Helena tersenyum sinis membaca artikel baru yang muncul, naik menjadi 10 besar berita heboh. ‘Hailey, putri Jessica Beauvoir bertunangan dengan Jarvis Huroos’. Helena sudah mengetahui latar belakang pria itu, memang akan sangat berbanding terbalik dengan Benjamin jika Helena jadi menikah dengan pria itu. “Sudah, ah. Untuk apa juga aku terus memikirkan sesuatu yang sangat tidak penting seperti ini?” gumam Helena. Gegas menjauhkan ponselnya, Helena sudah harus tidur karena besok ia pun masih harus bekerja. Alexander tersenyum menatap kedua anaknya yang tengah bermain dengan akur. Rendy nampak begitu menyayangi Angel, sebaliknya juga sama. “Aku benar-benar tidak menyangka kalau akan merasakan hal ini. Ternyata, menjadi seorang Ayah bukan hal yang menyebalkan.” gumam
Helena datang ke kantor di pagi harinya, seperti biasa. Pegawai yang melihat Helena menatap dengan maksud yang mendalam, sementara itu Helena menanggapinya dengan santai. ‘Mereka pasti sedang mengungkit seberapa besar perbedaan antara aku dan Hailey.’ batin Helena. Seperti tidak terpengaruh sama sekali, nyatanya memang begitu. Helena bekerja dengan sangat baik, hanya saja sesekali dia pun masih mengeluhkan tubuhnya yang terasa tidak nyaman. Toktok! Suara ketukan pintu terdengar, asistennya Helena masuk ke dalam ruangan. “Selamat pagi, Nona Helena.” sapa asisten itu dengan sopan. “Ini berkas dari divisi pemasaran yang sudah dirangkum secara jelas dan singkat seperti yang anda inginkan.” bebernya. Helena menganggukkan kepalanya. “Setelah ini, pastikan Kak Hendrick mendapatkan salinannya. Ada yang haru
“Jangan meneriaki namaku, Kakek!” tegas Helena. Sikap Helena yang sangat berani kepada sang kakek itu membuat Hendrick dan juga Helios tersenyum puas. Keberanian, keteguhan, dan kecerdikan yang dimiliki Helena benar-benar sangat mirip seperti ibu kandung mereka. “Bukan cuma wajah Heceline saja yang mirip dengan ibu, sepertinya semuanya juga sangat mirip,” gumam Helios pelan. Hendrick masih tersenyum dan menyempatkan untuk menganggukkan kepala karena dia setuju dengan apa yang diucapkan Helios. “Kau itu bocah baru kemarin sore, lagakmu sudah seperti orang yang hidup ratusan tahun di dalam keluarga Beauvoir. Ingat, kau bahkan Baru 3 tahun berkecimpung di keluarga Beauvoir, jadi jangan sok tahu!” tugas sang kakek, matanya semakin menyalak marah seolah ucapannya itu tak boleh dibantah oleh Helena. Sayang sekali, Helena yang sekarang tidak akan pernah menerima penindasan terhadap dirinya. Terlalu sadar diri bahwa selama ini dia memiliki banyak kemampuan, hanya saja ora
Benjamin memilih untuk menjauh, sadar bahwa dia tak lagi memiliki kesempatan walupun hatinya terluka. Marah, kecewa, bahkan juga dendam terhadap Alexander semakin besar. Padahal, dia hanya ingin memiliki wanita yang membuatnya jatuh cinta bahkan saat pertama kali bertemu. Tapi, semuanya sangat sulit karena Alexander tiba-tiba saja muncul dan mengacaukan segalanya. “Dia sudah pergi,” ucap Alexander, menjauhkan dirinya dari Helena. Helena pun membalikkan tubuhnya, ada perasaan bersalah yang menghantuinya. “Jangan melihatnya seperti itu, Helena. Sungguh, aku benar-benar bukan pria yang akan membiarkan wanitanya memikirkan pria lain, paham?” jaringan Alexander, nadanya berbisik. Helena kembali membalikkan tubuhnya, memutuskan untuk masuk ke dalam mobil. Mereka berdua meninggalkan gedung kantor. Di dalam perjalanan, Alexander merasa kesal sendiri melihat Helena
