Happy Reading Semuanya!
Pergi adalah salah satu cara untuk melupakan masalah yang ada di rumah. Hati Irene sudah terlalu kacau dan sudah saatnya ia pergi melepas penat sementara waktu, sekarang yang ia butuhkan yaitu melampiaskan perasaan marahnya dengan menghabiskan waktu diluar bersama dengan teman-temannya meskipun ia hanya datang ke acara pernikahan teman sekolahnya sewaktu di SMA dulu.
Bibir Irene tersenyum manis memandang rekannya yang tampak heboh.
“Ayo! Sekarang sudah acara pelemparan bunga!” ajak Sisi
Kepala Irene hanya mengangguk dan menyusul rekannya yang sudah ada di barisan paling depan bersama yang lain menunggu bunga tersebut di lempar. Irene tidak ingin mendapatkan bunga tersebut.
"Kalau dilihat lagi, sepertinya lo ada yang aneh. Mata lo... sembab? Lo enggak apa-apa, kan?" tanya Zara
Lagi-lagi bibir Irene hanya tersenyum memandang rekan dekatnya itu.
"Gue baik-baik saja, biasalah capek sama urusan kantor. Biasa divisi kantor suka menyebalkan, lo tahu sendiri bagaimana mereka? Hobi buat susah orang," sahut Irene sembari menepuk pundak temannya untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya.
"Ya... namanya juga hidup, kan? Harus ada susah dan senangnya, setidaknya lo enak. Ada sokongan Mas Rangga di kantor," Irene hanya tertawa singkat mendengar perkataan dari Zara barusan, memang apa hebatnya memiliki orang seperti Rangga. Hidupnya mendadak susah karena dia.
“Lihat teman lo maju paling depan, padahal yang gue harapkan adalah lo lebih dulu nikah sama Mas Risky. Oh—iya dia selesai dinas hari ini, ‘kan? Jadi bisa dong habiskan waktu berdua, pasti senang banget hidup lo sekarang. Benar, kan?” tanya Zara membuat Irene hanya mengangguk
Sekarang yang menjadi ketakutannya adalah kekasih tampannya yang sudah ia jalin kebersamannya, mengetahui tentang rencana konyol keluarganya dan kakak iparnya. Lututnya mendadak lemas saat mengingat apa yang terjadi di rumahnya sekarang ini.
Iris mata Irene membulat lebar saat melihat bunga yang dijadikan bahan lemparan tampak jatuh di atasnya dan membuatnya dengan sigap menangkapnya sebelum menjatuhi kepalanya saat ini. Semua mata tampak menatap dirinya, bukan tatapan yang Irene harapkan. Ia tidak ingin mendapatkannya karena tandanya ia akan menyusul menikah. Suara sorakan juga mendominasi seluruh tempat sekarang ini.
"Astaga!! Irene seharusnya gue yang dapat buket bunganya,” ucapan dari rekannya itu tampak membuat Eva menghela napas panjang.
"Lo bisa minta ulang sama pengantinnya kalau mau," sahut Irene putus asa.
"Kenapa lo putus asa begitu? Ambil saja bunganya gue mendadak enggak mau," ucap Sisi.
Bagaimana tidak putus asa, mendapatkan bunga ini mengingatkannya akan segera menikah. Apalagi dalam jangka waktu dekat ia akan menikah dengan seorang yang amat sangat tidak ia sukai, siapa lagi kalau bukan kakak iparnya. Orang gila. Saat ini ia benar-benar mendapatkan kesialan.
“Btw, saat masih sekolah lo bilang bakalan menikah kalau usia lo sudah 22 tahun dan sekarang sudah umur segitu. Lo mau menikah dalam waktu dekat? Apa Kak Risky sudah melamar lo?” tanya Sisi.
Irene tampak melamun. Menikah dengan Risky? Itu adalah mimpinya, tapi sampai saat ini saja sang kekasih belum melamar dirinya dan malah yang melamar Kakak iparnya.
