Sayangnya, Widia sangat mengenal ibunya. Melihat tatapan ibunya menghindar, dia langsung bertanya dengan dingin, "Kalian kira aku akan percaya?"Padahal Yesa sudah cemas. Tak disangka, putrinya justru akan membalas seperti itu. Yesa bertambah emosi dan langsung memarahinya, "Memangnya kenapa kalau kamu nggak percaya? Apa kamu juga ingin membunuhku?""Aku beri tahu kamu saja, aku memang mencari pembunuh untuk menghabisinya. Bahkan, menghabiskan 20 miliar. Kalau bukan karena dia itu tuan muda Keluarga Yudistira, mana mungkin aku membatalkannya dan membuat 20 miliar terbuang sia-sia.""Dia sudah menghabiskan uangku. Aku masih belum menagih 20 miliar itu kepadanya, sekarang dia berani nggak membantuku?" ucap Yesa dengan kesal. Di dalam hatinya, yang salah bukanlah dirinya, melainkan orang lain."Ka ...."Widia sudah hampir muntah darah saking marahnya. Dia menatap ayah dan kakeknya, lalu berkata dengan marah, "Kalian nggak masuk akal sekali. Benar-benar nggak tertolong lagi!"Sembari berbi
Widia malah terjebak dalam suasana hati yang tidak stabil. Dia tidak senang dengan apa yang telah dilakukan orang tuanya. Namun, dia juga membenci dirinya sendiri karena tidak berdaya dan tidak bisa membuat keluarganya memperlakukan Tobi dengan baik.Di saat bersamaan, dia juga tersentuh dengan sikap Tobi. Padahal, tindakan ibunya sangat keterlaluan, bahkan tidak bisa dimaafkan, tetapi pria itu malah tidak menyebutkan sepatah kata pun.Tobi tidak mengungkitnya jelas karena tidak ingin membuat Widia kesulitan.Kebaikan pria itu kepadanya dan juga perhatiannya telah membuat Widia merasa malu.Tobi telah melakukan begitu banyak hal untuk dirinya, apalagi berkali-kali bermurah hati, tetapi Widia bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah keluarganya sendiri."Tobi, maaf. Ini salahku. Aku janji, mulai sekarang ...." Kakek Muhar menghela napas. Kali ini dia sangat menyesali perbuatannya. Sampai saat ini, barulah dia menyadari segalanya.Tak disangka, suasana hati Tobi sedang buruk saat ini. Dia
"Aku nggak punya cara!"Kakek Muhar tidak menghiraukannya lagi.Yesa tampak panik. Dia memandang Widia.Widia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bu, jangan khawatir. Biar aku diskusikan hal ini dengan Kakek.""Ya, kamu harus pikirkan solusi untukku," ucap Yesa sambil mengangguk cepat.Widia segera mencari kakeknya.Kakek Muhar menghela napas dan berkata, "Widia, Kakek yang bersalah kepadamu. Kakek sekarang sudah menyadari kesalahanku. Aku harap nggak terlambat dan nggak memengaruhi hubunganmu dengan Tobi.""Kakek, aku sangat senang kamu bisa berpikir begitu. Kamu nggak perlu khawatirkan hubunganku dengan Tobi. Dilihat dari sikapnya, seharusnya kami masih punya kesempatan. Tapi sekarang yang paling penting adalah orang tuaku masih belum menyadari kesalahan mereka," ucap Widia tak berdaya.Kakek Muhar tertegun sejenak. Dia memandang Widia dan berkata, "Kamu ingin aku memberi pelajaran kepada mereka?""Bukan beri mereka pelajaran, tapi membuat mereka menyadari di mana letak kesalahan m
Kecurigaan ini sudah lama ada di benaknya Tobi, tetapi dia tidak pernah memastikannya. Itu sebabnya, dia langsung menanyakan hal ini dengan cepat"Nyonya adalah ibumu, Naura Gantari. Dia sedang berada di Manor Gifari di luar kota."Nyonya Naura sudah berpesan kepadanya agar tidak memberitahukan masalah ini kepada putranya. Namun, Laurin masih tetap mengatakannya. Ini pertama kalinya dia melanggar perintah Nyonya Naura.Karena baginya, Nyonya Naura pasti akan diberkati. Jika tidak ada yang membantunya, Nyonya Naura pasti akan mati kali ini.Begitu mendengar itu, wajah Tobi berubah dingin. Dia segera berkata, "Suruh dia pikirkan cara untuk mengulur waktu. Aku akan segera ke sana!"Usai menutup telepon, Tobi langsung keluar.'Bu, jangan sampai terjadi sesuatu kepadamu!'Tobi baru menyadari sesuatu. Ibunya mungkin bersembunyi di luar Kota Tawuna hanya karena tidak ingin ditemukan olehnya. Kalau tidak, mereka pasti sudah menginap di hotel sebelumnya.Untungnya, lokasinya tidak terlalu jauh
