Pagi itu begitu cerah, Helena membawa Rendy yang sudah mandi untuk keluar dari kamarnya.
“Sekarang Bibi akan buat bubur untukmu, ya,” ucap Helena . “.... Pastikan komposisinya lebih teliti lagi, Tuan Alexander pasti akan marah kalau tidak sesuai maunya!” ucap Han di ruang tengah. Helena berhenti mendadak, tangan yang gemetar menahan Rendy lebih erat. Matanya memicing mendengarkan pembicaraan itu. Entah mengapa dia merasa penasaran, Han nampak diam-diam, tidak ingin ada yang mendengarnya. “Tuan muda Rendy sudah tidak terlalu kuat meminum ASI, itulah kenapa kurangi saja karbohidrat di makanan Nona Helena, namun tambahkan makanan yang tinggi nutrisi.” ucap lagi Han. Helena mengerutkan kening, jadi pembicaraan itu tentang dirinya? “Ingat juga, kadar garamnya jangan sampai lebih, bagus seperti biasanya, tidak terlaluGlek! Alexander menelan ludah, tidak menyangka kalau penampilan Helena benar-benar sangat luar biasa. Tidak akan ada yang menyangka gadis itu adalah anak pelayan, wajah Helena terlalu cocok untuk gadis dari kalangan atas. “Maaf membuat anda menunggu lama, Tuan. Butuh sedikit waktu untuk membangunkan Tuan muda Rendy,” ujar Helena. Tidak menanggapi, Alexander sontak memalingkan wajahnya. “Permisi, Tuan...” Helena melangkah masuk, duduk di sebelah Alexander. Sungguh sangat tidak nyaman, padahal harusnya Helena duduk di sebelah Han. Han masuk ke dalam mobil, gegas menyalakan mesin mobil, meninggalkan kediaman Alexander. Sekitar 1 jam menempuh perjalanan dalam diam, tidak ada obrolan sama sekali, akhirnya mereka sampai. Rumah megah milik keluarga Smith nampak begitu jelas. Ornamen yang menghiasi
“Kau harusnya tahu benar membawa wanita itu ke tempat ini sama halnya dengan penghinaan untukku, bukan?” ujar Kevin. Kevin berbicara di hadapan semua orang, Helena pun bisa mendengar kalimat itu dengan sangat jelas. Diperlakukan semacam ini rasanya Dia sudah terlalu terbiasa, utamanya karena Sarah. Untunglah Helena sering sekali mendengar kata cacian dan juga hinaan dari mulut wanita itu, hal seperti ini rasanya sudah tak lagi asing meski sakitnya tak terelakkan. Anak pelayan yang menjijikan, padahal nyatanya sama-sama manusia. Alexander tersenyum, dia duduk berjegang seolah tak peduli bagaimana pikiran dan pendapat orang lain tentang sikapnya itu. Rendy berada di gendongan Helena, bayi itu kini tengah tertidur nyenyak. “Ayah, sekarang aku justru lebih merasa malu lagi karena anak seorang pelayan bahkan memiliki kecerdasan yang bisa
Helena masih berdiri di depan jendela yang menghadap taman, kilat menyambar-nyambar di langit yang semakin gelap, menciptakan bayangan yang menari di wajahnya. Nona tertua keluarga Smith masih menggunakan tatapan yang tajam mengamati Helena dengan skeptis. Suaranya yang biasanya tegas terdengar ragu, “Kenapa kau tidak memberikan tanggapan secara cepat, Helena? Apa kau tahu artinya imbalan yang bisa kau gunakan sampai kau renta seberapa banyak?” Helena menegakkan tubuhnya, menghadapi wanita itu dengan ekspresi tenang. “Nona Smith, aku menghargai kepercayaan yang telah Anda berikan kepada ku,” ujarnya, suaranya lembut namun tegas. “Namun, aku harus jujur bahwa dalam hal ini, aku sulit untuk dapat melanggar prinsip hidupku.” Kilat kembali menyala, memecah kesunyian yang mulai menyelimuti ruangan tersebut. Helena melanjutkan, “Aku tidak akan mengkhianati kepercayaan orang lain, meskipun itu mungkin memb
