Namun, saat dipikir-pikir lagi, bukankah Bos Hasbi akan segera datang? Keduanya kembali merasa percaya diri dan berkata dengan suara lantang, "Nak, apa yang mau kamu lakukan?"Tobi terdiam dan berkata dengan tenang, "Bukankah kalian yang menyuruhku untuk berhenti?""Ya, me ... memang kami yang menyuruhmu berhenti, tapi kami nggak suruh kamu mendekat."" ...."Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Aku nggak mau menyia-nyiakan waktuku di sini." Selesai mengatakan ini, dia berbalik dan berjalan menuju ke arah mobil.Keduanya saling berpandangan. Mana mungkin membiarkan Tobi pergi begitu saja? Begitu selesai memberi isyarat, keduanya serentak maju, kemudian menyerang dari belakang. Yang satunya dari sebelah kiri dan satunya lagi dari sebelah kanan.Jarak mereka dengan Tobi kini makin dekat, tetapi Tobi bahkan tidak menoleh ke belakang sedikit pun.Dalam hati, mereka diam-diam merasa girang. Mungkinkah serangan mereka kali ini akan berhasil? Kalau begitu, bukankah mer
"Rahasia?"Perkataan itu membuat Tobi kebingungan. Mungkinkah mereka mengetahui identitas Raja Naga? Jika mereka mengetahui identitasnya, kenapa mereka masih berani sombong? Sepertinya pendukung mereka cukup kuat."Huh! Kamu masih berpura-pura sampai sekarang!"Nyonya Tamara tampak bangga. Dia memasang senyum sinis. "Bukankah kamu punya teknik rahasia? Kamu gunakan teknik rahasia agar melancarkan serangan secara diam-diam, 'kan? Kalau nggak, bagaimana kamu bisa mengalahkan Marva dan Thomas?""Sekarang, kamu sudah kehilangan kemampuan terbesarmu. Terlebih lagi, kekuatan Kak Hasbi jauh lebih hebat dari yang kamu bayangkan. Jangankan nggak punya kemampuan itu, sekalipun ada, kamu pasti akan mati hari ini."Mendengar itu, barulah Tobi mengerti rahasia yang dia maksud tadi. Tobi tidak kuasa menahan tawa. "Apa ini rahasia yang kamu sebut tadi?""Benar, percuma kalau kamu nggak mengakuinya," kata Nyonya Tamara dengan dinginHasbi melambaikan tangannya dan berkata dengan dingin, "Nak, jangan b
Tanpa perlu pergerakan besar, Tobi bisa dengan mudah menaklukkan tiga pengawal yang masih berada di tingkat puncak Kekuatan Terang itu. Mereka bahkan belum menembus Kekuatan Gelap.Tak butuh waktu lama, ketiganya sudah terbaring di bawah dan menjerit kesakitan. Mereka tampak bingung.Nyonya Tamara tampak tertekan. Dia sudah menduga ketiga pengawal ini tidak mungkin bisa menang. Bukankah ini hanya membuat harga diri bocah itu makin tinggi? Tamara pun buru-buru berkata, "Kak Hasbi, bocah ini memang nggak sehebat kamu, tapi kemampuannya lumayan bagus. Sepertinya kamu harus turun tangan sendiri.""Aku tahu!"Hasbi sedikit tertekan. Ketiga anak buahnya gagal menguji kedalaman kekuatan yang dimiliki Tobi. Hal ini tentu membuatnya merasa kurang yakin.Tobi terkekeh dan berkata dengan nada mengejek, "Kenapa? Masih belum siap? Bagaimana kalau kamu panggil beberapa orang lagi ke sini agar bisa menguji kekuatan yang kumiliki?""Arogan!""Menghadapi bocah sepertimu, apa aku perlu menguji kekuatanm
Paginya, Tobi Yudistira terbangun.Merasakan sesuatu yang lembut di telapak tangannya, pria itu tidak kuasa meremasnya beberapa kali. Rasanya kenyal sekali.Ketika pria itu memalingkan wajahnya ke samping, terlihat seorang wanita cantik. Kulit wanita itu sangat halus dan lembut."Argh ...."Merasa seperti ada sesuatu yang mencubitnya, Widia Lianto langsung terbangun. Saat mendapati dirinya telanjang, dia berteriak dan mendorong pria itu menjauh.Wanita itu segera menarik selimut dengan satu tangannya dan melempar bantal dengan tangan yang satunya lagi."Dasar berengsek! Bajingan! Apa yang kamu lakukan kepadaku!""Sepertinya sudah kulakukan semuanya.""Kurang ajar! Dasar nggak tahu malu!" umpat Widia dengan geram sekaligus malu.Tobi merasa bersalah dan berkata, "Jangan bicara seperti itu. Lagian, tadi malam kamu yang berinisiatif duluan.""Ngawur, jelas-jelas ...."Widia ingin membantah, tetapi tidak jadi karena kejadian tadi malam tiba-tiba melintas di benaknya.Akibat menagih utang t
