Departemen penjualan memiliki dua tim. Mereka berada di tim dua dan penjualan mereka telah kalah dari tim satu selama beberapa bulan ini.Apalagi, mereka tidak sehebat tim satu. Sekarang tim dua telah kehilangan karyawan penjualan terbaik. Sebagai gantinya, mereka mendapatkan karyawan baru yang masuk lewat jalur dalam. Apa lagi yang bisa dia lakukan?Bagaimana suasana hatinya bisa baik?Selain itu, rapat hasil kinerja tengah tahun akan tiba dalam sepuluh hari. Saat itu, mereka pasti akan dikritik habis-habisan.Melihat ekspresi tidak senang dari wanita itu, Tobi pun mencoba untuk mencairkan suasana, "Bu Shinta, sepertinya kamu nggak terlalu menyambutku?""Menurutmu, aku harus bagaimana menyambutmu? Apa aku harus menyuruh sekelompok orang berlutut untuk menyambutnya?" tanya Shinta dengan dingin."Bu Shinta, jangan bercanda."Tobi tersenyum pahit. Wanita ini terlihat baik, tetapi ucapannya terlalu pedas."Namamu Tobi, 'kan? Aku nggak peduli dari mana asalmu. Begitu kamu masuk ke timku, j
Ketua tim dua, Shinta, sangat marah hingga dadanya bergetar. Lalu, dia berkata dengan dingin, "Jangan bangga terlalu cepat. Roda kehidupan akan terus berputar. Akan ada saat di mana kamu nggak bisa melakukannya.""Benarkah?""Kalau begitu, aku akan tunggu!""Hanya saja, kalian jangan sampai dimarahi habis-habisan saat rapat tengah tahun nanti," seru Kak Mia sambil tertawa terbahak-bahak.Semua orang tampak marah sekaligus tidak berdaya."Nggak apa-apa. Aku pernah bersama mereka sebelumnya. Mereka semua berkulit tebal. Mana mungkin mereka takut dimarahi?" kata Arvin sambil meledek mereka."Oh ya, kudengar karena aku pergi, kalian merekrut karyawan baru yang sangat hebat. Mana dia? Aku mau melihatnya."Sembari berbicara, Arvin sengaja menatap Tobi. Pria itu jelas tahu, tetapi dia sengaja mengejeknya.Dia satu-satunya pendatang baru di sini.Meskipun Tobi belum sehari di sana, setidaknya semua orang di departemen penjualan telah mendengar desas-desus dirinya.Tidak ada pendidikan, tidak a
Meskipun Arvin seorang laki-laki, dia sangat tampan dan memiliki banyak koneksi bos wanita.Mendengar itu, Tobi mengerutkan kening dan berkata, "Apa kinerja penjualan tim kami nggak sebaik tim kalian?""Aku kurang tahu. Kalau begitu, mari kita pertaruhkan kinerja dua tim.”Mendengar Tobi berbicara tentang kompetisi, Shinta langsung berkata, "Tobi, kamu bukan ketua tim. Mengapa kamu membuat keputusan untuk bersaing antar tim seperti ini?"Yang lain juga menatap Tobi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Membandingkan kinerja penjualan dengan tim satu, bukankah itu sama dengan cari mati?Jika kamu ingin mati, jangan seret kami, oke?Kak Mia makin bangga saat mendengar itu. Dia pun tertawa terbahak-bahak, "Shinta, jangan-jangan kamu nggak berani bertaruh dengan kami? Dari dulu aku sudah tahu tim-mu penuh dengan anggota nggak berguna. Kamu masih menolak mengakuinya?""Siapa yang nggak berani bertaruh?""Aku terima tantangan ini!""Bukankah hanya membandingkan hasil penjualan? Kebetulan kita
"Membuat malu?""Apa maksudmu? Aku nggak membuat malu," kata Tobi tampak bingung. Mungkinkah itu masalah taruhan? Namun, hasil taruhan masih belum keluar."Kamu bilang ini nggak membuat malu? Sekarang semua orang tahu departemen penjualan punya karyawan baru yang nggak berguna, nggak berpendidikan, nggak punya pengalaman kerja dan yang paling penting adalah dia nggak tahu apa-apa," semprot Widia kesal.Tidak heran Widia marah. Barusan Helen sengaja melaporkan apa yang dilakukan Tobi hari ini kepadanya.Dia sama sekali tidak berguna.Apalagi, masalah ini justru diketahui oleh semua orang. Mau tak mau semua orang mulai membicarakan siapa yang merekomendasikan pria tidak berguna itu masuk ke dalam perusahaan.Saat itu, Widia pun kesulitan untuk mengamankan posisi direkturnya lagi.Mana mungkin Widia tidak marah setelah mengetahui semua ini?Tobi juga menjadi tidak senang dan berkata, "Siapa yang mengatakan itu? Siapa yang berbicara omong kosong?""Kamu masih berani bertanya? Kalau bukan k
