Leo juga tercengang, seolah-olah tidak memercayai semua ini. Dia menatap Tobi lekat-lekat, berusaha mencari jawaban dari sana.Terakhir, Shinta pun bertanya, "Tobi, apa yang terjadi? Ini semua bukan karena panggilan telepon darimu, 'kan?"Dalam hatinya, Shinta diam-diam berharap ini semua perbuatan Tobi. Dengan begitu, Tobi bisa dikatakan tidak membual dan mereka juga memiliki harapan untuk menyaingi tim satu.Tobi hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Tentu saja!"Shinta terlihat antusias, "Benarkah? Tobi, apa kamu begitu hebat?""Tentu saja. Sudah kubilang, kalian nggak perlu khawatir dengan penjualan sebesar 100 miliar. Lihat, dalam sekejap, 60 miliar sudah berada di tangan kita, 'kan?" ucap Tobi sambil tersenyum."Memang benar. Aku benar-benar nggak menyangka kamu begitu hebat."Shinta menghela napas dan buru-buru meminta maaf, "Maaf, sebelumnya aku mengira kamu sama sekali nggak kompeten.""Aku juga. Kak Tobi, maaf. Kami sudah meremehkanmu sebelumnya, jadi kami minta maaf padamu."
"Sudahlah, lagian masalah ini juga bukan kesalahanmu sepenuhnya. Sebaliknya, Tobi bukan hanya nggak punya kemampuan, tapi dia masih berani mengambil hasil kerja keras orang lain begitu saja.""Sepertinya dia harus segera dipecat agar nggak merugikan orang lain.""Kamu kembali dulu. Biar aku yang menangani masalah ini," ucap Helen dengan dingin.Setelah mengusir Shinta, Helen segera menelepon Widia dan menceritakan masalah Tobi mengambil hasil kerja keras orang lain kepadanya.Saat Widia mendengarnya, dia hanya bisa tersenyum kecut. Berdasarkan pemahamannya kepada Tobi, pria itu memang suka menyombongkan diri. Jadi, wajar saja dia melakukan hal seperti itu."Bu Widia, Tobi bukan hanya nggak tahu apa-apa, tapi mempertahankan orang seperti ini hanya akan menjadi bencana. Hari ini, dia bahkan berani mengambil jasa orang lain di depan umum.""Kalau kita nggak menanganinya, bagaimana kita bisa meyakinkan yang lainnya?" ucap Helen dengan marah.Widia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sebe
"Benar. Aku belum pernah melihat orang yang begitu nggak tahu malu sepertinya. Bukan hanya membawa masalah besar untuk tim dua kami, dia bahkan melakukan hal yang nggak tahu malu.""Nggak bisa. Hal seperti ini nggak bisa ditoleransi. Tim dua kami nggak butuh pecundang seperti ini.""Benar. Kak Shinta, kita harus mengusirnya. Jangan biarkan dia terus mencelakai kita."Semua orang mulai mengusirnya.Hanya Leo satu-satunya yang membelanya, "Semuanya, jangan marah dulu. Aku rasa Tobi hanya bercanda saja.""Bercanda?""Memangnya boleh bercanda seperti itu?""Leo, kuperingatkan, kalau kamu mendukungnya, pergilah bersamanya.""Lagian kamu persis seperti dia. Sama-sama nggak berkemampuan!"Begitu ucapan itu dilontarkan, semua orang mengernyit.Kemampuan menjual Leo memang kurang bagus, tetapi dia orang yang baik dan tipe pekerja keras. Pria itu hanya membutuhkan waktu dan kesempatan. Dia memiliki bakat yang bisa diwujudkan.Wajah Leo terlihat kusut. Dia tidak senang, tetapi tidak berani mengat
Untuk apa direktur sepertinya merebut jasa seorang karyawan kecil? Bukankah itu sama dengan lelucon?"Mana aku tahu? Pokoknya, kamu nggak perlu mengkhawatirkan masalah ini!"Tobi tidak menghiraukannya lagi dan langsung pergi.Shinta tampak tidak berdaya. Kebetulan saat itu Helen berjalan mendekatinya. Shinta buru-buru menceritakan situasi itu kepadanya. Helen agak terkejut, tetapi dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jangan pedulikan dia!""Jadi, Bu Widia bagaimana?""Tenang saja. Nggak akan terjadi apa-apa."Helen pun berlalu dan kembali ke ruangannya. Dia malas meladeni masalah Tobi lagi.Terutama memikirkan pembahasan terakhirnya dengan Widia.Lagi pula, masalah ini diurus oleh Bu Widia dan yang lain tidak tahu, jadi mereka berniat memberikan hasil kerja ini kepada Tobi.Dengan begitu, Tobi tidak akan dikritik oleh orang lain, begitu juga dengan direktur yang merekrutnya. Bukankah ini sama dengan sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui?Hanya saja, dia merasa Tobi san