"Ini adalah kartu hitam Lawana, di dalamnya ada 2 triliun. Kamu bisa belanja di toko milik Serikat Dagang Lawana di Kota Tawuna ini.""Oh ya, karena baru sampai di sini, mungkin Anda masih belum punya tempat tinggal. Ini kunci vila di Distrik Terra 1. Mohon diterima."Mata Tobi seakan bisa melihat semua dengan jelas, lalu dia bertanya, "Murah hati sekali. Katakan, apa yang terjadi?""Raja Naga memang bijaksana. Putriku, Jessi, sekujur tubuhnya sering menggigil dalam enam bulan terakhir ini. Kami sudah mengunjungi banyak dokter terkenal, tapi nggak ada yang bisa menyembuhkannya," ujar Damar."Nggak apa-apa. Hanya masalah kecil. Kalau ada waktu, besok aku akan mengobatinya.""Syukurlah! Terima kasih, Raja Naga!" kata Damar. Dia telah mencari tahu masalah ini begitu lama dan akhirnya menemukan sebuah rahasia besar.Ternyata Raja Naga yang masih muda itu adalah Dewa Medis yang telah dia cari-cari selama ini. Dia benar-benar Dewa Medis yang misterius.Tidak bisa dipercaya. Siapa yang mengir
"Tobi, sejak menerima telepon dari dokter tua itu, aku sudah menunggumu. Akhirnya, hari ini kamu datang juga. Kenapa kamu berdiri di depan pintu?"Setelah Kakek Muhar tahu Tobi datang, dia telah menunggunya sejak tadi. Karena yang ditunggu-tunggu tidak muncul, kakek itu pun berjalan keluar untuk menemuinya.Ketika Tobi melihatnya, dia langsung tersenyum dan menyapanya, "Kakek Muhar!"Begitu Kakek Muhar melihat cucunya berada di samping Tobi, dia langsung bertanya dengan penasaran, "Kalian saling kenal?"Widia tiba-tiba merasa canggung."Kami bertemu tadi pagi," ujar Tobi sambil mengatasi kecanggungan itu."Kebetulan sekali. Kalian memang berjodoh. Oh ya, hari ini juga hari yang baik untuk menikah. Setelah makan siang, kalian pergi ke kantor sipil untuk membuat akta nikah saja," seru Kakek Muhar sambil tertawa. Senior Dewa Medis memiliki keterampilan medis yang hebat, muridnya pasti juga sama.Tobi tertegun sejenak. Pria itu baru menyadari wanita cantik ini adalah Widia Lianto, tunangan
Widia berkata dengan marah, "Jangan harap! Meski di dunia ini nggak ada pria lagi, aku juga nggak akan menyukaimu!"Di luar sana ada begitu banyak pria yang jauh lebih baik dari Tobi, tetapi Widia juga tidak tertarik. Jadi, bagaimana dia bisa jatuh cinta kepadanya?"Widia!"Tiba-tiba seorang wanita cantik yang berpakaian seksi maju ke depan.Celana pendek dan kaus ketat yang dia kenakan itu tampak memperlihatkan pusarnya, bahkan pinggang ramping dan kaki panjangnya itu terekspos semuanya. Ditambah dengan kulit putihnya itu, dia makin menarik perhatian orang.Dengan santai, dia melirik Tobi yang berada di sampingnya itu.Meski hanya mengenakan pakaian biasa, wajah Tobi lumayan tampan. Namun, bagaimana orang desa ini bisa dijodohkan kepada Widia? Bagai pungguk merindukan bulan.Hanya tahu berangan-angan saja."Kamu sudah datang," sapa Widia.Kemudian, dia berkata kepada Tobi, "Ini teman baikku, Tania Suwitno."Tobi mengulurkan tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Halo!"Namun, Tania
Semua orang tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi berani naik ke atas panggung. Seketika para penonton langsung mentertawakannya."Haha. Lucu sekali. Orang desa sepertimu masih berani membual.""..."Tobi tidak berniat meladeni mereka, dia langsung mengambil sebuah pedang dan mendesak lawannya, "Cepat mulai."Joni agak bingung. Setelah naik, dia bertanya, "Kamu nggak pakai alat pelindung?""Nggak perlu."Mendengar ucapan itu, Joni seketika marah. Dia tersenyum dingin sambil berkata, "Ya, jangan salahkan aku kalau kamu terluka nanti." Joni bahkan berpikir untuk mengambil kesempatan ini untuk melumpuhkan tangan dan kakinya.Tobi mengerutkan kening dan berseru, "Banyak omong kali."Bukan hanya Joni yang merasa marah, tetapi semua orang juga tidak bisa berkata-kata.Melihat postur Tobi memegang pedang, dia kelihatan seperti orang awam. Kenapa dia malah pamer seperti ini, bukankah dia cari mati?Widia juga merasa gugup. Meskipun dia tidak menyukai Tobi dan ingin mengusirnya, dia jug