"Benarkah? Nyonya Tamara memang hebat.""Tentu saja. Sayangnya, sudah terlambat. Aku nggak peduli kamu mau bilang apa sekarang. Sebentar lagi, kamu akan rasakan betapa menakutkannya konsekuensi dari memprovokasiku," ucap Nyonya Tamara sambil tersenyum dingin."Tampaknya Nyonya Tamara sangat percaya diri. Begini saja, mari kita bertaruh." Bukankah Fiona ingin mendirikan sebuah perusahaan? Tobi berjanji akan menginvestasikan 20 triliun kepadanya. Sekarang, bukannya ada kesempatan untuk mendapatkannya?""Bertaruh?""Benar. Kalau aku mengalahkan Thomas, kamu beri aku 20 triliun!""Apa! 20 triliun? Nak, kamu tahu 20 triliun itu berapa banyak? Lantas, apa yang mau kamu pertaruhkan?" Nyonya Tamara merasa Tobi sudah gila atau mungkin tidak tahu apa-apa.Jangankan bocah kecil seperti itu, bahkan bos besar seperti Hasbi pun tidak berani meminta taruhan sebesar 20 triliun."Nyawaku. Kalau aku kalah, nyawaku akan jadi milikmu. Terserah kamu mau buat apa!""Kamu menukar nyawamu yang nggak berguna i
Tobi tampak acuh tak acuh dan menggelengkan kepalanya. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menemukan jawabannya. Gerakan lawan memang sangat halus. Sepertinya ada orang yang membimbingnya dari belakang.Jika tidak, dengan keterampilan yang mereka latih, mustahil bisa memiliki keterampilan tubuh yang begitu indah. Hanya saja, tidak peduli siapa pun itu, tidak ada yang bisa mengubah hasilnya.Alasan Tobi tidak mengambil tindakan sampai sekarang, hanya untuk memberi mereka kesempatan. Jika mereka tidak mau, jangan salahkan dia tidak segan lagi.Thomas sama sekali tidak tahu. Ekspresi wajahnya menunjukkan kegembiraan. Dia mengira dirinya sangat kuat. Siapa sangka, malah dia yang akan mengejar lawan dan terus-terusan memimpin. Jika bukan karena lawan beruntung, mungkin dia sudah berhasil mengalahkannya.Yang paling penting lagi, akhirnya Thomas telah menyadari tingkat kekuatan lawan. Ternyata lawannya berada di tingkat puncak Kekuatan Gelap. Kekuatan lawan bahkan lebih rendah darinya.Kekua
Melihat Thomas menatapnya dengan marah, Nyonya Tamara kebingungan. Apa maksudnya? Tamara bahkan tidak berani menatapnya lagi dan langsung menoleh ke arah Tobi.Dia memandangi Tobi yang masih berdiri di sana dengan santai.Kenapa bisa jadi begini? Jelas-jelas, Thomas yang berada di posisi menguntungkan pada awalnya."Nak, taktik kotor apa yang kamu gunakan?" seru Nyonya Tamara dengan kesal."Nggak perlu banyak omong lagi. Kapan kamu mau berikan 20 triliun?" tanya Tobi dengan ringan."Dua puluh triliun apanya? Kamu curang. Ini nggak masuk hitungan sama sekali.""Benarkah?"Begitu mendengar itu, tatapan mengerikan seketika muncul dari sorot mata Tobi. Dia berjalan mendekati Nyonya Tamara dan berkata dengan dingin, "Sepertinya pelajaran yang aku berikan pagi ini masih belum cukup.""A ... apa yang mau kamu lakukan? Jangan lupa, kantor polisi ada di samping. Tolong, tolong ...."Plak!"Argh!"Nyonya Tamara mengerang kesakitan. Bahkan, ada darah yang keluar dari sudut mulutnya.Tobi tersenyu
Paginya, Tobi Yudistira terbangun.Merasakan sesuatu yang lembut di telapak tangannya, pria itu tidak kuasa meremasnya beberapa kali. Rasanya kenyal sekali.Ketika pria itu memalingkan wajahnya ke samping, terlihat seorang wanita cantik. Kulit wanita itu sangat halus dan lembut."Argh ...."Merasa seperti ada sesuatu yang mencubitnya, Widia Lianto langsung terbangun. Saat mendapati dirinya telanjang, dia berteriak dan mendorong pria itu menjauh.Wanita itu segera menarik selimut dengan satu tangannya dan melempar bantal dengan tangan yang satunya lagi."Dasar berengsek! Bajingan! Apa yang kamu lakukan kepadaku!""Sepertinya sudah kulakukan semuanya.""Kurang ajar! Dasar nggak tahu malu!" umpat Widia dengan geram sekaligus malu.Tobi merasa bersalah dan berkata, "Jangan bicara seperti itu. Lagian, tadi malam kamu yang berinisiatif duluan.""Ngawur, jelas-jelas ...."Widia ingin membantah, tetapi tidak jadi karena kejadian tadi malam tiba-tiba melintas di benaknya.Akibat menagih utang t