“Belum, gue enggak tahu kapan dia ngelamar. Enggak bisa paksa juga,”
“Tapi lo sudah pernah melakukan hubungan suami istri belum sih sama kak Risky? Biasanya kan suka sudah ya—begitu, lo sudah pernah lakuin?” tanya Erika yang dihadiahi pukulan oleh Zara di sebelahnya itu.
Mata Erika membulat sembari menahan sakit akibat pukulan dari rekannya itu.
“Kenapa? Memang apa masalahnya? Hubungan suami istri itu bukan suatu kejahatan karena toh, nantinya akan menikah. Apa itu sebuah kejahatan? Terus juga, kenapa harus peduli dengan orang lain? Lagian itu normal kan? ” tanya Erika
Sisi tampak membenarkan perkataan dari rekannya, “Itu bukan kejahatan untuk anak zaman sekarang, karena sudah jadi trend di kalangan pacaran anak millenial. But, sekarang masalahnya keluarga Irene itu sangat ketat. Bagaimana dengan lo? Apa lo pernah berhubungan kelewatan batas begitu?” tanya Sisi.
Irene menggeleng mendengar penuturan dari ketiga temannya yang sudah menyatu dalam persahabatan mereka. Temannya begitu frontal dan lupa bagaimana caranya untuk menyaring perkataan.
“Kalian ingat enggak sih ini lagi di mana? Diam sedikit! Ini acara pernikahan orang lain!” kesal Irene
“Serius deh gue tanya sama lo, sebenarnya lo itu ada keinginan untuk melakukan itu—sama Kak Risky enggak sih? Kenapa lo harus takut? Lo sama Kak Risky jatuh cinta dan mustahil bisa menahan hasrat itu. Apa bisa seorang laki-laki dan perempuan bisa tahan dengan nafsu? Selain itu, daripada menyebutnya larangan bilang saja melakukan—“Zara menyumpal mulut Erika menggunakan buah di depannya.
“Mulut lo sudah kaya knalpot berisik! Ini acara nikahan orang bukan kamar lo sendiri,” Irene memandang teman-temannya itu lelah.
“Kayaknya gue bakalan minta tips and tricknya biar awet dalam menjalin hubungan, bagaimana bisa hubungan lo sama Kak Risky bisa awet begitu?” tanya Sisi.
Temannya mengangguk setuju, “Benar, dari kelas 1 SMA sampai sekarang. Gue cuman lihat dia gandeng tangan Kak Risky terus, kuat juga ya itu laki enggak melakukan hal senonoh sama anak gadis.” Irene hanya terdiam mendengar penuturan dari perempuan di depannya itu.
“Padahal nih ya... pas masuk kampus banyak banget yang naksir sama Irene, tapi semua di gagalkan dengan stemple lucu dari Mas Risky si pawang cintanya Irene . Bagaimana bisa lo hidup seperti itu? Mas Risky antara posesif sama agresif jadi satu.” Irene hanya menggaruk lehernya mendengar ucapan temannya yang terus membicarakan dirinya.
Temannya kini memandangnya dalam dan tatapan curiga.
“Tapi mustahil enggak sih kalau laki-laki bisa menjaga hasrat besar yang kaya begitu?” tanya Erika
“Benar juga, gue melihat dia pasti frustasi dan nafsu nya meledak sekaligus ketika berhubungan. Bisa saja lo di selingkuhin tanpa sepengatahuan lo,” ucapan dari Sisi membuat Zara hanya menggeleng.
Pandangan mereka berdalih pada lelaki dengan seragam polisi berjalan memasuki aula pernikahan yang di lakukan oleh teman sekolah mereka. Pujaan hatinya dan orang dambaannya, bibir Irene tersenyum manis menatap lelaki di depannya itu kini melambaikan tangannya manis pada dirinya.
“OH MY GOD! Menggairahkan sekali,” ucap Sisi.
