menyangka Tobi akan seberuntung itu dan bisa membuat putrinya Damar tertarik kepadanya. Kalau begitu, dia harus mengubah pendekatan yang dilakukannya itu.Asalkan Tobi bersama dengan Jessi, barulah dia memiliki kekuatan. Jika begitu, bukankah pria itu tidak bisa bersama dengan putrinya? Kalau Tobi bersama dengan putrinya, bukan hanya tidak akan berkuasa, tetapi dia juga mungkin akan menyinggun
Bukan hanya Widia yang kebingungan dengan ide itu, bahkan Candra pun terpaku.Ide macam apa itu?Widia kesal sekali. Mengapa dia dan Tobi tiba-tiba menjadi saudara?Tobi juga tak kalah kagetnya dengan idenya ibu Widia.Namun, yang lebih mengejutkan lagi, ayahnya Widia juga ikut menimpali, "Sebenarnya aku punya ide yang lebih baik.""Begini, Tobi, bukankah kita sangat akrab sekarang? Lebih baik kamu jadikan kami sebagai orang tua angkatmu. Dengan begitu, kita akan menjadi keluarga yang sebenarnya."Tidak dipungkiri, yang mereka pikirkan ada benarnya juga.Namun, Tobi tidak tahu harus bagaimana menanggapi hal itu. Sejak kapan hubungan mereka menjadi akrab? Ini benar-benar mengubah pola pandangannya.Widia tidak tahan lagi dan berkata, "Ayah, Ibu, hentikan itu. Kalian pikir aku ini apa?""Kenapa? Tobi dan Jessi itu pasangan serasi. Mereka harus bersama. Bukankah kami melakukan semua ini demi kamu juga?" tanya ibunya Widia kembali. Padahal, dia mengkhawatirkan masa depan Widia, tetapi putr
Sebenarnya hati Widia berbunga-bunga, tetapi mulutnya justru berkata, "Terserah kamu saja. Lagian, aku nggak peduli denganmu lagi.""Lantas, kamu nggak akan menyesal karena sudah membatalkan perceraian, 'kan?" tanya Tobi."Terserah kamu saja."Setelah itu, Widia pun berjalan kembali.Dalam hatinya, dia diam-diam mengumpat, 'Di saat ini, dia malah mengatakan hal yang nggak seharusnya dia tanyakan.''Bukankah perceraian telah dibatalkan? Kelak, nggak ada lagi perjanjian seperti itu, kenapa harus diungkit lagi?'Senyum mengembang di wajah Tobi. Makin lama, dia makin yakin kalau Widia menyukainya. Hanya saja, wanita itu tidak mau mengakuinya, tetapi tidak masalah, lagian Tobi tidak peduli dengan hal itu.Apalagi, saat teringat dengan masa kecilnya. Seandainya, Widia tidak membantunya, Tobi mungkin sudah meninggal.Dia harus memiliki toleransi lebih terhadap bidadari di hatinya itu.Begitu Widia kembali ke rumah, ibunya langsung bertanya, "Widia, katakan sejujurnya pada Ibu. Bagaimana pemik
Tak lama setelah Tobi melaju pergi dengan mobilnya.Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam melintas tepat di depannya dan menghentikannya.Kemudian, beberapa pengawal pria berpakaian jas turun dari mobil hitam itu. Pemimpinnya mengetuk jendela mobil Tobi dan berkata dengan nada dingin, "Keluarlah dari mobil dan ikut kami. Tuan Muda kami ingin bertemu denganmu."Tobi tidak panik sama sekali dan berkata dengan tenang, "Aku nggak punya waktu. Tuan Muda kalian ingin bertemu denganku, kenapa dia nggak datang ke sini? Kenapa? Apa dia nggak bisa berjalan? Atau dia takut dilihat orang?""Lancang sekali!"Pria itu seketika menjadi marah dan berkata dengan dingin, "Nak, sebaiknya kamu menarik kembali apa yang barusan kamu katakan. Kalau nggak, aku akan membuat kamu menanggung akibatnya.""Maaf, aku nggak mau menjilat ludahku sendiri.""Kalau kamu nggak ingin mati, menjauhlah dariku."Tobi tidak ingin menghabiskan waktu dengan pria itu."Cari mati!"Pria itu tampak emosi. Dia mengulurkan tangan ka