Tobi terlihat antusias. Dia membagikan teh susu itu kepada semua orang dan berkata sambil tersenyum, "Maaf, tadi malam tidur terlalu malam. Akibatnya datang terlambat."Mereka berusaha untuk tidak memukulnya. Semua orang hanya bisa menahan kebencian mereka di dalam hati.Namun, sebagai ketua tim, Shinta harus menanyakan hal ini dengan jelas. Jadi, dia pun memanggil Tobi ke samping.Meskipun ketua tim cantik, figur tubuh elok dan posturnya indah, ekspresi Tobi tetap terlihat biasa, tidak seperti pria lainnya.Hanya saja dia kebingungan. Mengapa Shinta mencarinya?Walaupun Tobi tahu dirinya sangat menawan, tetapi Shinta juga tidak mungkin terpikat dengan ketampanannya dan jatuh cinta padanya hanya dalam waktu sehari.Sesampainya di samping, wajah Shinta menjadi dingin. Lalu, dia bertanya, "Tobi, aku sudah tahu tujuanmu bergabung dengan tim dua. Mengapa kamu melakukan ini?"Dia sangat pintar. Dia tidak membiarkannya menjelaskan dirinya sendiri karena ini akan mengungkapkan bahwa dia tidak
"Bayar tagihan?" Tobi tampak tertegun, lalu mengambil formulir itu dan melihatnya."Benar!""Ketiga perusahaan di atas menunda pembayaran. Asalkan kamu berhasil menagih salah satu dari tiga perusahaan ini, kamu bisa langsung pulang kerja hari ini dan melakukan apa pun yang kamu inginkan!” kata Shinta."Benarkah? Hanya perlu satu perusahaan saja?""Benar!""Kak Shinta, ini sama sekali nggak mungkin.""Sudah berapa banyak usaha yang telah kami lakukan untuk ketiga perusahaan ini. Mereka nggak mungkin membayar dalam waktu singkat. Khususnya, perusahaan pertama ini," ucap Leo.Sekarang, dia telah memahami situasi perusahaan-perusahaan ini. Ketiga perusahaan ini memang sangat sulit untuk ditangani. Terutama perusahaan pertama, yaitu anak perusahaan dari Keluarga Hutama.Keluarga Hutama. Keberadaan yang sangat mengerikan. Mereka adalah sosok mengerikan yang bahkan ditakuti oleh Damar, orang terkaya di Kota Tawuna.Walaupun kini Keluarga Hutama mengalami kemunduran dan berganti bos, tetapi ke
Setelah melihat Shinta pergi, Leo pun berkata, "Tobi, jangan sedih. Orang-orang yang mengandalkan kehebatan seperti mereka memang selalu nggak masuk akal.""Nggak masalah. Mereka pasti akan minta maaf," ujar Tobi dengan nada datar."Minta maaf?""Apa kamu bercanda?" tanya Leo menggelengkan kepalanya sembari melihat sekeliling mereka.Pria itu pun tidak berkomentar lebih lanjut lagi karena takut Tobi akan ditertawakan.Melihat tidak ada yang datang, Tobi segera mengeluarkan ponselnya, lalu mengirim data itu kepada Lintang.Tobi ingin Lintang menangani masalah itu.Saat Lintang menerima pesan itu, dia langsung tertegun. Apalagi, setelah mendapati perusahaan pertama berasal dari perusahaan bawahannya, ekspresinya seketika berubah.Dia segera mencari penanggung jawab dan memarahinya.Penanggung jawabnya juga merasa tertekan. Kenapa masalah sepele seperti ini bisa sampai ke telinga Pak Lintang? Dia pun tidak peduli begitu banyak lagi dan buru-buru mentransfer tagihan itu.Kemudian, dia juga
Leo juga tercengang, seolah-olah tidak memercayai semua ini. Dia menatap Tobi lekat-lekat, berusaha mencari jawaban dari sana.Terakhir, Shinta pun bertanya, "Tobi, apa yang terjadi? Ini semua bukan karena panggilan telepon darimu, 'kan?"Dalam hatinya, Shinta diam-diam berharap ini semua perbuatan Tobi. Dengan begitu, Tobi bisa dikatakan tidak membual dan mereka juga memiliki harapan untuk menyaingi tim satu.Tobi hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Tentu saja!"Shinta terlihat antusias, "Benarkah? Tobi, apa kamu begitu hebat?""Tentu saja. Sudah kubilang, kalian nggak perlu khawatir dengan penjualan sebesar 100 miliar. Lihat, dalam sekejap, 60 miliar sudah berada di tangan kita, 'kan?" ucap Tobi sambil tersenyum."Memang benar. Aku benar-benar nggak menyangka kamu begitu hebat."Shinta menghela napas dan buru-buru meminta maaf, "Maaf, sebelumnya aku mengira kamu sama sekali nggak kompeten.""Aku juga. Kak Tobi, maaf. Kami sudah meremehkanmu sebelumnya, jadi kami minta maaf padamu."