“Yui!” teriak Yuan, putus asa mengiris suaranya. Ia tahu kembarannya takkan mendengar. Namun, dengan segenap sisa tenaga, ia menyeret tubuhnya, tak peduli luka di kulitnya akibat lilitan tanaman rambat yang semakin mengetat.Xavier, melihat perjuangan Yuan, ia segera bertindak. Tombaknya melesat, menebas tanaman rambat hingga hancur berkeping-keping. Bersamaan dengan itu, Yuasa dan Yuichi tiba di sisi Yuan.“Yuan, apa kau bisa menghentikan Yui?” tanya Yuasa, suaranya diliputi kecemasan, sembari menyalurkan energi penyembuh yang hangat ke luka-luka Yuan. Rasa perih perlahan mereda, digantikan sensasi yang menenangkan.Yuan mengangguk lemah. “Terobos barrier Genbu. Setelah itu, aku bisa bergabung dengan Yui. Dengan kekuatanku, pengorbanan akan ditanggung berdua. Kita masih bisa memusnahkan Nacht tanpa membahayakan nyawa Yui.”Harapan kembali menyala di hati mereka. Yui masih bisa diselamatkan. Yuichi, yang telah pulih berkat kekuatan Yuasa, berdiri di samping Rafael. Pedang hijau zamrud
Desing suara anak panah menembus angin bersamaan dengan salju yang turun. Para pemanah memburu tiga orang yang diduga memiliki harpa ajaib. Mereka ras yang berbeda di antara para kristal hitam. Ketiganya memiliki rambut seputih salju. Mereka tengah berlari menghindari hujan anak panah.“Eirlys, jangan menengok ke belakang, teruslah berlari!” teriak seorang pemuda kepada gadis di depannya.Pemuda yang jauh lebih tinggi dari gadis yang dipanggil Eirlys tersebut berhenti dan berbalik, merapalkan mantra membentuk bunga-bunga es yang menghambat laju anak panah tersebut.“Terus berlari!” teriak pemuda tersebut kepada dua orang perempuan yang bersamanya.Napas mereka tersengal-sengal, kepulan uap air seperti asap di setiap napas yang mereka hembuskan karena udara yang begitu dingin. Bernapas saja terasa begitu berat, sementara salju turun perlahan membuat rambut putih mereka semakin putih tertutup salju.“Kak Lixue!” Gadis yang bernama Eirlys menoleh dan memanggil pemuda tersebut.“Menuju ke
Angin bertiup lembut membawa udara dingin yang menusuk hingga ke tulang. Para prajurit dengan baju tambahan berupa jubah tebal dari bulu binatang membungkus tubuh mereka. Namun, rasa dingin masih saja berhasil menyentuh kulit yang tak terlindung. Salah satu dari mereka melepaskan jubah tebal yang terbuat dari bulu binatang.“Yang benar saja, danau ini pasti dingin sekali,” protes prajurit yang dipaksa untuk masuk ke dalam danau oleh rekan-rekannya.Mereka melakukan undian untuk memutuskan siapa yang masuk ke dalam danau. Mereka mencari harpa ajaib yang kabarnya ada di sekitar tempat ini. Sebuah kisah dongeng tentang Istana Es yang tenggelam di danau tersebut membuat mereka dipaksa mencari keberadaannya. Mereka harus memeriksa dasar danau untuk melihat istana tersebut benar-benar ada, termasuk mencari keberadaan harpa.Kedua prajurit yang kalah saat melakukan undian dengan terpaksa masuk ke dalam air. Sebelumnya keduanya diberikan barrier pelindung untuk melindungi mereka dari dinginny
