"Lebih baik aku memilih melindungi Keluarga Yudistira selama tiga tahun." Aswin tampak tidak berdaya.Apa boleh buat. Kekuatannya lebih lemah dibandingkan Tobi, jadi dia harus menuruti perintah Tobi.Tobi menggerakkan tangan kanannya saat ini. Dalam sekejap, kekuatan misterius dan kuat dari tangannya langsung meraih Aswin dan menariknya ke arah Tobi.Aswin berteriak dengan ngeri, "Aku memilih menjaga Keluarga Yudistira, aku memilih menjaga Keluarga Yudistira!""Jangan khawatir. Aku nggak akan membunuhmu!"Tobi tampak tidak berdaya. Aswin ini sepertinya tidak takut apa pun, tetapi dia sangat takut mati. Setelah menarik Aswin ke arahnya, Tobi pun menepuknya dengan tangan kanannya beberapa kali.Aswin seketika merasakan aliran kekuatan yang murni dan menakjubkan mengalir ke tubuhnya. Luka di tubuhnya juga menghilang dengan cepat.Perlu diketahui, lantaran Aswin menggunakan kekuatan di luar kemampuannya, fondasinya kemungkinan sudah rusak. Namun hanya dengan beberapa tepukan dari Tobi, ras
"Tapi masih ada hal yang aku ingin kalian lakukan. Jangan beri tahu siapa pun mengenai kemunculan Bahtiar dan lainnya di kediaman Yudistira."Tobi memperingatkan mereka dengan tegas.Keluarga Yudistira telah lama tertindas dan membutuhkan kekuatan pendukung. Hanya saja, identitas Bahtiar sangat luar biasa. Jika disebarkan begitu saja, mungkin bukan hal yang baik bagi Keluarga Yudistira.Begitu mendengar permintaan Tobi, Raja Naga Tua tertegun sejenak. Kemudian, dia diam-diam memuji dalam hati. Meskipun muridnya sangat kuat, pemikirannya masih jernih.Bagaimanapun, Bahtiar mewakili Radiya dan juga seluruh pejabat Harlanda. Asalkan tidak diungkit, tentu tidak ada yang akan membicarakannya. Jadi, kedua belah pihak juga punya ruang untuk penyelesaian.Jika tidak, bagaimana Harlanda akan menangani semua ini?Meski kebingungan, semuanya masih tetap merespons dengan hormat. Tidak peduli apa pun itu, mereka sepenuhnya yakin dengan perintah Tobi."Bubar!"Terakhir, Tobi pun mengakhiri pembicara
Di saat semuanya kegirangan karena mengira mereka memiliki kesempatan untuk meminta maaf, mereka baru mengetahui bahwa Keluarga Yudistira menginginkan hampir setengah dari harta keluarga mereka.Hal ini tentu membuat gempar semua orang.Banyak bos besar yang marah. Hanya saja, Keluarga Byantara sendiri sudah menyerah sepenuhnya. Bahkan, mengatakan bahwa mereka akan menjadi pesuruh Keluarga Yudistira mulai sekarang. Hal ini tentu membuat semua orang tidak berdaya.Oleh karena itu, mereka pun memutuskan untuk mencari dukungan. Keluarga Handoko di Jatra menjadi pilihan pertama semua orang. Mereka menyatakan kesediaan mereka untuk membayar harga mahal dan meminta Keluarga Handoko untuk maju.Namun, yang mengejutkan mereka adalah, meskipun mereka bersedia membayar mahal, Keluarga Handoko tidak bersedia maju dan menyatakan mereka tidak akan berpartisipasi dalam masalah ini.Jangan-jangan Keluarga Handoko juga takut?Jangankan mereka, bahkan anggota Keluarga Handoko sendiri pun kebingungan. K
Tobi sama sekali tidak peduli dengan spekulasi dan perubahan di dunia luar. Setelah menyuruh semua orang di kediaman Yudistira bubar, dia memandang gurunya yang berada di depannya, Raja Naga Tua.Dia mengangkat tangan kanannya, perlahan mengedarkan energi sejatinya dan memasuki tubuh Raja Naga tua.Ekspresi Raja Naga Tua tetap tidak berubah. Dia membiarkan energi sejati memasuki tubuhnya tanpa perlawanan apa pun. Selanjutnya, dia merasakan kehangatan di sekujur tubuhnya. Semua luka dalam tubuhnya lenyap dan dia merasakan kekuatannya bahkan lebih lancar dari sebelumnya.Bahkan setelah begitu banyak hal terjadi, muridnya masih memperlakukannya seperti ini. Raja Naga Tua diam-diam menghela napas panjang. Tidak sia-sia dia mengkhawatirkan keselamatan muridnya."Kamu nggak takut aku mencelakaimu?" tanya Tobi."Kalau kamu ingin mencelakaiku, percuma saja aku melawan. Sama seperti kamu percaya padaku, aku juga percaya padamu," kata Raja Naga Tua dengan tenang.Tobi terdiam."Tobi, katakan saj
Tobi juga terkejut. Yesa tidak memiliki kemampuan apa pun. Namun, dia malah bisa mencelakai perusahaannya sendiri. Padahal baru berapa lama saja, dia telah mengubah perusahaan menjadi seperti ini?Bahkan, hampir membuat dirinya sendiri masuk penjara."Raja Naga, masih ada hal lain yang perlu saya laporkan kepada Anda. Silakan dengar rekaman ini." Pria itu memutar sebuah rekaman suara.Percakapan lainnya tidak terlalu penting, tetapi poin pentingnya adalah Yesa justru memaki putrinya sendiri. "Dasar anak durhaka! Nggak tahu balas budi! Sudah kuduga, nggak ada gunanya membesarkan anak orang lain."Tobi yang mendengar itu langsung terkejut. Sepertinya tebakannya benar. Kemungkinan besar, Widia bukanlah putri kandung Yesa.Tobi juga merasa perilaku orang tuanya Widia terhadap putrinya tidak begitu normal. Hanya saja, dunia ini memang penuh dengan keanehan. Siapa tahu, orang tuanya Widia memang orang-orang seperti itu.Namun jika dilihat hari ini, sepertinya bukan seperti itu kenyataannya!