“Sudah selesai?” tanya Risky sembari mengusap lembut kepala kekasihnya itu.
“Kangen tau! Kenapa enggak telfon dari kemarin? Aku pikir sayangnya aku selingkuh seperti kata mereka, kenapa baru datang langsung ke sini?” manja Irene sembari memeluk lelaki di depannya itu sayang.
Risky gemas pada kekasihnya itu, bagaimana bisa ada orang semanis Irene yang membuatnya jatuh cinya semakin dalam.
“Bukannya aku sudah bilang ke kamu kalau aku pindah dinas jadi di Jakarta saja, makanya dari kemarin aku sibuk mengurus surat-surat. Aku sampai Jakarta jam 8 pagi tadi dan langsung datang kemari untuk surprise kamu. Bagaimana? Aku romantis, kan?” tanya Risky yang diangguki oleh Irene begitu saja.
Tentu apa yang dilakukan oleh pasangan manis membuat rekan di sekitarnya mendadak iri. Tatapan mata mereka tidak bisa lepas dari kekasih rekan dekat mereka itu.
“Mas Risky, punya teman lain yang lebih menggairahkan dari Mas Risky enggak? Sudah lama jomblo nih!” Zara menoyor kepala Erika dan membuat sang empu mengaduh kesakitan melihat tingkah anarkis dari temannya itu.
“Boleh nanti calling saja,” Arah mata Risky menatap bunga di tangan Irene . “Kamu dapat bucket bunga pernikahan? Sepertinya aku harus mempersiapkan diri buat melamar kamu, apakah kita sudah harus membahas kapan akan ada acara lamaran?" tanya Risky sembari mengambil bunga di tangan Irene.
“Benar, aku rasa juga begitu. Waktunya sudah sangat cukup,” ucap Irene dihadiahi senyuman manis dari Risky di depannya itu.
“Ow! Romantis,” kompak ketiga orang di depan mereka itu.
“Gue bawa teman kalian dulu ya?” Ketiga temannya itu tampak mengangguk mengiyakan ucapan dari lelaki yang kini menggandeng erat tangan Irene .
Cengkraman tangan Risky masih menempel erat di tangan Irene, bahkan tidak ada niatan untuk melepas.
“Apa kamu enggak capek?” tanya Irene
“Capek kenapa?” tanya Risky
Bibir Irene cemberut, masih saja tidak peka. “Kamu datang dari Magelang dan datang kemari karena aku ada di sini. Kamu enggak keberatan?” tanya Irene
“Kenapa kamu tiba-tiba nanya kaya begitu? Apa sih yang enggak buat kekasih kesayangan aku, apa terjadi sesuatu selama aku pergi?” tanya Risky
Kepala Irene menggeleng, “Enggak, aku sudah lama mikirin ini. Kita sudah lama pacaran selama lima tahun—tapi kita menghabiskan waktu seperti pasangan anak-anak lainnya. Terus juga aku belum pernah ke rumah dinas kamu, terus juga kita enggak pernah jalan-jalan ke tempat wisata hanya berdua saja tanpa ada gangguan dari komandan kamu. Untuk menonton bioskop saja suka enggak bisa karena kamu mendadak di telfon sama komandan kamu, kalau dipikir-pikir kita enggak pernah bersenang-senang kaya sewaktu SMA.” jelas Irene.
Risky memperhatikan kekasihnya yang terlihat sangat lucu di depannya itu, kekasihnya merajuk sepertinya. Menggemaskan sekali.
“Sayang, pernah dengar kalau kesenangan bukan satu-satunya hal yang tidak kita miliki? Sebenarnya aku memilikimu hanya itu yang aku butuhkan dan menghabiskan waktu seperti sekarang ini saja rasanya sudah sangat menyenangkan karena kita enggak perlu melakukan hal lain. Kamu sudah tahu kan risiko menjalin hubungan sama aku?”