Kedua bocah kembar semakin memperhatikan Rafael yang membacakan cerita hingga keduanya menoleh karena suara dehaman di belakang mereka.“Sudah malam, sebaiknya kalian tidur,” ucap Alden dengan lembut membelai puncak kepala kedua anak kembar itu.“Baik, Kek,” sahut kedunya segera bangkit dan berlari menuju kamarnya.Yui menoleh dan melihat Kakek Alden masih berbincang dengan Rafael. Pria jangkung yang lebih tua itu duduk di sebelah Rafael. Entah apa yang mereka bicarakan, paman dari gadis yang kini sedang memperhatikannya terlihat membuang muka seakan apa yang sedang mereka bicarakan bukanlah hal yang menyenangkan.“Yui, ayo!” ajak Yuan memanggil kembarannya untuk segera ke kamar.“Hei, menurutmu apa cerita itu benar?” tanya Yui menyusul Yuan dan mereka berjalan bersama menuju ke kamar mereka.“Aku tidak tahu, tapi ada yang aneh dengan cerita Istana Es. Kisahnya menggantung dengan akhir yang menimbulkan banyak pertanyaan. Mungkin saja itu kisah nyata atau hanya rekaan,” jawab Yuan.Mer
“Kalian sudah siap?” Rafael sudah menunggu keduanya dan membukakan pintu kereta kuda. Sebuah kereta kuda dengan warna hitam pekat disertai ukiran naga berwarna keemasan.“Paman ikut?” sahut Yui menatap pria jangkung di depannya. Sebuah anggukan membuat gadis kecil itu tersenyum senang. Dia memasuki kereta kuda dan membuka sedikit tirai dari dalam, memperhatikan pria yang baru saja membantunya menaiki kereta. Rafael, di mata Yui terlihat begitu tampan. Sementara pemuda di sebelahnya berpikir hal lain. Yuan, dia hanya bisa menghela napas berat dan duduk di sebelah Yui. “Mau sampai kapan dia mencuri pandang seperti itu, kenapa tidak terus terang saja,” batin Yuan. Wajah memerah Yui cukup mengganggu pikirannya.“Yuan, apa Kak Razen tidak berlebihan?” ucap Yui melihat sekelompok orang datang di pimpin oleh Razen.Razen dengan pasukan di belakangnya telah siap mengantar Pangeran Yuan dan Putri Yui ke istana. Dia adalah salah satu jenderal di Kerajaan Kegelapan yang telah mendapatkan posisi
“Dan kandidat lain untuk menjadi raja, aku mencalonkan diriku sendiri,” ucap Leiz dengan lantang.Sorakan pendukung Leiz terdengar riuh memenuhi ruangan, hanya sebagian kecil saja yang tetap diam. Mereka diam-diam memihak kubu yang lain.“Tuan Leiz, kita memilih raja bukan berdasarkan suara, tapi kepantasannya,” sela Razen hingga suara sorakan tiba-tiba menjadi hening.“Apa maksudmu, Jenderal Razen?” Mata Leiz menatap Razen seakan ingin menembus jantungnya dan menghakimi pria ini yang telah berani bersuara.Semua mata kini memandang Razen yang sengaja membuat perselisihan dengan Penasehat Kerajaan Leiz Schwarz. Mereka menunggu penjelasan dari Razen.“Pangeran Yuan, dia pantas menjadi raja, bukan Anda, Tuan Leiz Schwarz,” ucap Razen dengan berani mendekat ke arah podium supaya terlihat jelas oleh seluruh tamu undangan. “Karena dia memiliki kemampuan yang sudah kita tunggu selama ini, kekuatan pemurnian,” lanjut Razen dengan lantang sehingga semua orang mendengar dengan jelas ucapannya.
