Meski suara mereka kecil, masih bisa didengar oleh semua orang. Wajah Tuan Besar Ezra penuh dengan kekhawatiran. Apa Tomi benar-benar mampu menghadapi master yang begitu menakutkan ini?Semua orang memusatkan perhatian mereka pada kedua orang itu.Akhirnya, Bahtiar mengangkat pedang hitam di tangannya dan menghadap Tobi. Dalam sekejap, seluruh tubuhnya terintegrasi sepenuhnya dengan pedang itu."Apa ini namanya kombinasi manusia dengan pedang?""Benar. Inilah teknik kombinasi manusia dengan pedang yang legendaris itu. Nggak disangka, kekuatan Master Bahtiar sudah sampai sehebat ini.""Ilmu pedang yang menakutkan!""Kekuatan seperti ini mungkin belum pernah terlihat sebelumnya. Bocah itu masih berani begitu sombong. Dia pasti akan mati kali ini."" ....""Apa yang harus kita lakukan? Bahtiar ini terlalu menakutkan. Kepala keluarga kita nggak mungkin bisa menandinginya!""Tomi, kamu harus bertahan. Asalkan ada secercah harapan, Kakek akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kesempa
Siapa lagi?Tidak ada yang berani menjawab.Tidak peduli dari pihak mana pun, tidak ada seorang pun yang berani mengeluarkan suara.Namun, kalimat ini juga menyadarkan semua orang.Fathur dan anggota inti Keluarga Byantara lainnya yang tersisa tampak terkejut. Ada sorot tidak percaya dalam mata mereka.Seakan-akan tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan keterkejutan mereka.Awalnya, mereka mengira dengan kedatangan Master Bahtiar, kemenangan sudah pasti akan berpihak kepada mereka, khususnya Fathur. Dia berpikir ini saatnya dia menikmati puncak kejayaannya.Dia tidak menyangka Pandu akan muncul dan mampu melawan Master Bahtiar. Untungnya, Master Bahtiar membawa beberapa master hebat untuk membantu. Apalagi, kemenangan sudah ada di depan mata.Namun, siapa sangka Tobi akan begitu menakutkan!Hanya dengan satu gerakan, Master Melani dan Master Bahtiar dikalahkan secara berturut-turut.Kekuatannya begitu unggul, seakan-akan dewa yang turun ke bumi.Wajah Master Melani berubah muram. Dia
Apalagi, bagian ruang tamu pada dasarnya sudah hancur akibat pertarungan barusan. Jadi, memberi mereka lebih banyak ruang untuk mundur. Jika tidak ada yang melindungi mereka, pasti semuanya akan mati di sana.Melihat adegan itu, ekspresi Bahtiar dan yang lainnya berubah dingin. Dia pun berkata dengan marah, "Master Melani, Aswin, Adik Seperguruan, ayo gabungkan seluruh kekuatan kita dan keluarkan jurus andalan kita!""Kalau nggak, kita semua akan mati di sini!"Dia telah melupakan keberadaan Naga Racun saat ini. Karena di matanya, Naga Racun terlalu lemah.Naga Racun juga kebingungan. Segala yang terjadi hari ini benar-benar di luar dugaannya. Tidak ada yang peduli dengan keberadaannya sama sekali.Dia bersyukur karena dia berhasil melarikan diri waktu itu. Kalau tidak, dia mungkin sudah mati. Apalagi, berdasarkan kekuatan Tobi, mungkin dia akan ditaklukkan dengan mudah.Namun kalau dipikir-pikir lagi, Tobi mungkin hanya ingin memancing Master Bahtiar dan master hebat lainnya keluar. T
Begitu mendengar teriakan Bahtiar, entah itu karena status kakak seperguruannya atau karena keduanya telah berteman lama, Raja Naga Tua terpaksa mengambil tindakan. Dia pun berbalik dan muncul di belakang Bahtiar.Dia langsung mengeluarkan energi sejati miliknya yang kuat dan segera diedarkan ke dalam tubuh Bahtiar. Lantaran keduanya berasal dari perguruan yang sama, peredaran itu bukan hanya tidak akan bertentangan, tetapi akan mencapai efek yang lebih tinggi. Memungkinkan kekuatan Bahtiar meningkat dalam waktu singkat.Bahtiar seketika merasa kekuatan di tubuhnya melonjak dengan liar. Bahkan, kepercayaan dirinya juga bertambah. Dia yakin dirinya bisa mengalahkan Tobi.Tobi juga menyadari tindakan itu. Dia tampak mengerutkan kening, tetapi ekspresi wajahnya tidak berubah.Mengenai Fathur dan anggota Keluarga Byantara lainnya, mereka tidak peduli begitu banyak lagi. Semuanya sibuk menghindar.Berdasarkan kekuatan mereka, bahkan tidak memenuhi syarat untuk menjadi umpan meriam.Naga Rac
Bersamaan dengan itu, Bahtiar juga terhempas ke bawah, dengan kondisi tidak bernyawa lagi.Sampai ajal menjemputnya, dia masih tidak percaya kalau dirinya akan mati seperti ini.Bukankah tujuan kedatangannya hari ini adalah untuk mendapatkan metode rahasia liontin giok? Setelah berhasil memperolehnya, dia akan menjadi tidak terkalahkan, bisa mengendalikan dunia dan menjadi penguasa sejati?Bagaimana bisa berakhir seperti ini?Dia tidak rela!Dia sungguh tidak rela!"Kakak Seperguruan!"Raja Naga tua menyeret tubuhnya yang terluka parah untuk memeluk Bahtiar yang tergeletak di tanah. Ada tatapan sedih di matanya. Meski dia tidak terlalu setuju dengan tindakan kakak seperguruannya, mereka juga telah bersama begitu lama.Adegan ini benar-benar mengejutkan semua orang yang hadir.Termasuk Master Melani, Aswin, Fathur, dan lainnya masih hidup.Semua anggota Keluarga Byantara yang datang telah tewas akibat serangan barusan. Hanya Fathur yang masih bertahan. Meski terluka parah, untungnya dia