Bibir Irene mengerucut mendengar perkataan dari Risky barusan. “Tapi, ini susah buat kamu, bukan? Aku tahu hubungan kita seperti apa dan risiko menjalin hubungan sama kamu kaya gimana, tapi tetap saja.” Risky mencubit gemas pipi dari kekasihnya itu.
“Kamu tahu sayang? Aku mengajakmu berkencan dulu saat tahu perasaanku ke kamu itu sangat serius dan aku bersedia bersanding dengan kamu apapun yang terjadi, bahkan aku bisa menunggumu siap untuk nikah sama aku. Ingat janji kita,”
Irene mendadak terdiam mendengar penuturan sang kekasih barusan. Janji mereka? Apakah Irene bisa menepatinya? sumpah dirinya merasa tidak yakin.
To be continued...
Happy Reading Semuanya! 'Kamu berharga banget buat aku, makanya aku memiliki prinsip untuk membahagiakan kamu apapun yang terjadi dan kita bisa menepati janji kita untuk saling bersama sampai maut memisahkan kita.' Bohong kalau tatapan itu tidak bisa ia percaya. Tatapan penuh cinta tulus dari Risky masih tercetak dengan sangat jelas di dalam pikiran Irene yang kini hanya melamun memikirkan kejadian saat ini. Bagaimana ia mengatakannya pada Risky kalau dirinya akan menikah dengan orang lain? Irene tidak mampu mengatakannya. Lagian kenapa sih kakaknya kekeh sekali untuk ia menikah dengan suaminya sendiri, ini sangat menyebalkan untuknya. Terdengar tawa sumbang dari Irene yang kini hanya menghabiskan waktunya di taman belakang sebagai harapan terakhirnya. “Haha... apa yang gue lakuin ke laki-laki baik kaya Risky? Dia orang baik ketemu perempuan buruk rupa, pembohong kaya gue. Astaga!” keluh Irene sembari mengacak rambutnya kasar. “Ndok, kamu benar mau menikah dengan Mas Rangga?” t
Happy Reading semuanya! "Irene!" Irene menutup telinganya dan memilih melanjutkan perjalanan menuju kamarnya, ia tidak ingin menghabiskan waktu sia-sianya dengan sang kakak. Ini mempengaruhi kehidupannya dan ia tidak ingin itu terjadi. "Mas dan Kakak sudah membeli film itu mahal agar kamu bisa menontonya terus menerus," ungkap Mira membuat Irene menghentikkan langkah kakinya saat ini. "Itu salah kalian sendiri! Lagian buat apa kalian buang-buang uang pakai beli film segala, kalian bisa mendownloadnya di internet. Sekarang teknologi canggih dan kalian hanya perlu melakukan itu tanpa harus membuang-buang uang!" Mira menatap sang adik yang menatap penuh kebencian pada dirinya, ia sama sekali tidak bisa mengelak tatapan itu. Semua karenanya dan ia tidak mempunyai solusi lain yang bisa Mira lakukan. “Irene, menonton film dari internet itu ilegal. Mas sama Kakak kamu beli aslinya! Sayang jika kamu enggak mau nonton filmnya,” sela Rangga. Irene menatap tajam kakak iparnya, ia memben
Happy Reading Semuanya! “Saya akan bawa kamu ke dunia yang baru Irene ,” Irene terdiam membiarkan air matanya terus mengalir, ia merasa terpojok dan tidak bisa memberikan alasan lainnya bahkan penolakan seperti dalam batinnya atau perkataan sebelumnya. Irene tidak tahu apakah lelaki itu bisa dipercaya atau tidak sekarang ini. “Mas pikir saya percaya?! Mas, Kak Arini, Mama, lalu Papa, dan kedua orang tua Mas seret saya ke pernikahan saja sudah seperti di bawa ke neraka. Kenapa saya harus melakukan ini? Saya hampir gila karena kelakuan kalian, memangnya enggak bisa ya buat saya bernapas sedikit?" tanya Irene. Tangan Rangga mencengkram erat tangan Irene dan membuat Irene menatap mata sang kakak ipar yang menatapnya marah. Jujur Rangga juga merasa kelelahan menghadapi Irene yang seperti ini. “Tidak bisa kah kamu bersikap dewasa? Siapa yang ingin keadaan menjadi seperti ini? Coba kamu pikirkan di posisi saya, menurut kamu apa yang harus saya lakukan kecuali menyetujui semuanya. Kat