Hujan mulai reda saat Alexander dan Helena tiba di rumah, sedangkan Rendy pun masih tertidur nyenyak. Gaun Helena yang agak menjuntai bagian belakangnya menjadi alasan Alexander untuk menggendong Rendy. Mengantarkan bocah kecil itu sampai ke kamar, di belakangnya Helena mengekor sambil menenteng heelsnya. Perlahan Alexander meletakkan Rendy, langkahnya berhenti melihat Helena berdiri tak jauh darinya. Glek! Alexander menelan ludah, rahangnya mengeras melihat penampilan wanita itu. “Ah, sial!” ucap Alexander memaki dengan pelan. Mendengar itu, Helena pun mengerutkan dahi sambil berpikir, ‘apakah Tuan Alexander kesal karena harus membawa Rendy sampai ke kamar?’ Berjalan cepat, tatapan matanya yang aneh, Alexander menuju Helena. Dugdug! Helena menelan ludah, merasa sangat gugup melihat tatapan Alexander sambil menuju ke arahnya den
Bruk! Helena terperosok ke sofa dengan terkejut ketika Alexander mendorongnya dengan kekuatan penuh. Tubuhnya terhempas, dan sebelum dia sempat menyadari, Alexander sudah menguasai posisinya, menindihnya dengan keberanian yang mencengkram. Tangannya yang kuat menyusup ke leher Helena, menekan tengkuknya dengan lembut namun pasti. “Helena, berani sekali kau bertingkah menggoda seperti ini, apa kau sengaja?” bisik Alexander di telinga Helena. Menggeleng kepala, yakin tak melakukan apa yang dituduhkan pria itu padanya. “Tuan aku sama sekali tidak,” “Kau berani membantah ucapan ku, hem?” Kehilangan kata, Helena benar-benar tidak mengerti apa maunya pria itu. Merasa dirinya tengah dipaksa untuk menerima tuduhan itu. Meski tidak adil, sialnya Helena merasa takut untuk banyak bicara. “Kau harus
Plak! Sarah yang merasa kesal melayangkan pukulan ke wajah Helena. Memalingkan wajah, menggigit bibir bawahnya, dan di saat itulah kemarahan terasa. Sebenarnya, kenapa semua orang begitu membenci dirinya? Benarkah darah pelayan begitu menjijikkan? Helena menegakkan posisinya berdiri, dia lebih tinggi ketimbang Sarah sehingga membuat wanita itu sedikit turun pandangannya. “Berani sekali, kau itu cuma anak pelayan. Cuma rahim yang dibutuhkan darimu untuk menghasilkan Rendy, tidak seharusnya kau menyodorkan organ intim mu, kan?!” Sarah berteriak kesal. Helena tersenyum kelu, menjelaskan apapun yang terjadi pun tidak akan pernah ada artinya. Sejak awal namanya seperti kotoran busuk, tidak mungkin akan menjadi tumpukan berlian. Sarah kesal melihat sen
Terbangun saat mendengar suara tangis Rendy, namun Helena seperti tidak memiliki energi. Tubuhnya lemas sekali, keringat dingin bahkan membuat dress tidurnya lembab. Namun, terlalu tidak tega dengan suara tangis Rendy membuatnya bangkit. Meski terasa begitu lemah, Helena berusaha sekuat tenaga untuk menyusui Rendy. Bayi itu sudah mulai tenang, tapi Rendy yang sudah sangat aktif bermain makin membuat Helena tak kuat lagi. “Lebih baik aku minta bantuan pelayan lain saja, deh. Aku takut tidak bisa menjaga Rendy dengan benar, nanti terjadi sesuatu yang membahayakan,” gumam Helena. Menyeret langkahnya menuju ke luar, Helena mendekati seorang pelayan yang kini tengah membawa vas bunga. “Permisi...” Pelayan itu menoleh, “boleh bantu aku menjaga Rendy? Maaf, aku benar-benar sedang demam sekarang,” ucap He
Helena terperangah tak percaya, menatap mangkuk bubur yang isinya sudah tidak ada sama sekali. Bagaimana bisa satu mangkuk bubur itu masuk ke dalam perutnya melalui mulut Alexander? ‘Itu sama artinya aku makan muntahan Tuan Alexander, kan?’ batin Helena yang tengah menyesalinya. Tak berani bereksperi secara jujur, Helena bahkan menghindari kontak mata langsung dengan Alexander. Entah mengapa juga pria itu terus duduk di ujung ruangan, matanya terarahkan pada Helena. “Ah, benar-benar mengerikan!” bisik Helena. Sudah menghabiskan semangkuk bubur, obat penurun panas juga sudah dia minum setelahnya. “Tu-Tuan, aku sudah akan tidur, apa Tuan akan di sana terus?” tanya Helena. Manalah nyaman untuk t