Setelah memikirkan semuanya, Tobi memutuskan untuk kembali ke Kota Tawuna secara langsung. Lagi pula, transportasi sekarang sangat leluasa. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke sana.Kali ini, apa pun yang terjadi, dia pasti akan menyelidiki kebenarannya dengan jelas.Hasil akhirnya mungkin akan sesuai dengan tebakan Tobi dan juga menyakitkan bagi Widia. Namun, daripada ditunda terlalu lama, ada bagusnya mengakhiri penderitaan ini secepatnya. Widia juga tidak perlu tersiksa lagi.Lagi pula, orang seperti Yesa, meski dia membantunya kali ini, entah masalah seperti apa yang akan dia timbulkan ke depannya.Meski Tobi ingin pergi ke Kota Tawuna, dia juga harus menangani urusan besok dengan baik.Bisa dikatakan, besok adalah hari di mana Keluarga Yudistira mengumumkan kebangkitan mereka. Tobi tentu saja tidak boleh pergi begitu saja.Jika tidak, akan muncul banyak masalah di kemudian hari.Apalagi, Tobi paling benci masalah. Dia lebih suka menuntaskannya sekaligus.Di sisi lain, Widia jug
Berdasarkan hal yang dilakukan Bahtiar terhadap keluarganya, apalagi tujuan kunjungannya ke kediaman Yudistira kali ini tidak murni, bahkan mengatakan dia ingin menghabisi nyawa Tobi dan lainnya, membunuh Bahtiar juga termasuk hal yang wajar.Tuan Besar Ezra mengangguk. Tiba-tiba ponselnya berdering. Setelah menjawab panggilan, dia tampak murung dan berkata, "Tobi, Radiya mau bertemu denganmu secara pribadi!"Tobi tertegun. Tak disangka, orang yang barusan mereka ungkit sudah datang mencarinya. Dia pun berkata, "Hanya berdua?""Ya!""Kalau kamu nggak ingin bertemu dengannya, aku bisa menolaknya." Tuan Besar Ezra berkata dengan nada tegas, "Asalkan dalam Keluarga Yudistira masih ada kamu, nggak ada yang berani menyentuh kami lagi!"Dia takut pertemuan ini memiliki motif tersembunyi.Tobi tertegun sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Kakek, jangan terlalu khawatir. Bukankah hanya bertemu saja? Nggak masalah, kok.""Tapi dia hanya mau bertemu denganmu. Dia nggak mengizinkan kamu membawa
Tobi terkejut dan buru-buru berkata, "Guru, apa yang kamu lakukan?""Token yang kamu pegang adalah tanda perintah. Token itu sama seperti bertemu Radiya. Semua anggota Aula Varun harus menghormatinya," jelas Raja Naga Tua."Begitu rupanya."Tobi tersenyum pahit dan berkata tak berdaya, "Benda ini begitu berharga. Entah ini termasuk hal baik atau buruk bagiku.""Tentu saja hal yang baik, tapi juga berarti kamu harus memikul lebih banyak tanggung jawab. Yang paling penting lagi, dengan adanya token ini, kamu juga bisa mendapatkan jaminan."Raja Naga Tua berpikir bahwa keberadaan seperti dewa yang kuat yang telah memberinya bimbingan seharusnya akan memberikan wajah pada Radiya."Jaminan?" Tobi tertegun."Ya, kelak kamu akan tahu. Besok pagi, aku akan pergi menemuinya dan menyampaikan situasimu. Tapi Tobi, aku harus mengingatkanmu. Kalau dia menginginkan liontin giokmu, kamu nggak boleh menolak," ujar Raja Naga Tua."Apa dia benar-benar sehebat itu?""Ya. Kalau mau dibandingkan, dialah sa
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp
Indira mengangguk. Dalam hatinya, dia diam-diam bertekad, apa pun yang terjadi, dia pasti akan melindungi satu-satunya harapan mereka ini. Tepat di saat ini, ponselnya berdering.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya. Begitu mendengar apa yang disampaikan orang di seberang sana, wajahnya berubah drastis. Dia berkata dengan kaget, "Apa kamu bilang!"Dia sulit untuk percaya. Bukankah Vamil mengatakan mereka berdua akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, jadi bagaimana bisa secepat ini?Dia kemudian menutup telepon dan berkata dengan ekspresi muram, "Entah sejak kapan, Luniver dan Hirawan telah menyelinap ke Negara Harlanda. Apalagi, Hirawan langsung membuat arena pertarungan di area terlarang.""Dia juga menyebarkan rumor bahwa seni bela diri Negara Harlanda diwarisi dari Negara Melandia. Apalagi, kekuatan kita jauh lebih rendah dibandingkan Negara Melandia. Mereka menganggap kita sebagai sampah. Dia bilang dia sendiri bisa dengan mudah menggulingkan semua master Negara Harlanda.
