Happy Reading Semuanya!
“Irene Karina Mardiana, ayo menikah dengan saya dengan dalih mengabulkan permintaan Kakak kamu. Sungguh sebenarnya saya mencintai kamu sebelum saya bertemu dengan kakak kamu, saya akan mencintai dan menyayangi kamu setulus hati saya.”Apakah ini termasuk kedalan proposal lamaran pernikahan?Irene sama sekali tidak ingin memiliki kontrak pernikahan dengan orang yang tidak dicintainya, apalagi ada maksud selubung seperti saat ini. Irene hanya ingin mencintai Risky dan tidak ada yang lain.“Mas jangan gila! Saya saja sudah muak bertemu dengan Mas di kantor dan di rumah, sekarang apa? Saya harus bertemu dengan mas di dalam kehidupan rumah tangga juga? Bagaimana dengan orang yang tahu kita menikah?” Tatapan mata Irene tidak lepas dari Rangga di hadapannya.Bahkan sampai saat ini Irene merasakan kesulitan bernapas. Air matanya sudah kering karena terlalu banyak ia keluarkan sejak tadi.“Yang kena judge kedepannya adalah saya bukan Mas! Saya terlalu lemah buat menghadapi semuanya Mas. Saya mudah sakit hati kalau mendengar berita itu! Apa mas menemukan solusinya kalau saya menghadapi itu semua?”“Kami sudah memikirkannya dan Mas juga sudah memikirkannya lebih dalam, kami juga tahu tentang semua segala risiko itu. Kamu jangan khawatirkan masalah kecil begitu. Saya dan semuanya sudah menyiapkan agar kamu hidup baik-baik saja di dunia luar,” jelas Rangga berusaha untuk menenangkan gadis yang ada di hadapannya itu.Gadis itu tampak menggeleng, Irene memandang tidak mengerti lelaki di sebelahnya itu, “Masalah kecil? Oh—Mas ini menganggap masalah ini adalah masalah kecil? Mas otaknya di pakai dong! Kalau cara berpikirnya begini bagaimana dengan pemikiran orang-orang di kantor? Kalian egois, Mas paham enggak sih sama hati saya sekarang ini?” tanya Irene lelah.“Saya paham Irene, tapi kamu juga harus mau menuruti keinginan dari Kakak kamu. Saya tahu kamu masih mau bersenang-senang dan menunggu kekasih kamu melamar kamu, tapi tolong turuti permintaan sekali ini saja.” Rangga mengenggam erat tangan perempuan yang ada di sebelahnya itu.Keduanya tampak terdiam.Rangga menghela napas pelan, “Mas enggak mau istri Mas dan kakak kamu mengalami depresi menghadapi kenyataan, mungkin dengan kamu menuruti keinginan dia—semua berangsur membaik.” Kepala Irene menggeleng mendengar penuturan dari lelaki di depannya itu.“Kakak saya saja bisa depresi, bagaimana dengan saya? Menurut Mas saya enggak akan depresi? Mas saya juga bisa depresi, ini bukan menyangkut menikah satu atau dua hari tapi dalam waktu yang lama.” Rangga benar-benar tidak bisa berkutik.Mereka seakan tidak menemukan titik terang dalam kehidupan satu sama lain. Irene putus asa dan Rangga juga begitu.“Saya saja sudah hampir depresi menghadapi permasalahan dunia kerja, lalu di tambah dengan ini...” suara Irene tampak menggantung dan menahan tangis. “Mas mau bunuh saya perlahan? Pasti ada pengobatan untuk Kakak, ‘kan? Pasti ada,” Rangga menaruh tangannya tepat di bahu milik adik iparnya.“Bagaimana jika begini saja... Kamu bisa bercerai dengan saya ketika kamu sudah melahirkan anak pertama, saya akan melepaskan kamu. Bagaimana?” tawar Rangga.Irene tertawa sumbang antara sedih dan lucu bergabung menjadi satu. Takdir begitu menyedihkan hadir dalam hidupnya.