Dia adalah ibunya Tobi, Naura Gantari. Dia juga istrinya Revan Yudistira, ayahnya Tobi.Mata gelap Naura memandang Harita yang berada di depannya dengan tatapan dingin. "Dewa Perang Harita memang luar biasa. Kamu bisa menemukan kami secepat ini?""Jadi, kamu sudah mengakui kalau kalian yang membunuh Dewa Perang Albus?" tanya Harita dengan dingin. Dia bukannya marah, tetapi dia memang berwajah dingin dari dulu.Bagi Harita, ini hanya masalah sepele. Jika bukan karena diminta oleh para petinggi, dia juga tidak akan mengambil tindakan."Memangnya ada guna kalau kami nggak mengakuinya?'Wanita berkata dengan dingin, "Aku hanya penasaran. Dari mana kamu tahu kalau kami yang melakukannya? Terus, bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?""Teknik dari Sekte Bayangan!""Tak dimungkiri, kalian memang hampir nggak meninggalkan jejak apa pun. Hanya saja, dari luka di tubuh Albus-lah, kami mengetahui kalau itu perbuatan Sekte Bayangan.""Begitu mengikuti jejak Sekte Bayangan, aku pun menemukan Utu
Para ahli bela diri yang berdiri di belakang Harita juga tampak terkejut. Meski tahu Dewa Perang Harita sangat kuat, mereka jarang sekali melihatnya mengambil tindakan secara langsung.Begitu melihatnya hari ini, mereka baru sadar kalau kekuatan Harita jauh lebih hebat dari yang mereka bayangkan.Apalagi, dilihat dari serangan Harita barusan, mereka pasti tidak akan sanggup menahannya."Bu Naura, lebih baik kamu pergi dulu. Sekalipun harus berjuang mati-matian, kami juga akan menahannya di sini. Selain dia, seharusnya nggak ada yang bisa menghentikanmu lagi."Karena kekuatan kedua utusan telah berada di tingkat Guru Besar, mereka bisa menggunakan telepati untuk berkomunikasi. Tentu saja, seberapa jauh mereka bisa melakukan hal itu masih bergantung pada kekuatan spiritual mereka.Kedua utusan sangat beruntung hari ini karena yang datang ke sini hanya Dewa Perang Harita. Yang lainnya seharusnya adalah tetua Aula Varun. Kekuatan mereka juga masih belum melampaui tingkat Guru Besar.Namun,
Tatapan yang lainnya langsung dipenuhi dengan keterkejutan.Jelas sekali, Harita mulanya tidak mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan mereka. Jika tidak, mereka mungkin tidak akan bisa bertahan sampai sekarang. Hal ini juga membuktikan bahwa perkataan Harita barusan bukanlah sekadar bualan. Sekalipun mereka menambah sepuluh orang lagi, Harita juga bisa menaklukkannya.Harita memandang mereka dengan dingin, lalu berkata dengan tenang, "Bu Naura, aku akan beri kamu kesempatan terakhir. Asalkan kamu memberitahuku alasan kamu membunuh Albus, aku akan melepaskan nyawamu dan hanya akan mengurungmu.""Nggak ada alasan."Nada bicara Naura begitu dingin. Daripada dikurung, lebih baik dia mati saja.Tak disangka, kekuatan Harita akan begitu menakutkan.Untungnya, Naura sudah memperingatkan Laurin untuk tidak memberi tahu masalah ini kepada Tobi. Kalau tidak, Naura pasti akan mencelakai putranya.Naura masih khawatir. Entah Laurin sudah berhasil kabur atau belum."Bagus. Kamu sendiri yang
"Haha. Apa kamu sedang mengulur waktu?" tanya Harita dengan nada datar.Laurin menyangkalnya dengan tegas, "Nggak, dia akan segera sampai." Laurin tidak ingin Harita mengambil tindakan lagi."Aku nggak mau tahu. Aku juga nggak punya banyak waktu untuk menunggu kalian di sini. Begini saja, aku akan beri kalian waktu tiga menit. Kalau dia nggak muncul dalam tiga menit, aku akan langsung membunuh kalian di sini," ucap Harita dengan ringan.Laurin masih ingin berbicara, tetapi begitu Dewa Perang Harita menatapnya tajam, tubuhnya langsung gemetar. Dia bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Dia merasa dirinya seakan-akan ditekan oleh kekuatan yang mengerikan.Perlu diketahui, Laurin juga punya bakat kultivasi. Dia termasuk ahli bela diri Kekuatan Transformasi tingkat puncak. Meski dia bukan seorang Guru Besar, dia juga termasuk dalam jajaran ahli bela diri hebat.Laurin hanya bisa berdoa secara diam-diam, 'Tuan Tobi, cepatlah datang. Kalau nggak, kami semua akan mati di sini. Bahkan