Saat ini, banyak tokoh besar di luar yang sedang menunggu berita tentang hasil pertarungan antara Keluarga Yudistira dengan Keluarga Byantara.Terutama sekelompok orang yang dipimpin oleh Gharam. Dialah yang memutuskan hubungannya dengan Keluarga Yudistira di saat-saat kritis dan memilih untuk bekerja sama dengan Keluarga Byantara.Mereka adalah orang-orang yang mengkhianati Keluarga Yudistira."Apa yang terjadi sebenarnya? Sudah lewat berapa lama, kenapa masih belum ada pergerakan?" Gharam tampak gugup. Sekalipun kekayaannya triliunan, dia masih tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.Mereka mengira Keluarga Byantara pasti akan berhasil menaklukkan Keluarga Yudistira. Namun seiring berjalannya waktu, mereka makin merasa ada yang tidak beres."Pak Gharam, jangan khawatir. Berdasarkan kekuatan Keluarga Byantara saat ini, ditambah dengan persetujuan dari pimpinan, bahkan salah satu dari empat keluarga besar, Keluarga Handoko, juga ikut mendukung Keluarga Byantara. Sekalipun Keluarga Yudi
"Mulai sekarang, kamu bertugas membimbingnya untuk mengambil alih seluruh properti Keluarga Byantara.""Siapa yang berani nggak patuh, bunuh saja!" ucap Tobi dengan tegas."Baik, Tuan Tobi!"Jaiz langsung menyetujuinya. Dia merasa sangat bersemangat. Awalnya, dia mengira mereka semua akan mati kali ini. Siapa sangka, hasilnya akan seperti ini."Ingat, kalau Fathur berani punya niat jahat, kamu nggak perlu segan kepadanya. Habisi dia saja," ucap Tobi dengan nada datar."Baik!"Jaiz mengangguk.Fathur tampak syok. Dia tidak berani membangkang sama sekali. Kekuatan mistis dan menakutkan Tobi saja sudah cukup membuatnya ketakutan.Setelah menangani Fathur, Tobi kemudian menatap Mulin dan memanggil namanya, "Mulin!"Mulin tidak berani merasa tidak puas. Dia buru-buru berdiri. "Tuan Tobi!""Kamu bertanggung jawab menangani semua mitra bisnis. Mereka yang sebelumnya berani mengkhianati Keluarga Yudistira nggak perlu diajak kerja sama lagi. Selain itu, mereka juga harus menanggung kompensasi s
Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang langsung bersemangat, terutama mereka yang setia mengikuti Tuan Besar Ezra. Bahkan, bersiap mempertaruhkan nyawa mereka jika diperlukan.Sebaliknya, mereka yang memberontak dan memihak Andreas mulai gugup. Hanya saja, Tobi kembali menambahkan. "Mereka yang mengikuti Andreas, meski nggak ada hadiah, aku juga nggak akan minta pertanggungjawaban kalian. Asalkan perilaku kalian baik ke depannya, Keluarga Yudistira nggak akan memperlakukan kalian dengan buruk."Setelah mendengar ini, semua orang baru merasa lega. Semua orang mulai berharap bisa bekerja sama untuk perkembangan masa depan Keluarga Yudistira.Selesai menangani masalah Keluarga Yudistira, Tobi baru memandang Aswin.Sedari tadi, Aswin terus merenung. Otaknya berputar dengan cepat. Dia merasa Tobi tidak akan membunuhnya. Bisa dikatakan, dirinya masih punya kesempatan.Menyadari tatapan Tobi, Aswin segera berkata, "Tuan Tobi, aku sungguh nggak bersalah. Aku datang ke sini sepenuhnya kare
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp
Indira mengangguk. Dalam hatinya, dia diam-diam bertekad, apa pun yang terjadi, dia pasti akan melindungi satu-satunya harapan mereka ini. Tepat di saat ini, ponselnya berdering.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya. Begitu mendengar apa yang disampaikan orang di seberang sana, wajahnya berubah drastis. Dia berkata dengan kaget, "Apa kamu bilang!"Dia sulit untuk percaya. Bukankah Vamil mengatakan mereka berdua akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, jadi bagaimana bisa secepat ini?Dia kemudian menutup telepon dan berkata dengan ekspresi muram, "Entah sejak kapan, Luniver dan Hirawan telah menyelinap ke Negara Harlanda. Apalagi, Hirawan langsung membuat arena pertarungan di area terlarang.""Dia juga menyebarkan rumor bahwa seni bela diri Negara Harlanda diwarisi dari Negara Melandia. Apalagi, kekuatan kita jauh lebih rendah dibandingkan Negara Melandia. Mereka menganggap kita sebagai sampah. Dia bilang dia sendiri bisa dengan mudah menggulingkan semua master Negara Harlanda.