Happy Reading Semuanya! Hal yang membuatnya bahagia belakangan ini adalah bisa melihat kekasihnya setiap hari dan setiap waktu tanpa harus takut berjauhan seperti sebelumnya, meskipun ia sedikit takut jika ia kembali di oper atau di pindah tugaskan. "Ris, bukannya hubungan lo sama Irene sebenarnya aneh? Lo sudah pacaran sama dia, tapi lo belum pernah ekhem—begitu. Terus juga lo begitu tahan sama yang begitu... lo paham sama maksud perkataan gue, kan? Gimana bisa lo kuat banget?” Risky menatap rekannya yang sedang berjaga di depannya itu. “Karena gue menghargai perasaan dia dan gue menghormati dia sebagai perempuan. Gue mau menjalin hubungan yang sehat sama Irene, melakukan itu sama saja gue mengotori dia dan loe tahu kalau style gue bukan kaya begitu. Gue dan Irene saling menikmati satu sama lain dengan cara kita, lagian gue memang ada niatan buat melamar dia dalam waktu dekat.” Ibnu menepuk pundak temannya itu. “Sukses Bro, memang lo doang cowok gentle di sini. Menjadi abdi neg
Happy Reading Semuanya! "Mas Risky, hati-hati di jalan dan kalau sudah sampai kabari aku." Risky tampak mengangguk dan memeluk perempuan tercintanya itu, sudah cukup ia menghabiskan waku dengan orang tercintannya itu. Tangannya mengusap pelan rambut Irene lembut dan sangat tidak rela jika mereka harus berpisah, sepertinya ia memang harus segera mempersunting Irene. Tatapan mata Irene mengarah pada rumahnya yang tampak ramai, apalagi kali ini. Tidak ada sesuatu yang buruk, kan? Ia tidak ingin mendengar kabar lainnya. Helaan napas kasar terdengar kasar dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya. "Itu anaknya sudah kembali," "Aku mau istirahat dulu, sekarang terlalu berkeringat. Hanya sebentar," pinta Eva pada sang ayah dan berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua rumahnya. Irene tidak ingin berbicara pada siapapun dan ingin berlama-lama saja tanpa mereka. Kali ini ada apa? Pasti ada sesuatu terjadi dan bukan tanpa alasan ibu mertua kakaknya berada di rumah ini. Matany
Happy Reading Semuanya! Semua tampak terdiam setelah kepergian Rangga dan Irene, mereka tidak tahu apakah ini salah satu jalan yang benar atau tidak. Mereka tidak bisa mengatakan apapun dan memikirkan bagaimana kedepannya, apakah bisa pernikahan itu berjalan. "Apakah pernikahan ini bisa di teruskan?" tanya Ira "Bisa, kenapa enggak? Kita sudah sejauh ini. Mas Rangga harus segera mempunyai keturunan dan aku juga enggak mau berpisah sama Mas Rangga. Aku cinta sama Mas Rangga," sela Mira. Perempuan yang sudah menikah dengan Rangga itu tidak ingin ada pembatalan. Adiknya harus menikah dengan Rangga apapun yang terjadi, ia tidak mempercayai perempuan lain selain adiknya untuk bersanding. Irene harus menikah dengan Rangga apapun yang terjadi. "Apakah Irene benar-benar mau melakukannya? Karena dari yang Papi lihat sepertinya Irene mempunyai kekasih, apakah kekasihnya sudah tahu?" tanya ayah mertuanya. Mira harus memikirkan segala macam cara agar pernikahan itu terjadi, ia harus segera
