Home / Pernikahan / Rahim Yang Hilang / Bobot, Bibit, Bebet

Share

Bobot, Bibit, Bebet

Author: Aini Pien
last update Last Updated: 2024-05-21 21:07:21
"Osa, ikut Mama!" Ratna memberi perintah.

Lantas ia memalingkan wajahnya dari Milova, tentunya dengan tatapan setengah sinis. Bola matanya yang membulat membuat Milova paham bahwa Ratna tak begitu menyukainya, atau bahkan mungkin sama sekali tidak menyukainya.

"Dasar keluarga aneh!" celetuk Milova setelah Ratna dan Osa keluar dari ruang kerjanya.

Milova berusaha tenang menatap dokumen perjanjiannya dengan lelaki arogan itu. Hatinya sedikit ragu untuk menjalankan misi milik Osa. Tetapi apa boleh buat, mau tidak mau, ia harus membayar semua kebaikan Osa kepadanya, salah satunya adalah wajahnya yang kembali cantik, pikirnya seraya menyentuh pipi wajahnya yang terlihat begitu mulus.

Dan jika dipikir-pikir lagi. Kemewahan yang ia dapatkan, termasuk berbagai fasilitas dan gaji yang tak main-main, rasanya tak layak juga ia menolak. Dan yang terpenting, Osa akan membantunya menemukan Rama, lelaki yang ia yakini akan sangat peduli padanya.

Husna yang tak sengaja lewat memergoki Osa d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rahim Yang Hilang   Bulan Depan

    "Kita akan menikah bulan depan!" pernyataan Osa justru tak lagi membuat Milova terkejut. Sebaliknya, Husna yang dibuat kaget karena kepala sekolahnya masuk tiba-tiba ke ruangan Milova. Dalam benak Husna, ia bukan hanya kaget tapi nalurinya juga ikut tak terima jika Osa tanpa tata Krama masuk ke ruang kerja Milova dan langsung menyerangnya dengan pernyataan yang ambigu. Dengan kikuk, Husna bangkit dan meninggalkan kedua orang itu, lagi pula tatapan Osa sudah berbeda, menandakan ia harus segera enyah. "Jadi gimana?" tawar Osa. Kali ini ia ingin memberi Milova kesempatan untuk berpendapat. Milova meninggikan alisnya dan mulai menatap lelaki arogan yang ada di hadapannya. "Aku akan bekerja sebaik mungkin untuk menebus semua kebaikanmu. So, lakukan saja apa yang menurutmu baik dan merupakan pencapaian dari perjanjian yang kita buat!" jelas Milova dengan sangat runtun. Sejenak Osa terdiam, tapi hanya beberapa detik saja. Seperti sedang berpikir, dan Milova hanya terdiam menungg

    Last Updated : 2024-05-22
  • Rahim Yang Hilang   Undangan

    "Kapan nih undangannya tersebar?" tanya Husna sambil berjalan pelan, masuk ke ruang kerja Milova. Senyumnya terlihat tak tulus, ia sedang memancing emosi temannya. "Pagi-pagi jangan bikin kesel, ya!" ancam Milova tanpa menoleh ke arah wanita cantik itu. Husna melaju menuju sofa. Ia merebahkan tubuhnya tanpa segan-segan. Kakinya pun ikut ia angkat lurus ke atas sofa, terasa seperti di rumah sendiri. Dan hanya ia yang berani seperti itu. Bukan karena Milova terkesan kaku. Tapi karena status wakil kurikulum membuatnya disegani oleh para guru, kecuali Husna, si gadis periang dengan segala dramanya. "Ya, Cinderella bisa kesel juga?" Husna tersenyum ke arah Milova. "Hah?" "Kan cuma Cinderella yang berani menikahi sang pangeran?" Husna semakin menjadi-jadi. Membuat Milova menghela napas dan tak lagi peduli. "eh aku serius nih, kapan undangannya akan disebar? atau mau aku bantu?" tawarnya. Milova terdiam. Ia tahu Husna hanya penonton dalam pertunjukkan drama yang tengah ia mainka

