Tobi kemudian bertanya, "Terus, apa kamu punya bukti kerja sama dengan Pak Almer, seperti rekaman telepon atau yang lainnya?""Nggak ada!"Melihat sorot mata Tobi berubah dingin, dia langsung ketakutan dan memelas, "Aku sungguh nggak punya. Seandainya aku punya, aku pasti akan menyerahkannya kepadamu.""Sepertinya kamu benar-benar nggak punya. Kamu membuatku kesulitan," kata Tobi sambil menghela napas.Santo memohon dengan gemetar, "Ja ... jangan begitu. Pak Tobi, ini salahku. Aku sudah bersalah. Kamu boleh mengatakan permintaanmu. Apa pun itu, aku pasti akan mengabulkannya."Yang lainnya juga terlihat panik.Namun, Tobi juga tidak mempersulit mereka. Dia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, "Lupakan saja. Siapa suruh aku begitu baik hati, jadi aku nggak akan menyakiti kalian.""Karena kamu sudah mengakui segalanya, aku akan memberimu kesempatan dan melepaskanmu kali ini.""Syukurlah. Terima kasih, terima kasih, Pak Tobi!"Mendengar itu, Santo sangat senang hingga tanpa sadar
"Nggak masalah, lagian bukan masalah besar. Oh ya, barusan aku sengaja menyerahkan dirimu kepada mereka. Apa kamu nggak menyalahkanku?" tanya Tobi.Berbicara hal ini, Susan diam-diam merasa marah. Hanya saja, dia teringat kalau semua ini akibat dari perbuatannya sendiri, apalagi ini juga termasuk kesalahannya.Jadi, Susan pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku sangat marah saat itu, tapi aku juga nggak bisa menyalahkanmu.""Baguslah kalau begitu. Sebenarnya, aku ingin bertanya kepadamu. Apa kamu membenciku saat aku memaksa Mia keluar dari perusahaan?" tanya Tobi tiba-tiba.Wajah Susan berubah, "Kenapa aku harus membencimu?""Karena Mia adalah orang yang membimbingmu. Hubungan kalian pasti baik, 'kan?""Lumayan.""Kalau begitu, seharusnya kamu tahu apa yang dia lakukan di perusahaan, 'kan?"Mendengar itu, Susan menjadi tegang dan langsung berkata, "Pak Tobi, kamu memang sudah membantuku barusan, tapi kalau kamu mau aku menjelek-jelekkan Kak Mia, aku nggak mungkin melakukannya.""
"Hah? Bu Helen juga nggak tahu? Kenapa kamu memberitahuku?""Karena kamu baik, aku percaya kepadamu. Jangan pikir aku sengaja memujimu. Sejak kamu mengingatkanku berkali-kali, aku sudah tahu kamu orang yang baik hati.""Jadi, kamu layak untuk aku percaya," kata Tobi.Dipuji Tobi seperti itu, hati Susan berbunga-bunga.Dia pasti tidak akan mencelakai Tobi.Sebenarnya, sejak mendengar Susan berbicara, Tobi telah memiliki sebuah tujuan. Dia ingin menghancurkan kepercayaan Susan kepada Mia.Membuat wanita itu berpihak kepada Widia. Kemudian, selangkah demi selangkah mencuci otak Susan sepenuhnya sehingga dia tidak lagi menjadi pion Pak Almer. Bahkan membantu pria itu dalam menghadapi Pak Almer."Kejadian hari ini?""Jangan khawatir tentang kejadian hari ini. Aku akan melakukan sesuai dengan apa yang kamu katakan kepada Santo." Susan langsung menanggapi pertanyaan itu dan sepertinya menjiwai peran itu dengan cepat."Kalau begitu, aku berterima kasih kepadamu dulu.""Sama-sama. Akulah yang s
Melihat Yuli begitu antusias, Susan teringat kejadian dia hampir diperkosa tadi, lalu bertanya dengan nada dingin, "Kak Yuli, kamu yakin Pak Almer telah menyuruh mereka untuk melepaskanku?"Karena Yuli tiba-tiba ditanya, dia pun ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat berkata, "Tentu ... tentu saja."Melihat Yuli ragu-ragu, Susan telah menebak jawabannya. Dia pun berkata dengan marah, "Omong kosong. Santo bilang Pak Almer nggak berpesan kepadanya. Dia bahkan ingin memerkosaku."Melihat masalah ini tidak bisa disembunyikan lagi, Yuli segera berkata, "Hah? Bagaimana bisa seperti itu? Mungkin aku salah dengar.""Benarkah?""Benar. Jangan-jangan kamu pikir aku berbohong kepadamu? Apa kamu lupa hubungan kita? Mana mungkin aku berbohong kepadamu.""Benar juga. Mungkin aku terlalu banyak berpikir." Meski mulutnya berkata seperti itu, Susan diam-diam masih mencurigai Yuli.Yuli terlihat tidak sabar dan kembali bertanya, "Pasti begitu. Oh ya, kamu masih belum memberitahuku soal Tobi?"Ketika Sus
"Baguslah kalau kamu mengerti."Setelah melontarkan kata-kata itu, Yuli pun berlalu dengan wajah pucat. Padahal, dia sangat yakin dengan masalah itu, tetapi dia tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Dia sangat kecewa.Susan menggelengkan kepalanya. Dia memutuskan untuk tidak mengkhawatirkan hal-hal itu lagi dan fokus pada pekerjaannya.Setelah meninggalkan perusahaan, Tobi langsung pergi ke Vila Distrik Terra 1. Akhir-akhir ini dia memperoleh beberapa ilmu baru, jadi dia akan berlatih keras di sana hari ini.Namun, saat jam 8.30 malam, ponsel Tobi tiba-tiba berdering.Melihat nomornya, itu panggilan dari Widia.Ternyata setengah jam yang lalu, keluarga Kakek Wirya datang ke rumah dan memohon pada Widia agar mencari cara untuk menyelamatkan cucu mereka.Saat cucu mereka makan di luar, mereka tak sengaja menyinggung Tuan Bowo, salah satu dari Empat Penjaga yang berada di bawah pimpinan Pak Damar. Akibatnya, mereka kini ditangkap oleh mereka.Situasi mereka sangat berbahaya sekarang.