"Ini adalah kartu hitam Lawana, di dalamnya ada 2 triliun. Kamu bisa belanja di toko milik Serikat Dagang Lawana di Kota Tawuna ini.""Oh ya, karena baru sampai di sini, mungkin Anda masih belum punya tempat tinggal. Ini kunci vila di Distrik Terra 1. Mohon diterima."Mata Tobi seakan bisa melihat semua dengan jelas, lalu dia bertanya, "Murah hati sekali. Katakan, apa yang terjadi?""Raja Naga memang bijaksana. Putriku, Jessi, sekujur tubuhnya sering menggigil dalam enam bulan terakhir ini. Kami sudah mengunjungi banyak dokter terkenal, tapi nggak ada yang bisa menyembuhkannya," ujar Damar."Nggak apa-apa. Hanya masalah kecil. Kalau ada waktu, besok aku akan mengobatinya.""Syukurlah! Terima kasih, Raja Naga!" kata Damar. Dia telah mencari tahu masalah ini begitu lama dan akhirnya menemukan sebuah rahasia besar.Ternyata Raja Naga yang masih muda itu adalah Dewa Medis yang telah dia cari-cari selama ini. Dia benar-benar Dewa Medis yang misterius.Tidak bisa dipercaya. Siapa yang mengir
"Tobi, sejak menerima telepon dari dokter tua itu, aku sudah menunggumu. Akhirnya, hari ini kamu datang juga. Kenapa kamu berdiri di depan pintu?"Setelah Kakek Muhar tahu Tobi datang, dia telah menunggunya sejak tadi. Karena yang ditunggu-tunggu tidak muncul, kakek itu pun berjalan keluar untuk menemuinya.Ketika Tobi melihatnya, dia langsung tersenyum dan menyapanya, "Kakek Muhar!"Begitu Kakek Muhar melihat cucunya berada di samping Tobi, dia langsung bertanya dengan penasaran, "Kalian saling kenal?"Widia tiba-tiba merasa canggung."Kami bertemu tadi pagi," ujar Tobi sambil mengatasi kecanggungan itu."Kebetulan sekali. Kalian memang berjodoh. Oh ya, hari ini juga hari yang baik untuk menikah. Setelah makan siang, kalian pergi ke kantor sipil untuk membuat akta nikah saja," seru Kakek Muhar sambil tertawa. Senior Dewa Medis memiliki keterampilan medis yang hebat, muridnya pasti juga sama.Tobi tertegun sejenak. Pria itu baru menyadari wanita cantik ini adalah Widia Lianto, tunangan
Widia berkata dengan marah, "Jangan harap! Meski di dunia ini nggak ada pria lagi, aku juga nggak akan menyukaimu!"Di luar sana ada begitu banyak pria yang jauh lebih baik dari Tobi, tetapi Widia juga tidak tertarik. Jadi, bagaimana dia bisa jatuh cinta kepadanya?"Widia!"Tiba-tiba seorang wanita cantik yang berpakaian seksi maju ke depan.Celana pendek dan kaus ketat yang dia kenakan itu tampak memperlihatkan pusarnya, bahkan pinggang ramping dan kaki panjangnya itu terekspos semuanya. Ditambah dengan kulit putihnya itu, dia makin menarik perhatian orang.Dengan santai, dia melirik Tobi yang berada di sampingnya itu.Meski hanya mengenakan pakaian biasa, wajah Tobi lumayan tampan. Namun, bagaimana orang desa ini bisa dijodohkan kepada Widia? Bagai pungguk merindukan bulan.Hanya tahu berangan-angan saja."Kamu sudah datang," sapa Widia.Kemudian, dia berkata kepada Tobi, "Ini teman baikku, Tania Suwitno."Tobi mengulurkan tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Halo!"Namun, Tania
Semua orang tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi berani naik ke atas panggung. Seketika para penonton langsung mentertawakannya."Haha. Lucu sekali. Orang desa sepertimu masih berani membual.""..."Tobi tidak berniat meladeni mereka, dia langsung mengambil sebuah pedang dan mendesak lawannya, "Cepat mulai."Joni agak bingung. Setelah naik, dia bertanya, "Kamu nggak pakai alat pelindung?""Nggak perlu."Mendengar ucapan itu, Joni seketika marah. Dia tersenyum dingin sambil berkata, "Ya, jangan salahkan aku kalau kamu terluka nanti." Joni bahkan berpikir untuk mengambil kesempatan ini untuk melumpuhkan tangan dan kakinya.Tobi mengerutkan kening dan berseru, "Banyak omong kali."Bukan hanya Joni yang merasa marah, tetapi semua orang juga tidak bisa berkata-kata.Melihat postur Tobi memegang pedang, dia kelihatan seperti orang awam. Kenapa dia malah pamer seperti ini, bukankah dia cari mati?Widia juga merasa gugup. Meskipun dia tidak menyukai Tobi dan ingin mengusirnya, dia jug