    Last Updated : 2024-05-23
  • Rahim Yang Hilang   Tim

    "Syukurlah Anda datang di waktu yang tepat!" ujar Raka seraya menyentuh lengan Osa. "terima kasih, Pak!" bubuhnya lagi. Raka menarik kembali uang yang telah ia berikan kepada Husna secara paksa, dan membuat Husna sedikit kaget. Tentu saja ia pikir tidak perlu membayar untuk sebuah informasi yang telah ia dapatkan secara gratis, yaitu dari mulut Osa sendiri. "Tunggu dulu!" Osa menahan langkah Raka yang sudah beberapa langkah beranjak meninggalkan ruang kerja Milova. "memangnya untuk apa kamu tahu tentang rencana pernikahanku dan Milova?" akhirnya osa sadar ada sesuatu yang aneh dengan Raka. Husna tak ingin melewati kesempatan ini. Ia secara teratur menjelaskan kepada Osa tentang niat Raka, yang akan menjual informasi yang ia dapat secara gratis kepada Pak Chandra. Raka yang mendengarnya, mencoba menapik. Tapi percuma, karena seluruh guru juga sudah tahu bagaimana watak Raka. "Mengenai Pak Chandra, memang benar beliau baru saja kehilangan istrinya. Tapi kan itu istri pertamanya

    Last Updated : 2024-05-24
  • Rahim Yang Hilang   Ra

    "Ra? Ra apa?" Milova menyerang Osa dengan rasa penasarannya. Osa pun terdiam, ia sedang berpikir keras. "kenapa diam?" tanyanya lagi. Bukan luka di hati Milova yang dipikirkan Osa sehingga ia menutupi semuanya. Tapi ia lebih takut jika rencana yang telah ia susun secara apik, buyar karena Milova larut dalam kesedihannya. Tentu Osa tidak ingin rencana pernikahan kontraknya bersama Milova gagal hanya karena informasi yang selama ini ia tutupi. Jelas di sini Osa mencari keuntungan pribadi tanpa memikirkan masa depan Milova. "Maksudku daripada tidak punya rasa malu sepertimu, ra-sa ma-lu!" jawab Osa, sambil menjelaskan kata "Ra" yang tak selesai ia ucapkan. Milova menangkap sebuah kejanggalan dari Osa. Karena sebelumnya ia tidak pernah bersikap seperti itu. Osa tipe lelaki yang tegas dan tak mudah basa-basi apalagi terlihat bingung dengan apa yang akan ia katakan. Ini sungguh ambigu bagi Milova. Tetapi Milova tak ingin melanjutkan perdebatan tersebut. Karena menurutnya, percuma sa

    Last Updated : 2024-05-25
  • Rahim Yang Hilang   Dimana?

    Milova sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Osa. Matanya ikut berbinar ketika membayangkan akan kembali bertemu dengan Rama, lelaki yang ia yakini akan melindunginya. "Dimana Mas Rama?" Milova tidak sabar menanti penjelasan lelaki yang ada di hadapannya itu. Bagi Osa ini terdengar sangat menjijikan, di mana seorang mantan istri sangat menunggu kehadiran mantan suaminya. Dan pikiran Osa juga mulai menguliti masa lalu Milova, terpikir olehnya jika Milova adalah gadis melankolis dan bucin di masa lalu. Berbeda dengan Milova di masa sekarang, ia terlihat lebih cuek dan tak peduli dengan apapun yang terjadi. "Sebelumnya, aku ingin tahu sesuatu!" Osa memberi persyaratan. "dimana dan kapan kamu terakhir bertemu lelaki tidak bertanggung jawab itu?" Osa begitu sinis. "Apa urusannya dengan Osa? Milova tak habis pikir dengan sikap lelaki arogan itu. Ia yang terlihat begitu cuek dan kasar tapi begitu ingin tahu tentang urusan orang lain. Ya, memang Milova belum pernah meliha