“Terus saya jadi janda gitu? Itu bukan cita-cita saya Mas. Coba dipikirkan lagi!!Mas masa saya jadi janda di usia muda? Jangan gila deh! Inti dari permasalahan ini semua. Saya enggak mau melakukan apa-apa, itu masalah rumah tangga Mas. Kenapa saya harus ikut campur masalah kalian berdua?”Rangga benar-benar tidak bisa berkutik lagi, yang dikatakan oleh Irene benar apa adanya. Ini adalah masalah rumah tangganya dan orang lain tidak berhak ikut campur, istrinya bisa berubah ke persekian detik.“Mau kamu menolak bagaimana pun pernikahan ini akan tetap berjalan Irene. Kamu enggak akan bisa lari kemana pun,” Pandangan kedua orang yang tengah berbicara serius itu tampak mengalihkan pandangannya dan menatap perempuan dengan pakaian tidur serta berwajah sembab di depannya itu.Mata Irene membulat lebar saat Mira tampak berlutut dihadapan Irene dan membuat Rangga dengan cepat melakukan hal yang sama seperti istrinya saat ini. Perempuan dengan rambut panjang bernama Irene tampak memasang wajah sendunya di sana, bukan ini yang Irene harapkan.“Kakak mohon sebagai seorang Kakak sekaligus istri dari Mas Rangga untuk meminta kamu sebagai adik madu Kakak singkatnya, hanya kamu yang sangat kakak percaya dan sudah kenal. Dokter juga sudah bisa memastikan kalau kamu bisa hamil dalam jangka waktu dekat,”“Kak, aku enggak mau.”Kepala Mira menggeleng, ia ingin bersikap egois demi dirinya sendiri. Mira tidak ingin pisah dengan Rangga dan ia tidak bisa percaya pada orang lain untuk menjadi rahim pengganti apapun itu.“Kamu harus mau! Kakak enggak peduli. Kakak enggak pernah menginginkan sesuatu yang serius pada kamu sebelumnya, sekarang ini kakak membuat permintaan untuk kamu. Sekarang tahu, kan? Kamu adalah orang yang paling kakak percaya dan hanya kamu yang bisa menolong Kakak...”“Aku enggak pernah mau jadi adik kakak saat ini, aku enggak mau hubungan aku dengan mas Risky rusak hanya karena keinginan egois kalian.” Potong Irene sembari menangis kencang.“IRENE! KAKAK MOHON!” teriak Mira.“Aku enggak butuh permohonan kakak!” Irene juga berteriak membalas sang kakak yang kembali menangis.Kehidupan keluarga Mardiana tidak baik-baik saja dalam satu waktu.“Irene!” teriak Mira.“Kenapa? Kenapa aku yang harus jadi korban kakak? Ada milyaran perempuan di dunia, kenapa aku? Aku punya salah apa sama kakak? Aku adik dan... aku... yang paling banyak mengalah dalam kehidupan ini. Apakah kalian pernah mendengar aku mau apa? Kalian egois, keluarga ini egois!”Rangga tampak memegang Irene yang sudah meluruh keatas tanah taman belakang rumah mereka saat ini.“Kakak enggak egois, ini jalan terbaik Irene. Hanya satu kali ini saja, kakak mohon penuh dengan segenap hati meminta kamu menjadi rahim pengganti dan istri kedua Mass Rangga. Jujur, Kakak sudah putus asa menghadapi semuanya Irene. Hanya ada kamu yang menjadi pilihan kakak dan enggak ada orang lain lagi,”Suara tangisan dari Irene tampak terdengar semakin kencang di telinga Mira dan Rangga yang kini sama-sama menangis, tidak ada yang menginginkan seperti ini tapi takdir yang mereka hadapi terlalu berat.“Ini terlalu berat Kak, Irene enggak bisa. Bagaimana orang-orang membicarakan tentang kita? Ini berat Kak. Irene enggak siap. Aku mohon orang lain saja, jangan aku! Pasti ada solusinya, aku mohon.”