Ekspresi Widia juga berubah. Tindakan ibunya ini seketika membuatnya merasakan firasat buruk. Apa telah terjadi sesuatu?Benar saja. Setelah melirik mereka berdua, Tobi mengangkat tangannya dan menampar Yesa sambil berkata dengan dingin, "Apa kamu pantas dipanggil ibu?"Yesa tertegun sejenak. Ada rasa sakit yang membakar di pipinya.Herman juga tertegun. Namun, dia segera berkata dengan marah, "Tobi, apa yang kamu lakukan!"Plak!Lagi-lagi sebuah tamparan.Tobi berkata dengan dingin, "Kamu juga nggak jauh berbeda!"Herman juga tercengang. Yesa tampak marah. Namun melihat tatapan tajam Tobi, dia tidak berani melakukan apa pun. Dia hanya bertanya dengan hati-hati, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Apa kamu masih marah dengan masalah yang terjadi terakhir kali? Itu semua salahku. Aku menyesali perbuatanku.""Sekarang kamu juga sudah menamparku. Kita anggap masalah ini berlalu, ya?"Herman juga marah, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya memandang Widia dan berkata dengan marah, "W
Saat ini, Yesa tampak mengumpat dengan kesal, "Widia itu nggak tahu berterima kasih. Dia malah nggak menghiraukan kita begitu saja.""Bukan hanya nggak menjawab panggilan teleponmu, dia bahkan nggak angkat teleponku. Sia-sia aku begitu peduli padanya."Herman yang mendengar hanya bisa memperlihatkan ekspresi tak berdaya. Saat teringat dengan apa yang telah dia dan istrinya lakukan selama ini, apa mungkin putrinya akan peduli dengan mereka lagi?Mengenai apa yang dikatakan Yesa tentang ingin membongkar kasus yang dilakukan Tobi, dia hanya berpura-pura saja. Karena dia tahu betul, begitu semua terekspos dan Negara Melandia mengejar mereka, sudah pasti mereka akan mati dengan mengenaskan.Yang paling penting lagi, belum tentu Tobi akan ditangkap. Sebaliknya, dia hanya akan menyinggung Widia.Sebenarnya, dalam hati Yesa, dia masih berharap Widia bisa berubah pikiran.Lagi pula, dia telah melakukan banyak hal yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu sebelumnya, bukankah Widia masih berula
Bukankah sudah tidak ada orang yang bisa mengancam mereka lagi? Apa telah terjadi sesuatu?"Widia, ada satu hal yang aku minta orang selidiki selama ini dan sekarang akhirnya hasilnya sudah ketemu," ucap Tobi perlahan."Masalah apa? Ada hubungannya denganku?""Ya, kamu harus persiapkan mentalmu.""Apa yang terjadi sebenarnya?""Ada hubungannya dengan asal-usulmu." Tobi khawatir Widia akan sulit menerima kenyataan ini."Apa!"Ekspresi Widia seketika berubah. Begitu mendengar perkataan Tobi, dia sepertinya sudah bisa menebaknya. Wajahnya memucat. Dia pun bertanya, "Jangan-jangan, aku bukan anak kandung Keluarga Lianto?""Bukan hanya nggak, tapi Yesa menculikmu dari tangan ibumu."Tobi akhirnya menceritakan masalah itu pada Widia.Apa!Wajah Widia bertambah pucat. Tubuhnya gemetar. Fakta dia bukan anak kandung ibunya saja sudah membuatnya sedih. Tak disangka, malah ada hal seperti ini lagi sekarang.Namun, dia sangat kuat dan tegar. Jika tidak, dia juga tidak mungkin bisa menjabat sebagai