“Apa kau ingin menipu kami?” Razen menatap Leiz, sudut bibirnya tertarik sedikit seakan dia sedang mendapatkan sesuatu yang menarik.Sementara pria dengan jubah menjuntai dan rambut yang sudah mulai berubah warna tersenyum ramah menatap Razen penuh arti. “Apa yang kau pikirkan, Jenderal Razen?” Leiz nampak santai dengan ucapan Razen.“Bunga itu, yang kau lakukan bukan pemurnian!” ucap lantang Razen hingga terdengar ke jelas. Aula menjadi riuh oleh suara-suara bisikan para tamu undangan.“Kalau begitu seperti apa pemurnian yang benar? Sudah 200 tahun dunia ini tidak tersentuh kekuatan raja,” balas Leiz. Pria ini sengaja, dia sengaja ingin menjebak Yuan untuk menunjukkan kekuatannya. Dia tahu kontaminasi di sekitar istana tidak akan bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan saat ini. Pekatnya kontaminasi bahkan membuat udara di sekitar istana terasa berat.Razen menatap Yuan, dia merasa salah langkah dan terlihat gugup dengan ucapan Leiz. Sorot matanya mengisyaratkan permintaan maaf dan d
Rafael menoleh sekilas dan melihat Razen bersama dengan Xavier. Mereka berdua bekerjasama untuk membantunya kabur dari istana. Serangan pasukan istana ternyata tak berhenti begitu saja. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng pertahanan istana mengarahkan anak panahnya kembali. Meskipun Xavier membantu, beberapa anak panah masih lolos dan melesat ke arah Fury, terutama beberapa pemanah berbakat yang memiliki kemampuan panah energi.“Fury menghindar!” teriak Rafael yang merasakan panah energi menyerang. Naga hitam itu bermanuver menghindari panah tersebut. Sayangnya satu anak panah mengenai sayap Fury sehingga terbang tidak seimbang.Angin terasa begitu kencang saat naga hitam itu kehilangan keseimbangan dan meluncur karena tarikan gravitasi yang kuat. Yui berpegang pada leher Fury, sementara Yuan berada di belakangnya memeluk erat. Rafael berusaha melindungi kedua anak kembar tersebut.“Ugh,” erang Rafael merasakan sakit pada lukanya. Dia merasa pandangannya mulai kabur dan tubuhn
“Yui!” teriak Yuan, putus asa mengiris suaranya. Ia tahu kembarannya takkan mendengar. Namun, dengan segenap sisa tenaga, ia menyeret tubuhnya, tak peduli luka di kulitnya akibat lilitan tanaman rambat yang semakin mengetat.Xavier, melihat perjuangan Yuan, ia segera bertindak. Tombaknya melesat, menebas tanaman rambat hingga hancur berkeping-keping. Bersamaan dengan itu, Yuasa dan Yuichi tiba di sisi Yuan.“Yuan, apa kau bisa menghentikan Yui?” tanya Yuasa, suaranya diliputi kecemasan, sembari menyalurkan energi penyembuh yang hangat ke luka-luka Yuan. Rasa perih perlahan mereda, digantikan sensasi yang menenangkan.Yuan mengangguk lemah. “Terobos barrier Genbu. Setelah itu, aku bisa bergabung dengan Yui. Dengan kekuatanku, pengorbanan akan ditanggung berdua. Kita masih bisa memusnahkan Nacht tanpa membahayakan nyawa Yui.”Harapan kembali menyala di hati mereka. Yui masih bisa diselamatkan. Yuichi, yang telah pulih berkat kekuatan Yuasa, berdiri di samping Rafael. Pedang hijau zamrud
Yuan tersentak bangun oleh seruan Rafael. Kegelisahan menjalari ulu hatinya. Barrier yang menyempit, mengurung Yui dan Nacht, bagai jerat yang semakin erat. Jantungnya berdebar kencang, iramanya seirama genderang perang yang menggelegar di telinganya. Kepanikan mencengkeramnya, dingin dan menyesakkan.Tanpa pikir panjang, Yuan berlari. Namun, baru selangkah, kakinya terjerat tanaman rambat yang menjalar licik seperti ular lapar. Aroma tanah lembap menyeruak di hidungnya.“Nacht!” seru Yuan, menuduh. Namun, saat tanaman itu mengikatnya semakin erat, ia menyadari bahwa sentuhannya berbeda. Bukan duri tajam Nacht, melainkan lilitan lembut seperti sutra. Warna hijau mudanya, sewarna tunas muda di musim semi, mengingatkannya pada Yui.Berjuang melepaskan diri, keputusasaan menggema dalam suaranya. “Hentikan, Yui! Kita harus melakukannya bersama-sama! Kau sudah berjanji denganku!” teriaknya, suaranya parau, dipenuhi harapan yang mulai redup bagai bara api yang ditiup angin.Yui, terkurung d