    Last Updated : 2024-05-26
  • Rahim Yang Hilang   Ruang Kerja Osa

    Ternyata tergopoh-gopohnya Milova tak lain dengan tujuan untuk menyelinap ke ruang kerja Osa. Ia berharap ada sesuatu bukti yang dapat ia temukan atau mungkin informasi yang dapat mengarahkannya untuk mengetahui di mana keberadaan Rama. Ia memberanikan diri untuk menutup rapat ruang kerja Osa. Lalu mulai memeriksa meja kerja Osa. Berkas-berkas yang berserakan ikut ia kuliti, sambil tetap berhati-hati jikalau ada orang yang melihat atau mungkin Osa yang kembali ke sekolah. "Ah sial!'" celetuk Milova, kesal. Ia ikut membanting beberapa berkas yang sudah terletak di meja Osa sebelumnya. Beberapa detik ia terdiam sambil tetap melirik ke kiri dan kanan, memastikan ada sesuatu yang bisa ia curigai. Pandangannya teralih pada sebuah laci yang ada di lemari ruang tersebut. Ia tak tahu pasti fungsi laci tersebut, tapi menurutnya mungkin dokumen-dokumen penting Osa disimpan di sana. Bergegas ia membuka laci tersebut dan mendapati beberapa dokumen penting seperti surat izin sekolah dan

    Last Updated : 2024-05-28
  • Rahim Yang Hilang   Ketahuan

    "Mau kemana?" hampir saja Milova berteriak mendengar pertanyaan dari lelaki kekar yang sudah terpatri di hadapannya. Wajar saja jika terkejut, bukan hanya karena Milova melakukan kesalahan, tapi karena Osa tiba-tiba saja muncul saat ia membuka pintu. Ia yang awalnya sudah ingin ke rumah sakit untuk menemui dokter, justru harus tertunda dan tentunya tidak mudah lolos dari seorang Osa. "Bukan urusanmu!" sahu Milova, cetus, sambil merapikan tali tasnya yang sedikit terjatuh dari bahu. Tapi bukan Osa namanya jika tidak bisa menemukan apa yang ia cari. Osa melangkahkan kakinya, mendekati Milova perlahan. Wajahnya terlihat serius dan mencurigai wanita itu. Kali ini, jas hitam yang dikenakannya kembali menjadikan Osa sebagai seorang kepala sekolah yang tampan. Bahkan tak hanya itu, ia juga terlihat lebih elegan dari biasanya. Tapi bukan itu yang membuat wajah Milova memerah. Ia sedang memikirkan jalan keluar untuk pergi dari incaran lelaki itu. Perlahan langkah Osa maju, dan Milo

    Last Updated : 2024-05-29
  • Rahim Yang Hilang   Dokter

    "Oh mengenai hal tersebut, memang benar Pak Osa mendonorkan darahnya!" jelas dokter. Milova menyesal mendengarnya. Bagaimana bisa seorang penderita HIV seperti Osa dengan bebas mendonorkan darahnya kepada orang lain. Ini benar-benar di luar nalar. Masa iya tim medis tidak mendeteksi kejanggalan tersebut? Dan tidak mungkin juga Milova menjelaskan kepada dokter bahwa Osa adalah seorang pengidap HIV, tidak etis sekali rasanya. Lagi pula kejadiannya sudah berlalu, pikir Milova. "Ada yang bisa kami bantu lagi, Bu?" dokter bertanya, memecahkan lamunan Milova. "Hhmm, berapa kantong darah yang didonorkan Pak Osa kepada saya, Dok?" Milova kembali bertanya. Sebenarnya mengetahui lebih jauh justru akan membuat Milova semakin gelisah. Tapi saat ini, lebih baik ia mengetahui semuanya, toh semua juga sudah terlanjur terjadi. "Satu kantong, Bu." jawab dokter. Satu atau dua kantong ya sama saja, tetap saja darahnya telah mengalir di tubuh Milova. "tapi darah tersebut tidak didonorkan ke ib