“Sudah waktunya untuk kita blak-blakan, Sayang...” ucap Alexander, sukses membuat Helena tertegun. Helios dan Hendrick menatap dingin kepada Alexander. “Dia benar-benar hebat mencari muka di hadapan Hecel,” gumam Hendrick, Helios pun mengangguk setuju. “Ngomong-ngomong, besok malam kita semua akan datang ke pesta tahun baru, kan? Aku yakin benar Bibi Jessica dan Hailey pasti akan datang.” ujar Hendrick. “Wah, Sepertinya seru juga, ya...” ujar Alexander. Tuan Beauvoir membuang napasnya. Sekarang, tanggung jawabnya adalah melindungi keluarganya. Paling penting untuknya adalah keselamatan mereka semua hingga Tuan Beauvoir hanya akan memperlihatkan ketenangan, namun dia akan bergerak secara diam-diam. *** Hailey berjalan memasuki gedung Diamond Glory dengan tangan terge
“Kau biasanya lebih condong terlihat seksi dibanding cantik, istriku...” Mendengar jawaban Alexander, Helena pun hanya bisa menggelengkan kepalanya, keheranan. Acara berlanjut, Helena dan Alexander pun mengikuti jalannya acara. Di tengah keramaian pesta dansa, Helena memukau semua tamu dengan gerakannya yang anggun dan menawan. Setiap langkahnya bersama Alexander di lantai dansa tampak sempurna dan harmonis. Dengan gerakan yang terampil, Alexander beberapa kali mencuri kesempatan untuk mengecup lembut pipi Helena, setiap kali gerakan mereka memungkinkan, yang semakin membuat sorot mata tamu terpana pada mereka berdua.“Apa dia kekasih barunya Nona Heceline Beauvoir? Pria itu nampak asing, tapi dia memiliki pesona yang luar biasa.”“Aku jadi penasaran tentang bagaimana perasaan mantan tunangan Nona Heceline Beauvoir, ya?”“Sepertinya, rumor jika dia senang berganti pria memang benar.”“Entahlah, sampai dengan detik ini tidak ada satupun bukti yang menguatkan rumor itu.” “Yah, tap
Setelah pesta tahun baru itu usai, Helena dan Alexander menjadi topik hangat yang tengah dibicarakan. Banyak orang berlomba-lomba mencari tahu informasi tentang Alexander. Alexander Smith, nama itu mulai melekat pada nama Heceline Beauvoir pada setiap artikel berita. Melihat berita tentang mereka gencar menjadi buah bibir, Alexander dengan segera mengunggah foto pernikahan Helena dan dirinya. Sebuah adegan berciuman menjadi foto terbaik mereka. Alexander mengambil foto bersama kedua anaknya, menegaskan dengan kalimat yang manis bahwa kedua anak itu adalah anak kandungnya. “Bagaimana Ibu mereka akan bertanggung jawab untuk dua bocah menggemaskan ini? Bersiap untuk bayi nomor tiga!” tulis Alexander pada unggahan nya. Jelas saja semua orang memahami jalan ceritanya. Setelah
Helena hanya bisa diam dan pasrah saat layar laptopnya ditutup oleh Alexander yang juga memeluknya dari belakang. “Ini di rumah, kenapa kau bekerja di rumah padahal ada aku, kan?” ucap Alexander, berbisik. “Aku hanya sedang melihat sebentar, Alexander. Belakangan ini kau benar-benar jadi banyak maunya, ya?” ujar Helena. Alexander pun tersenyum, tidak bisa menampik ucapan Helena. “Kita harusnya banyak waktu di rumah untuk bersama, tapi kau justru ingin menjadikan rumah sebagai kantor.” protesnya. Helena menghela napasnya. “Mau bagaimana lagi? Pekerjaan ku banyak sekali belakangan ini. Lagi pula, kau sendiri juga butuh konsentrasi untuk mengurus pekerjaan mu dari jarak jauh, kan?” Alexander menganggukkan kepalanya. “Belakangan masalah datang satu persatu, tapi syukurlah karena aku bisa menyelesaikan meskipun jaraknya jauh.”