Happy Reading Semuanya! Mira memperhatikan sang suami sedang memakai piyama tidur yang lain, rasanya benar-benar sangat aneh bagi dirinya. Padahal Mira sudah menyiapkan piyama dengan warna sama di dalam kamar mandi milik mereka. Untuk pertama kalinya Mira merasakan perubahan Rangga dalam pernikahannya satu tahun belakangan ini. Begitu asing sampai ia mengira kalau Rangga bukan lah suaminya. “Mas, Irene sudah mau kan pernikahannya di percepat? Kamu sudah berhasil bujuk dia, kan? Sama seperti kamu membujuk dia sebelumnya, aku tahu kamu pasti bisa melakukan itu. Sekarang hanya perlu persiapan vendor dan lain sebagainya,” Rangga menarik nafasnya pelan,“Kamu juga salah, Mira. Seharusnya kamu tahu kalau Irene perasaannya saat ini sedang sensitif, sama seperti kamu sebelumnya. Kamu enggak seharusnya to the point seperti itu,” Tatapan Rangga menatap sekilas sang istri yang hanya memandangnya tanpa mengatakan sepatah kata apapun. “Sensitif aku sama Irene beda Mas, kamu enggak mengerti Ma
Happy Reading Semuanya! “Gue bakalan nikah dalam waktu dua hari,” Semburan air dari dalam mulut Erika membuat Sisi dan Zara hanya bisa menatap kesal perempuan yang kini tengah fokus pada Irene di sebelahnya tampak menaruh kepalanya di atas meja dan memandang lesu ketiga temannya. Irene harus memberitahukan ini pada sahabatnya. “Ish! Jijik banget! Kebiasaan banget deh!” omel Sisi “Enggak apa-apa biar fresh,” sahut Irene lesu “Fresh kepala lo! Semburan dia penuh bakteri sama virus. Fresh dari mananya!” kesal Zara membuat Erika hanya memandang tajam kedua korban dari semburannya itu. Irene hanya terkekeh pelan mendengar omelan dari kedua teman di depannya itu. “Irene! Sumpah gue enggak nyambung sama apa yang lo bicarakan tadi. Coba repeat ulang kalimat lo barusan, kali saja telinga gue bermasalah. Coba ulang,” pinta Erika “Gue bakalan nikah dua hari lagi.” Ucapan Irene kini tampak santai di bandingkan sebelumnya, toh ketiga sahabatnya itu sudah mendengar sebelumnya. “What? Mend
Happy Reading Semuanya! Dress warna pink dan rambut yang sudah di tata dengan rapih membuat Irene terlihat sangat cantik. Bibirnya tersenyum memandang lelaki di belakangnya tampak sibuk menggendong anak bayi berusia delapan bulan, mereka benar-benar bahagia. Mulai dari tumbuh kembang anak mereka berdua sampai MPASI untuk anak mereka berdua yang semakin pandai. "Sayang sudah belum?" tanya Rangga "Okay! Sebentar Mas, " Irene menggendong anak laki-lakinya dan menggandeng tangan sang suami yang kini tersenyum manis dan mengecup keningnya lembut. "Mama, ayo pergi!" ajak Irene Rangga tampak bahagia saat ini dan menatap hadiah yang diberikannya untuk Risky sebagai kado pernikahan, ia tidak menyangka jika perubahan hati Risky begitu cepat berubah dan mampu menarik seorang dokter cantik yang membantu Irene melahirkan. "Aku enggak sangka kalau mas Risky akan mendapatkan pasangan yang lebih baik," ungkap Irene. "Ya... dia pantas mendapatkannya." Tatapan matanya mengarah pada sang suami