    Last Updated : 2024-05-30

Latest chapter

  • Rahim Yang Hilang   Sadar

    Milova memeluk tubuh Osa dengan deraian air mata. Osa yang masih lemah bisa menyadari kehadiran wanita yang dicintainya. "Kamu tidak perlu mencari keberadaan bayi mu lagi," ucap Osa dengan nada suaranya yang masih terbata-bata. Milova mengerutkan keningnya. Sedikit kekecewaan menyelinap dari tatapannya pada Osa. Ia pikir, dengan melihat wajah lelaki kekar itu, ia akan sedikit tenang. Ternyata Osa justru membuatnya semakin kalut. "Bayi mu sudah meninggal satu tahun yang lalu, bersama istri pertama suami mu dan juga mertua mu." jelas Osa. Entah dari mana ia tahu segalanya. Milova berpikir bahwa suaminya sedang bermimpi. Atau mungkin alam mimpi membawanya menerjemahkan banyak hal selama ia koma. "Kamu bermimpi, ya?" tanya Milova, mencoba membenarkan isi pikirannya. "Aku tidak sedang bermimpi, ini benar adanya." sahut Osa, meyakinkan Milova. Pikiran Milova begitu kacau ketika mendengar apa yang dikisahkan suaminya, tepat sebelum kecelakaan itu terjadi. Osa sudah tahu tentang

  • Rahim Yang Hilang   Gagal Lagi

    Raju melaju dengan kecepatan tinggi. Pajero sport yang ia kendarai adalah milik Osa. Demi mengejar seseorang yang ia curigai sebagai salah satu tokoh penculikan bayi Milova, ia hampir saja mempertaruhkan nyawanya sendiri. "Hati-hati Raju!" pekik Milova yang duduk di sebelahnya. Milova yang trauma dengan kecepatan tinggi memaksa diri untuk ikut bersama Raju. Ia tak ingin lagi kehilangan jejak bayinya. Ternyata, orang-orang yang membawa bayi Milova, tepat di hari Osa mengalami kecelakaan, sengaja mengecoh Raju dengan mengarahkan kemudian mereka menuju bandara. Padahal, sebagian dari mereka berputar arah dan terbagi menjadi dua kelompok, salah satunya menuju tujuan yang lain. Licik sekali mereka, pikir Milova. Tapi, jika tidak licik, tak mungkin Rama mempercayai para preman suruhannya. "Bagaimana Rama bisa mengendalikan semua ini, sedangkan ia sedang mendekam di penjara?" Milova tak habis pikir dengan kelakuan mantan suaminya itu yang sudah sangat keterlaluan. Dan bayi yang seda

  • Rahim Yang Hilang   Negatif

    Milova terlihat lunglai di sebuah sofa empuk, tepat di kamar mewah dimana Osa dirawat. Ia sama sekali tidak tidur dan hanya sekadar minum dan makan beberapa suap. Kekhawatirannya semakin memuncak ketika melihat kondisi suaminya yang sama sekali tak menunjukkan perubahan. Osa masih koma dengan semua alat medis yang melekat pada tubuh kekarnya. "Kamu gak pulang saja dulu? Ya, istirahat sehari. Lagi pula, di sini ada Raju dan Raka yang menjaga Pak Osa." Husna memberi saran. Benar apa yang dikatakan Husna. Milova butuh waktu untuk istirahat dan menenangkan dirinya. Lagi pula, jika pun ia memaksa untuk menjaga Osa, dikhawatirkan justru kondisinya sendiri yang memburuk dan tentunya akan menjadi masalah baru. "Aku ingin menemaninya sampai ia sadar." sahut Milova. Husna dapat melihat betapa sedihnya perasaan Milova. Wajah cantiknya sudah berubah pucat, tubuhnya pun terlihat sangat lemah karena kekurangan energi. Jarang makan dan tidak tidur menjadi penyebabnya. "Kalau kamu mau te