Ekspresi Widia juga berubah. Tindakan ibunya ini seketika membuatnya merasakan firasat buruk. Apa telah terjadi sesuatu?Benar saja. Setelah melirik mereka berdua, Tobi mengangkat tangannya dan menampar Yesa sambil berkata dengan dingin, "Apa kamu pantas dipanggil ibu?"Yesa tertegun sejenak. Ada rasa sakit yang membakar di pipinya.Herman juga tertegun. Namun, dia segera berkata dengan marah, "Tobi, apa yang kamu lakukan!"Plak!Lagi-lagi sebuah tamparan.Tobi berkata dengan dingin, "Kamu juga nggak jauh berbeda!"Herman juga tercengang. Yesa tampak marah. Namun melihat tatapan tajam Tobi, dia tidak berani melakukan apa pun. Dia hanya bertanya dengan hati-hati, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Apa kamu masih marah dengan masalah yang terjadi terakhir kali? Itu semua salahku. Aku menyesali perbuatanku.""Sekarang kamu juga sudah menamparku. Kita anggap masalah ini berlalu, ya?"Herman juga marah, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya memandang Widia dan berkata dengan marah, "W
Saat ini, Yesa tampak mengumpat dengan kesal, "Widia itu nggak tahu berterima kasih. Dia malah nggak menghiraukan kita begitu saja.""Bukan hanya nggak menjawab panggilan teleponmu, dia bahkan nggak angkat teleponku. Sia-sia aku begitu peduli padanya."Herman yang mendengar hanya bisa memperlihatkan ekspresi tak berdaya. Saat teringat dengan apa yang telah dia dan istrinya lakukan selama ini, apa mungkin putrinya akan peduli dengan mereka lagi?Mengenai apa yang dikatakan Yesa tentang ingin membongkar kasus yang dilakukan Tobi, dia hanya berpura-pura saja. Karena dia tahu betul, begitu semua terekspos dan Negara Melandia mengejar mereka, sudah pasti mereka akan mati dengan mengenaskan.Yang paling penting lagi, belum tentu Tobi akan ditangkap. Sebaliknya, dia hanya akan menyinggung Widia.Sebenarnya, dalam hati Yesa, dia masih berharap Widia bisa berubah pikiran.Lagi pula, dia telah melakukan banyak hal yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu sebelumnya, bukankah Widia masih berula
Bukankah sudah tidak ada orang yang bisa mengancam mereka lagi? Apa telah terjadi sesuatu?"Widia, ada satu hal yang aku minta orang selidiki selama ini dan sekarang akhirnya hasilnya sudah ketemu," ucap Tobi perlahan."Masalah apa? Ada hubungannya denganku?""Ya, kamu harus persiapkan mentalmu.""Apa yang terjadi sebenarnya?""Ada hubungannya dengan asal-usulmu." Tobi khawatir Widia akan sulit menerima kenyataan ini."Apa!"Ekspresi Widia seketika berubah. Begitu mendengar perkataan Tobi, dia sepertinya sudah bisa menebaknya. Wajahnya memucat. Dia pun bertanya, "Jangan-jangan, aku bukan anak kandung Keluarga Lianto?""Bukan hanya nggak, tapi Yesa menculikmu dari tangan ibumu."Tobi akhirnya menceritakan masalah itu pada Widia.Apa!Wajah Widia bertambah pucat. Tubuhnya gemetar. Fakta dia bukan anak kandung ibunya saja sudah membuatnya sedih. Tak disangka, malah ada hal seperti ini lagi sekarang.Namun, dia sangat kuat dan tegar. Jika tidak, dia juga tidak mungkin bisa menjabat sebagai