Happy reading semuanya! Irene menyaksikan semuanya. Suami tampannya yang penuh di berita televisi dan surat kabar, serta sang kakak yang di kabarkan harus memasuki rumah sakit jiwa sampai sang ayah mendapatkan hukuman penjara seumur hidup. Irene melihat semua itu tanpa tahu harus bersikap seperti apa. Pandangannya berdalih pada Risky yang menatapnya lembut dan bayi dipangkuannya, lelaki itu menjadi tidak banyak bicara. “Aku akan menyerahkan diri karena aku turut serta membantu kakak kamu dalam kejahatan ini,” ucap Risky. Kepala Irene menggeleng, “Enggak, mas Risky enggak perlu melakukan itu. Mas disini menjagaku, mas turut andil dalam menjaga aku. Mas Rangga juga pasti akan melakukan hal yang sama, mas harus menjalani kehidupan yang baru. Dan harus berbahagia juga,” Irene memalingkan pandangannya pada Shofie yang sejak tadi hanya memasang wajah bingung. Risky sendiri hanya menghela napas pelan melihat apa yang dilakukan oleh Irene saat ini. Perempuan itu selalu saja menjodohkanny
Happy Reading semuanya!Heru menyaksikan semua dimana anak sulungnya yang ia banggakan melakukan rencana besar dan kini Irene yang menghilang. Heru tidak tahu istri dari Rangga itu di bawa kemana dan meninggalkan kesedihan pilu untuk Rangga yang tanpa henti mencari keberadaan Irene.Ini adalah salahnya. Jika ia tidak mendidik Mira dengan egois maka tidak akan menjadi seperti ini, keluarganya berantakan dan orang tercintanya kini sudah menjadi milik orang lain. Heru tidak ada harapan lagi.Langkahnya berjalan menuju kantor kepolisian di depannya itu, sudah tidak ada barang lagi yang ia bawa. Sudah saatnya ia mengakui semuanya, kejahatannya hanya untuk membela anak sulungnya.“Hallo pak, selamat siang. Apa ada yang bisa kami bantu?” tanya lelaki yang ia ketahui dulu berteman dengan anak bungsunya. Hubungan yang sulit di jelaskan.“Kamu teman Risky?” tanya Heru“Benar, beliau atasan saya. Kebetulan mas Risky sudah di pindah tugas ke Lebanon karena sesuatu yang sulit untuk di jelaskan, ad
Happy Reading Semuanya!Setidaknya Rangga lega saat mengetahui kalau istrinya baik-baik saja setelah seminggu menghilang tanpa jejak, ia tahu jika mantan kekasih istrinya yang membawa Irene dan menceritakan semua rencana jahat Mira yang ingin membuat hidupnya semakin berantakan. Rangga akan bersama dengan anaknya serta Irene sebentar lagi sampai urusan nya selesai, sudah sepantasnya jika Mira harus dipenjara atau mendapatkan karena yang sesuai dengan perilaku yang dilakukan.Rangga tetap berpura-pura menjadi seseorang yang merasa linglung untuk membuat Mira merasa jika ia menang."Sudah mengaku saja, ini semua ulah kamu!!" marah RanggaBibir Mira tampak mengerucut, “Mas, enggak baik menuduh orang lain begitu. Memangnya Mas ada bukti kalau aku yang melakukannya? Irene menghilang karena dia bosan dengan Mas,” Rangga mengepalkan tangannya mendengar perkataan dari perempuan di depannya itu. Sumpah demi a
Happy Reading Semuanya!Tatapan matanya terlihat kosong, kepalanya berdenyut kencang. Bagaimana bisa ia memiliki masalah yang begitu banyak dan pelik tanpa henti, ia tidak mengerti dosa apa yang telah dilakukannya. Ini murni kesalahannya, andai ia tidak selemah itu mungkin tidak akan terjadi seperti ini dan membuat semua orang disekitarnya menjadi terluka dan dirinya tidak bisa bertemu dengan Rangga.Irene benar-benar jatuh cinta pada Rangga dan mungkin saat ini suaminya masih mencarinya."Kamu melamun lagi? Apa kamu masih menyalahkan diri kamu sendiri karena melahirkan bayi sekecil itu? Jika itu yang kamu pikirkan sepertinya tidak perlu. Ini adalah takdir yang tidak bisa kamu hindari dan tidak bisa kamu salahkan," Irene memperhatikan dokter yang merawat dirinya dan anaknya tampak terduduk di sebelahnya sembari menggenggam erat tangannya.“Bukan itu, tapi aku tidak mau menyalahka