“Paman, bawa Ayah ke tempat aman,” pinta Yuan. Lingkaran sihir perak di tangan Yuan telah menghilang. Tubuhnya terlihat sudah begitu lelah hingga dia memuntahkan seteguh darah dari mulutnya.“Yuan!” seru Rafael melihat kondisi Yuan yang tidak baik-baik saja. “Kubawa ke tempat Yuasa, biar dia mengobati lukamu,” ajak Rafael lembut berusaha membujuk Yuan.“Lalu bagaimana dengan ayah? Bawa ayah dulu ke tempat yang aman. Aku masih bisa menunggu,” balas Yuan dengan senyum yang dipaksakan untuk meyakinkan Rafael jika dia baik-baik saja.“Baik, tunggulah!” Rafael mengangkat Yuichi dan membawanya ke tempat aman. Langkah kakinya semakin cepat karena memikirkan Yuan. Rasanya jarak antara dirinya dan tempat Yuasa berada begitu jauh. Kakinya tidak bergerak secepat yang diharapkan.“Kalian pikir bisa pergi!” seru Nacht melihat Rafael berusaha membawa Yuichi. Sebuah barrier tak kasat mata menutup jalan Rafael sehingga dia berjalan di tempat, tidak pergi ke mana pun.Alunan suara harpa terdengar sama
“Kau mau memusnahkanku? Ingat, tubuh ini milik ayahmu!” ancam Nacht, menggunakan tubuh Yuichi yang saat ini menjadi raganya, suaranya menggema seperti guntur di langit.Tanpa kata, Yui menggerakkan tangan kirinya hingga lingkaran sihir di tangan kanannya kini berada di tengah-tengah antara tangan kanan dan kiri. Lingkaran itu semakin membesar, hingga sebesar tubuh Yuichi yang ada di depan Yui, seolah-olah dia sedang menciptakan sebuah bintang baru di langit malam.Yui mendorong lingkaran sihir keperakan tersebut ke arah Yuichi. Sebuah kekuatan besar seakan menariknya dengan kuat, namun Nacht sama sekali tidak terpental atau berseser hingga lingkaran sihir perak tersebut menghilang, seolah dia adalah bayangan yang tak terpengaruh oleh cahaya.“Lihat! Tidak ada gunanya!” seru Nacht, tertawa puas karena kekuatan lingkaran sihir tersebut tidak mempengaruhinya, seolah dia adalah raja kegelapan yang tak tertandingi.“Lihat baik-baik, Nacht!” balas Yui, menunjuk ke arah Yuan yang berada di l
Seakan terobsesi untuk segera menghancurkan Yuan, serangan Yuichi semakin gencar. Pedang es abadi yang sebelumnya bersinar di tangan Yuan terlepas, melayang sejenak di udara sebelum jatuh ke tanah dengan suara bergetar, seolah mengisyaratkan akhir dari sebuah harapan.“Tamat riwayatmu!” Seringai licik penuh kepuasan tergambar jelas di wajah Yuichi. Sepasang mata zamrudnya terlihat lebih gelap dari biasanya, seolah menyimpan badai kemarahan yang siap meledak.Nacht, entitas gelap yang menguasai diri Yuichi, tidak menghentikan serangannya meskipun Yuan sudah tidak bisa melawan lagi. Pedang kehijauan di tangan Yuichi perlahan berubah menjadi pedang hitam, pedang Raja Kegelapan yang dipenuhi dengan aura kegelapan pekat. Pedang itu berayun dengan kecepatan yang mengerikan, tepat menuju ke arah Yuan yang sudah tak memiliki senjata lagi, seolah-olah waktu berhenti sejenak untuk menyaksikan momen menegangkan ini.“Trang!” Suara dentingan logam yang tajam menggema di udara ketika pedang hitam