Perubahan kata-kata ini begitu jelas sehingga Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tania, 'kan? Kamu begitu percaya padanya?"Widia melihat ketidakberdayaan Tobi dan menjelaskan, "Aku mengerti kamu punya prasangka buruk kepadanya, tapi sebenarnya dia nggak punya niat buruk, kok.""Dia sudah mendengar kabar tim dua sedang taruhan dengan tim satu. Jadi, dia berinisiatif mencari orang untuk membantu kalian. Dengan begitu, tim dua punya kesempatan untuk menang dari tim satu. Bukankah itu artinya dia membantumu?""Dia membantuku?""Bisa dikatakan begitu!"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku penasaran. Taruhan antara tim satu dengan tim dua baru saja diputuskan belum lama ini. Bagaimana dia mengetahuinya?""Dia juga bekerja di perusahaan dan saat ini berada di departemen administrasi!""Sebelumnya, kami sempat berselisih, tapi dia mencariku dan minta maaf kepadaku. Dia juga bilang meski yang dia lakukan semua itu demi kebaikanku, dia juga nggak boleh membuat keputusan sendir
Tania memanfaatkan kesempatan dan memberikan saran."Ya, boleh saja. Tunggu kita punya waktu nanti.""Baiklah. Kalau begitu, aku kembali bekerja dulu."Setelah Widia mengangguk, Tania pun beranjak pergi. Dalam hatinya, dia diam-diam mendengus dingin.Dia sudah mengambil langkah pertama. Sekarang, saatnya dia mengambil langkah selanjutnya.'Tobi, jangan pikir kamu hebat dan kamu pasti akan mendapatkan Widia.''Selama aku ada di sini, jangan harap kamu bisa berhasil.''Widia, beraninya kamu merebut pria dariku. Jangan salahkan aku membuatmu menyesal. Apa pun yang terjadi, aku pasti akan memisahkan kalian berdua.''Tunggu saja, Tuan Gavin, jodohmu yang sebenarnya akan segera datang.'Tania sangat sopan, meminta maaf dan meyakinkan dirinya. Wanita itu telah berbuat cukup banyak demi adegan itu dan Tobi juga tidak bisa mengatakan apa-apa lagi."Tobi, kamu juga sudah melihatnya, 'kan? Tania sudah menyadari kesalahannya.""Kelak, jangan berprasangka buruk kepadanya lagi. Sebenarnya, selain be
"Baguslah. Kembalilah bekerja. Selama bukan masalah besar, aku akan melindungimu."Akhirnya, Widia bisa bernapas lega."Baiklah, aku akan menurutimu."Tobi juga tidak merasa kesal. Menurutnya, Tania juga tidak akan membuat terlalu banyak masalah. Setelah meninggalkan ruangan Widia, dia pun langsung berjalan kembali ke tim.Saat ini, tim dua juga sedang membahas tentang masalah ini. Banyak di antara mereka yang berspekulasi tentang situasi seperti apa yang akan dihadapi Tobi.Bagaimanapun, Bu Widia sangat ditakuti oleh semua orang.Di mata mereka, Bu Widia adalah sosok yang sangat keras dan bisa membuat orang tertekan. Bahkan, melangkah maju dan mengucapkan beberapa patah kata akan membuat mereka merasa sangat gugup.Apalagi, performa Bu Widia di perusahaan dalam dua tahun terakhir ini sangat luar biasa. Dia telah menyingkirkan banyak pecundang yang diatur oleh para pemimpin senior."Lihat! Tobi sudah kembali!""Ya, dia sudah kembali!""Tapi sepertinya suasana hatinya bagus dan nggak te
"Tapi inilah kenyataannya!""Aku barusan pergi ke ruangan Bu Widia untuk memastikan masalah ini. Memang benar, ketiga tagihan ini ditangani oleh Tobi," jawab Helen dengan dingin.Ah!Bagaimana bisa begini!Andi seakan sulit menerima kenyataan itu. Dia tidak menyangka masalah ini akan menjadi seperti ini.Hal yang sama juga terjadi pada yang lainnya, terutama mereka yang sering menyerang Tobi. Hanya saja, mereka masih jauh lebih baik dibandingkan Andi.Saat ini, Andi teringat dengan kata-kata yang barusan dia ucapkan. Jika Tobi masih tinggal di tim dua, maka dia akan keluar. Begitu juga sebaliknya.Sekarang Tobi adalah pahlawan yang hebat. Dia tidak mungkin pergi.Barulah Andi menyesali ucapannya. Seandainya waktu bisa berputar kembali, dia pasti akan mencari tahu masalah ini terlebih dahulu.Apalagi, Tobi barusan juga menyuruhnya untuk tidak menyombongkan diri terlalu cepat. Sekarang, dia menyesalinya. Seharusnya, dia menjaga sikapnya.Shinta tersenyum pahit dan berkata, "Tobi, maaf. A