Happy Reading Semuanya!Seharusnya saat ini Rangga yang melihat bayi yang ada di inkubator itu, bukan dirinya. Risky hanya orang lain yang mengikuti rencana busuk dari kakak Irene, bibirnya tersenyum tipis saat melihat bayi yang ada di inkubator itu bergerak. Bayi mungil yang kemungkinan besar kata dokter akan meninggal di dalam kandungan.Langkahnya berjalan kembali menuju ruang rawat Irene, perempuan yang menjadi ibu muda itu masih terlelap dalam tidurnya setelah di berikan obat bius untuk melahirkan.“Irene, bayi kamu sudah lahir dan mereka sangat menggemaskan. Meskipun lahir prematur akan di usahakan mereka tetap hidup, jadi ayo bangun karena kamu harus menyusui mereka dan melihat betapa cantik dan tampannya mereka.”Tidak ada respon dar
Happy Reading Semuanya!Semua sesuai yang dianjurkan oleh ibu mertuanya sudah ia lakukan, kini Rangga menjadi kembali hidup. Ia sudah rapi dan harum seperti citranya selama ini, bahkan kini bibirnya bisa tersenyum dengan lebar sembari berjalan menuju ruangan di mana istrinya berada.Perlahan senyum dari Rangga tampak pudar saat ruangan itu hanya menampilkan sang mertua tengah menangis dengan tangan gemetar seperti mencoba menghubungi seseorang, sekarang yang lebih mengejutkannya lagi adalah kalau ia tidak melihat keberadaan dari sang istri. Padahal beberapa waktu lalu bahkan tidak sampai 2 jam ia masih melihat Irene tidur dengan lelap di sana dan kini ia tidak melihatnya lagi.“Ma... Irene di mana?”tanya Rangga .“Maaf Rangga ,”
Happy Reading Semuanya!“Rangga , kamu istirahat saja terlebih dahulu. Kamu pulang makan, mandi, lalu tidur biar mama yang menjaga Irene. Sudah 4 hari kamu enggak makan dan istirahat dengan layak, kamu hanya menatap Irene setiap hari.” Mana bisa ia meninggalkan Irene. Kepala Rangga menggeleng mendengar perkataan dari ibu mertuanya itu, ia tidak ingin merepotkan perempuan paruh baya di sebelahnya. Biar dirinya saja yang mengalami kelelahan itu dan jangan orang lain.“Enggak apa-apa Ma, Rangga mau ada di sini. Rangga khawatir kalau terjadi sesuatu dengan Irene,” ungkap Rangga dengan nada khawatir.“Tapi setidaknya kamu makan yang banyak Rangga ,”ucap Ira.“Bagaimana bisa Rangga&n
Happy Reading Semuanya!Sisi dan Zara tampak terdiam memikirkan sesuatu, kepala Mereka mendadak pening dan mereka masih sangat terkejut mendengar kabar Kalau Irene mendadak jatuh koma seperti saat ini. Padahal sebelumnya mereka bertemu Irene masih dalam keadaan baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu.“Kenapa? Muka kalian kelihatan banyak beban sekali? Apakah terjadi sesuatu?”tanya Erika.Zara menatap Erika yang ada di hadapannya itu dan rekan lainnya,“Nggak bisa ya kalau kita berdamai lagi kayak dulu? Gue rindu sama Irene dan merasa bersalah karena kita memusuhi dia dan meninggalkan dia sendirian,”ungkap Zara pelan.“Bukan Irene itu merusak rumah tangga kakaknya sendiri? Dia hanyalah orang jahat jadi untuk apa kita berdamai dengan orang ya