Tempat itu sunyi, hanya ada mereka bertiga. Langit semakin bergemuruh dengan petir dan guntur yang menggelegar, seolah-olah alam pun merasakan ketegangan yang melanda. Mereka yang menyaksikan dari kejauhan, bersembunyi di balik reruntuhan, menghindari serangan dari kedua belah pihak yang sedang bertarung.“Semoga saja Pangeran Yuan bisa mengalahkannya,” gumam seseorang yang berada di istana, suaranya penuh harapan. Para prajurit dari kedua sisi kini mendukung sang pangeran, berdoa dalam hati agar keajaiban terjadi.Langkah kaki kecil Yui mulai menari, gerakannya terlihat lincah dan gesit. Dia sedang menggambar di atas tanah, menciptakan sebuah lingkaran sihir yang mengurung musuhnya tepat di tengah-tengah. Setiap goresan yang ditorehkan di tanah seolah mengeluarkan cahaya, menandakan kekuatan yang akan segera terbangun.“Kau pikir bisa mengurungku!” seru Yuichi, marah, segera menghapus kembali coretan yang ditorehkan Yui dengan angin kencang yang berputar, seolah-olah mengabaikan usah
“Katakan,” jawab Yuasa singkat, tidak ingin mengalihkan perhatian dari Rafael.“Maaf, saya hanya penasaran saja. Kenapa Anda melepaskan kekuatan naga lalu memilih kekuatan penyembuh?” Xavier menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan. Dia masih terlihat canggung, tetapi rasa penasarannya mengalahkan perasaannya itu. “Semua orang lebih menghargai orang yang kuat; mereka menganggap remeh penyembuh meskipun tugas mereka mulia.”Yuasa tersenyum lembut, dia mengerti maksud Xavier. “Kenapa waktu itu kau menginginkan darahku?” tanyanya, menatap Xavier dengan serius.Mata Xavier berkilat, dan dia langsung menyilangkan tangannya, menggerakkan seakan menepis apapun yang ada di benaknya. “Tidak, saya tidak akan melakukan itu lagi!” jawabnya cepat, wajahnya memerah.“Aku terlahir dengan kristal emas, kristal istimewa dengan kekuatan penyembuh terkuat. Mereka bahkan mengatakan tidak ada yang tidak bisa kusembuhkan,” Yuasa mulai mengatakan apa yang sudah lama ingin dia katakan. “Sayangnya,
Yuasa melihat pergerakan di balik bayangan reruntuhan. Darah segar mengalir dari tangan pria itu, membentuk genangan kecil di tanah yang kering. Lukanya cukup parah, dia menggunakan tubuhnya untuk melindungi Rafael. Di balik jubah hitamnya, Rafael terkulai tak sadarkan diri. Yuasa menatap pria itu, kedua mata mereka terkunci dalam keheningan yang penuh harapan.“Tolonglah Rafael,” ucap pria itu tanpa suara, tetapi Yuasa bisa membaca gerak bibir pria itu dengan jelas.Yuasa berlari ke arah mereka. “Kau terluka,” balas Yuasa, mengangkat tangannya di atas luka Xavier, berusaha menyembuhkannya. Tangan dan kaki Xavier patah, tulang-tulangnya harus disambung kembali. Meskipun dia bisa melakukannya, dia tidak memiliki obat untuk mengurangi rasa sakit dalam proses penyambungan tulang. Mereka jauh dari tenaga medis.“Abaikan lukaku, tolonglah Rafael terlebih dahulu,” pinta Xavier, suaranya bergetar. Terlihat jelas rasa canggung dan tidak nyaman yang diperlihatkan Xavier. Dia tidak bisa bergera
“Aku dan Yui akan memisahkan Ayah dari Nacht. Saat itu, jubah ini harus bisa melindungi tubuh Ayahanda,” bisik Yuan, suaranya lembut seperti desiran angin, samar-samar dan hanya Yuasa yang mendengarnya.Yuasa tidak punya pilihan lain. Dia mengerti kenapa Yuan melakukan ini. Yuichi akan langsung terkontaminasi di dunia bawah. Tubuhnya sangat rentan, berbeda dengan Yuan yang telah bertransformasi menjadi raja kegelapan. Jubah Yuan didesain sedemikian rupa untuk bisa bertahan di dunia bawah. Setelah perubahan Yuan, dia tidak akan terpengaruh dengan kontaminasi dunia bawah, tetapi Yuichi berbeda, terpisah dengan Nacht dia akan kembali seperti semula.“Kau harus bertahan, rasanya akan sangat menyakitkan,” bisik Yuasa, menahan air mata yang mengancam di sudut matanya, merasakan betapa beratnya keputusan ini.Yuan mengangguk, berdiri di depan Yuasa untuk melepaskan jubahnya. Saat Yuasa menarik jubah tersebut, Yuan menahan rasa sakit luar biasa. Dia menggigit bibir bawahnya, menahan rasa saki