  • Rahim Yang Hilang   Gagal

    Milova sadar dan membuka kedua matanya. Ia melihat Raju yang terlihat panik dan memijat kepalanya. Samar-samar Milova bisa membaca raut wajah Raju. "Ibu sudah sadar?" tanya Raju. Milova baru sadar kalau ternyata sedari tadi ia pingsan. Ia memang tidak punya keberanian untuk mendonorkan darahnya, namun tetap ia lakukan demi menyelamatkan Osa. "Bagaimana keadaan Osa?" tanya Milova spontan. Yang ia khawatirkan bukan dirinya sendiri, tapi Osa. Milova khawatir jika terjadi sesuatu dengan lelaki yang dicintainya itu. "Aku harus melihatnya." Milova berusaha untuk beranjak dari salah satu ranjang rumah sakit, dimana para perawat menidurkannya yang pingsan di depan ruang operasi. Milova mengerang, kepalanya sangat sakit, membuatnya tak mampu bangkit, bahkan hanya untuk duduk. "Jangan dipaksakan, Bu." Raju memberi saran. "Bagaimana keadaan mu?" tanya Husna yang tiba-tiba datang bersama Raka. "Pak Osa bagaimana?" Raka yang baru saja datang menodong Raju dengan pertanyaannya.

  • Rahim Yang Hilang   Kritis

    Milova tergesa-gesa menyusuri setiap ranjang di ruang IGD rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari SMAS Tunas Bangsa. Perasaannya sangat gundah. Ada ketakutan yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata, tapi pastinya, ia sangat khawatir. Raka memberitahunya bahwa Osa mengalami kecelakaan dan mobilnya menabrak sebuah truk dari arah belakang. Saat ditemukan, kondisi Osa kritis dan mengalami pendarahan di otaknya. Milova sendiri tak tahu kemana Osa akan pergi, sampai pagi-pagi tadi ia sudah menghilang tanpa pamit. Menurut kabar yang beredar juga, Osa bertujuan ke bandara. Karena tempat dimana ia mengalami kecelakaan searah dengan arah bandara. Tapi, untuk apa ia ke bandara? Siapa yang ingin ia jemput?, pikiran Milova ikut bertanya-tanya. Tapi saat ini, yang terpenting baginya adalah keselamatan Osa, lelaki yang saat ini menjadi satu-satunya tempat ia berlabuh. "Bagaimana keadaan suami saya, Dok?" tanya Milova pada seorang dokter yang sedang memeriksa kondisi Osa. Terlihat je

  • Rahim Yang Hilang   Menyesali

    Matahari yang menghempas wajah Milova secara perkasa membangunkannya dari tidur panjangnya. Gorden yang sudah tersibak, membuatnya mencari-cari kemana Osa pergi. Padahal pagi ini, Milova sudah berjanji akan diantar oleh suaminya itu ke sekolah. Tapi pagi ini, sarapan yang sudah rapi di atas meja, hanya disantapnya sendirian. "Kamu tahu kemana Bapak?" tanya Milova pada Maya yang sedang meletakkan roti bakar di atas meja makan. "Tadi Bapak sudah pergi duluan, Bu. Katanya ada urusan mendadak." jelas Maya. Milova tahu apa yang menjadi alasan Osa pergi begitu saja, tak lain karena ia kecewa atas apa yang dilakukannya semalam. Tapi semua sudah terjadi, dan sebagai sepasang suami istri yang saling mencintai, Milova dan Osa sama sekali tak terpaksa melakukannya. Mengendarai mobilnya, Milova melaju menuju ke sekolah. Jam menunjukkan pukul 07.35 WIB. Cuaca pagi ini lumayan panas, terlihat jelas dari beberapa bunga di teras rumahnya yang sudah tak lagi berembun, tidak seperti biasanya.