"Kamu dan Tuan Tobi nggak mungkin bisa bersama. Tahukah kamu pernikahan Widia dengan Tuan Tobi sudah ditakdirkan sejak kecil?"Saking cemasnya, Damar langsung menceritakan kepada putrinya tentang masalah Tobi yang menyuruhnya mencari seorang gadis kecil.Jessi tercengang saat mengetahui masalah itu. Dia tidak menyangka Kak Tobi dan Widia memiliki hubungan yang begitu dalam. Ternyata gadis impian yang selama ini Kak Tobi cari adalah Widia."Ayah, yang kamu katakan itu benar?" tanya Widia."Tentu saja. Kalau nggak, kamu pikir kenapa Tuan Tobi yang begitu hebat itu bisa menoleransi hal yang dibuat oleh Keluarga Lianto? Bahkan Bu Widia sendiri pun nggak segan-segan kepada Tuan Tobi.""Ini semua karena Bu Widia itu cinta pertamanya Tuan Tobi, wanita yang dia cari-cari selama ini dan wanita yang ingin dilindunginya."Damar sebenarnya ingin mengatakan kalau dia sangat ingin putrinya bersama Tobi. Dengan begitu, bukankah dia bisa menjadi ayah mertua dari Raja Naga? Itu adalah sebuah kehormatan
Usai mendengar penjelasan ayahnya, Jessi akhirnya setuju juga.Setelah berhasil meyakinkan putrinya, Damar pun diam-diam menghela napas lega.Kesempatan seperti ini sangat jarang terjadi, kecuali Raja Naga menikahi putrinya. Selain itu, tidak ada peluang yang lebih baik daripada bergabung dengan Sekte Suganda."Tapi jangan beri tahu hal ini kepada Tuan Tobi.""Kenapa?""Aku takut dia merasa kamu ditindas, lalu dia akan menyerang Sekte Suganda. Aku barusan sudah memberitahumu kekuatan Sekte Suganda, 'kan? Tuan Tobi pasti akan tewas kalau melawan mereka.""Aku tahu, tapi bukankah Kak Tobi hanya mencintai istrinya? Mana mungkin dia melawan Sekte Suganda demi aku?""Belum tentu. Meski dia hanya mencintai istrinya, dia juga punya perasaan kepadamu. Siapa yang bisa menjamin dia nggak akan terbawa emosi dan bertindak karena menganggap dirinya hebat?""Ya, aku mengerti!"Sebenarnya Jessi merasa senang saat mendengar ucapan ayahnya. Setidaknya, dia masih memiliki sedikit tempat di hati Kak Tobi
"Ya sudah. Bisakah kamu memberitahuku apa yang terjadi?" tanya Tobi."Bukan apa-apa. Hanya merasa lelah saja.""Pasti ada alasannya, 'kan?""Kak Tobi, jangan tanyakan lagi. Malam ini temani aku bersenang-senang saja.""Oke. Malam ini aku turuti keinginanmu."Tobi tidak bertanya lebih lanjut lagi.Setelah melaju beberapa saat, mobil pun berhenti di depan sebuah bar.Begitu Jessi turun dari mobil, dia langsung menarik tangan Tobi dan berjalan masuk.Mereka langsung disambut oleh kilauan lampu kerlap-kerlip, dentuman musik yang bisa memekakkan telinga dan membuat hati berdegap kencang.Di tengah lantai dansa itu, terlihat banyak pasangan mabuk yang menari secara gila-gilaan. Tidak sungkan-sungkan juga, mereka memperlihatkan gerakan-gerakan seksi bak rayuan kepada lawan jenis.Tobi sebenarnya tidak menyukai lingkungan seperti ini, "Buat apa kita datang ke sini?""Bersenang-senang!"Sembari berbicara, Jessi pun berjalan ke meja depan, memesan banyak minuman, kemudian mencari tempat duduk.T
Melihat sosok Tobi yang hanyut dan menikmati momen manis itu, dia pasti sudah kehilangan kendali.Namun, di saat ini juga, ekspresi marah Widia mendadak melintas di benaknya.Tobi tiba-tiba terhenyak. Dia telah berjanji pada Widia bahwa dia hanya mencintai dirinya seorang, jadi bagaimana dia bisa bertindak sembarangan seperti sekarang ini?Di saat itu, dentuman musik juga berhenti.Semua orang menghentikan gerakan mereka. Kebanyakan dari mereka melihat ke arah Tobi dan Jessi.Begitu Jessi berhenti menari, wajahnya bertambah merah dan tubuhnya langsung jatuh ke pelukan Tobi. Entah karena terlalu lelah atau karena pelukan pria itu membuatnya lemah, dia hanya tahu kalau dia sangat menikmati perasaan ini.Karena musik sudah berhenti, Tobi pun kembali tenang dan mencoba mendorong tubuh Jessi menjauh. Bersamaan dengan itu, dia pun berbisik pelan, "Semua orang melihat kita, ayo turun dulu.""Aku malu melihat mereka. Kamu gendong aku turun, ya?" gumam Jessi.Tobi tampak tak berdaya. Dia juga t