Widia juga terkejut, tetapi saat mendengar ucapan Candra, dia langsung teringat pada seseorang.Selain Joni dan Tobi, yang hadir saat itu hanyalah anggota Keluarga Lianto.Apalagi, Candra sangat mengagumi Tobi akhir-akhir ini. Kemungkinan besar yang dikatakan adiknya itu adalah Tobi.Hanya saja Widia tidak mengerti, bagaimana mungkin Tuan Bowo akan memberi muka kepada Tobi? Bukankah itu mustahil?"Candra, jangan bertele-tele lagi. Cepat beri tahu Kakek Wirya," tanya Kakek Wirya dengan penuh semangat.Candra mengangguk. Dia pun langsung berkata, "Kakak iparku, Kak Tobi!""Siapa?""Tobi?"Mendengar itu, ibunya Widia langsung mengomeli putranya, "Candra, bisakah kamu berhenti bicara omong kosong? Mana mungkin pecundang itu punya kemampuan seperti itu. Apa yang terjadi denganmu akhir-akhir ini?"Setelah itu, dia pun buru-buru menjelaskan kepada Kakek Wirya, "Paman, kamu mungkin belum tahu. Akhir-akhir ini, entah apa yang terjadi pada Candra, mungkin dia kerasukan. Anak ini terus-menerus me
Ibunya Widia terlihat jengkel.Dari tadi Widia hanya diam, tetapi dia merasa perlu angkat bicara di saat ini, "Kalau begitu, aku telepon tanya saja."Demi memberi muka kepada ibunya, Widia tidak berkomentar apa pun. Padahal dalam hatinya dia ragu Tobi bisa melakukannya.Melihat putrinya hendak menelepon, ibunya Widia seketika marah. Hanya saja, dia tidak menghentikannya. 'Karena kalian begitu suka mempermalukan diri sendiri, silakan saja.'Ada bagusnya juga membiarkan putrinya mengenali wajah asli pria itu. Setidaknya, Widia tidak akan tertipu oleh orang-orang seperti Tobi.Candra tampak senang sekali sekaligus antusias. 'Akhirnya kesempatan ini datang juga,' gumamnya dalam hati.'Kak Tobi, kamu harus bekerja keras kali ini.''Kalau nggak, aku benar-benar nggak bisa membantumu lagi.'Widia mengeluarkan ponselnya. Setelah itu, dia langsung menghubungi nomor Tobi.Kebetulan Tobi sedang berlatih. Setelah beberapa saat, dia baru menyadari panggilan itu. Dia pun mengangkatnya dan berkata sa
Begitu Widia menutup telepon, Kakek Wirya sekeluarga langsung menatap Widia lekat-lekat, berharap mendapat kabar baik dari mulut wanita itu.Lantaran Tobi sempat mengatakan dia tidak mengenal Tuan Bowo, pria itu pasti tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, bukankah mereka juga membahas masalah itu dan bahkan meminta nomor telepon?Widia tersenyum pahit dan berkata tanpa daya, "Tobi bilang dia akan mencobanya, tapi nggak jamin akan berhasil." Dia tidak berani menjamin perkataan Tobi."Mencobanya?""Kalian masih sanggup dengar bualan dan omong kosongnya!""Percaya nggak, dalam lima menit, dia pasti akan menelepon dan mengatakan nggak berhasil dan dia nggak bisa berbuat apa-apa," ucap ibunya Widia dengan nada mengejek."Benar. Kalau dia benar-benar berkemampuan, dia nggak perlu menanyakan nomor telepon Tuan Bowo kepada kami," ucap Satya, putranya Kakek Wirya dengan tidak puas."Lantas, apa yang harus kita lakukan? Kalau nggak, kita berikan uang kepada mereka saja," kata menantu Kakek Wirya de