  • Rahim Yang Hilang   Malam Pertama

    "Terima kasih, ya?" ucap Osa pada Milova, sesaat setelah kedua guru itu pulang. Milova memberi pilihan jika Bu Sarah dan Bu Cantika masih ingin mengajar di SMAS Tunas Bangsa, maka mereka harus mencari peserta didik yang akan masuk ke SMAS Tunas Bangsa dengan jumlah yang sama dengan jumlah peserta didik yang sudah keluar dari sekolah tersebut. Milova juga memberi waktu selama tiga bulan untuk mereka menyelesaikan misi tersebut. Selama tiga bulan tersebut juga Milova masih mengizinkan kedua guru itu untuk bekerja di SMAS Tunas Bangsa. Syarat tersebut sengaja Milova berlakukan sebagai salah satu strategi untuk mengembalikan nama baik nama SMAS Tunas Bangsa. Dengan begitu, tanpa disadari, nama sekolah akan kembali membaik dengan sendirinya. Dan tentunya, Bu Sarah dan Bu Cantika akan mempelopori misi Milova demi terpenuhinya jumlah peserta didik yang diinginkan sebelum waktu tiga bulan tersebut berlalu. "Sama-sama." ucap Milova seraya menyentuh pipi kiri Osa. Tindakan wanita itu me

  • Rahim Yang Hilang   Permohonan Maaf

    "Jadi itu tujuan Bu Cantikan dan Bu Sarah sampai harus datang ke rumah saya?" tanya Milova sesaat setelah menyeruput kopi khas Gayo. Kualitas Kopi Gayo (Aceh) sudah diakui oleh dunia sebagai kopi terbaik melalui sertifikat resmi akan kualitasnya yang keluar pada tahun 2010 lalu. Selain itu, sekarang ini juga para petani sedang mengembangkan tiga varietas Kopi Gayo yang sedang dibudidayakan, yaitu Gayo 1, Gayo 2, dan P88 yang juga sudah diakui oleh dunia sebagai kopi terbaik. Kenikmatan Kopi Gayo dimulai dari rasanya yang kuat dan berkarakter. Kopi Gayo memiliki rasa yang tidak pahit dan memiliki keasaman yang rendah, serta memiliki sedikit sentuhan rasa manis. Makanya, Kopi Gayo ini seringkali dijadikan sebagai bahan campuran berbagai house blend coffee. Kopi Gayo paling cocok ditanam di ketinggian 1000 mdpl. Namun, kopi Gayo ini juga memiliki keunikan tersendiri, yaitu ketinggian perkebunan yang menentukan cita rasanya. Perbedaan ketinggian perkebunan ini ternyata juga bisa mem

  • Rahim Yang Hilang   Rapat

    "Kok tiba-tiba rapat, sih?" para guru saling bertanya. Rapat ini tidak seperti biasanya, pemberitahuannya hanya satu jam sebelumnya. Sehingga menimbulkan banyak persepsi dari guru-guru. Apalagi, para internal SMAS Tunas Bangsa sedang dihebohkan dengan rencana Osa menjual sekolah ini. Dan kabar tersebut bukan lagi kabar burung, bahkan pembeli sekolah ini juga sudah bertemu langsung dengan Osa. "Acara serah terima, mungkin." tebak salah seorang guru. Osa dan Milova masuk dari pintu utama ruang guru. Berhubung dilakukan secara dadakan, maka saran dari Raka, rapat dilaksanakan di ruang guru saja. Lagi pula, ruang guru cukup luas dan nyaman, juga sejuk karena dilengkapi oleh pendingin ruangan. Dan yang terpenting, Raka sudah memastikan, semua guru mengikuti rapat ini, seperti perintah Osa. "Ada yang tahu, untuk apa rapat ini diadakan secara mendadak?" tanya Milova, membuka pembicaraan setelah Osa memberi sambutan dan mempersilakan Milova untuk bicara. "Untuk pengalihan kepal

DMCA.com Protection Status