“Kita bisa menghadapi ini bersama-sama Irene,” ucap MiraTubuh Irene meluruh menangis di atas permukaan tanah menyamakan sang Kakak di depannya, ia tidak peduli jika keesokkan harinya suaranya menghilang atau apapun itu. Irene begitu takut bagaimana ia harus mengatakan pada orang-orang yang mencintai dirinya dan bagaimana mendengar cemooh dari orang-orang, perempuan muda itu terlalu takut.To be continued...Happy Reading Semuanya! Pergi adalah salah satu cara untuk melupakan masalah yang ada di rumah. Hati Irene sudah terlalu kacau dan sudah saatnya ia pergi melepas penat sementara waktu, sekarang yang ia butuhkan yaitu melampiaskan perasaan marahnya dengan menghabiskan waktu diluar bersama dengan teman-temannya meskipun ia hanya datang ke acara pernikahan teman sekolahnya sewaktu di SMA dulu. Bibir Irene tersenyum manis memandang rekannya yang tampak heboh. “Ayo! Sekarang sudah acara pelemparan bunga!” ajak Sisi Kepala Irene hanya mengangguk dan menyusul rekannya yang sudah ada di barisan paling depan bersama yang lain menunggu bunga tersebut di lempar. Irene tidak ingin mendapatkan bunga tersebut. "Kalau dilihat lagi, sepertinya lo ada yang aneh. Mata lo... sembab? Lo enggak apa-apa, kan?" tanya Zara Lagi-lagi bibir Irene hanya tersenyum memandang rekan dekatnya itu. "Gue baik-baik saja, biasalah capek sama urusan kantor. Biasa divisi kantor suka menyebalkan, lo tahu sendiri b
Happy Reading Semuanya! 'Kamu berharga banget buat aku, makanya aku memiliki prinsip untuk membahagiakan kamu apapun yang terjadi dan kita bisa menepati janji kita untuk saling bersama sampai maut memisahkan kita.' Bohong kalau tatapan itu tidak bisa ia percaya. Tatapan penuh cinta tulus dari Risky masih tercetak dengan sangat jelas di dalam pikiran Irene yang kini hanya melamun memikirkan kejadian saat ini. Bagaimana ia mengatakannya pada Risky kalau dirinya akan menikah dengan orang lain? Irene tidak mampu mengatakannya. Lagian kenapa sih kakaknya kekeh sekali untuk ia menikah dengan suaminya sendiri, ini sangat menyebalkan untuknya. Terdengar tawa sumbang dari Irene yang kini hanya menghabiskan waktunya di taman belakang sebagai harapan terakhirnya. “Haha... apa yang gue lakuin ke laki-laki baik kaya Risky? Dia orang baik ketemu perempuan buruk rupa, pembohong kaya gue. Astaga!” keluh Irene sembari mengacak rambutnya kasar. “Ndok, kamu benar mau menikah dengan Mas Rangga?” t
Happy Reading semuanya! "Irene!" Irene menutup telinganya dan memilih melanjutkan perjalanan menuju kamarnya, ia tidak ingin menghabiskan waktu sia-sianya dengan sang kakak. Ini mempengaruhi kehidupannya dan ia tidak ingin itu terjadi. "Mas dan Kakak sudah membeli film itu mahal agar kamu bisa menontonya terus menerus," ungkap Mira membuat Irene menghentikkan langkah kakinya saat ini. "Itu salah kalian sendiri! Lagian buat apa kalian buang-buang uang pakai beli film segala, kalian bisa mendownloadnya di internet. Sekarang teknologi canggih dan kalian hanya perlu melakukan itu tanpa harus membuang-buang uang!" Mira menatap sang adik yang menatap penuh kebencian pada dirinya, ia sama sekali tidak bisa mengelak tatapan itu. Semua karenanya dan ia tidak mempunyai solusi lain yang bisa Mira lakukan. “Irene, menonton film dari internet itu ilegal. Mas sama Kakak kamu beli aslinya! Sayang jika kamu enggak mau nonton filmnya,” sela Rangga. Irene menatap tajam kakak iparnya, ia memben
Happy Reading Semuanya! “Saya akan bawa kamu ke dunia yang baru Irene ,” Irene terdiam membiarkan air matanya terus mengalir, ia merasa terpojok dan tidak bisa memberikan alasan lainnya bahkan penolakan seperti dalam batinnya atau perkataan sebelumnya. Irene tidak tahu apakah lelaki itu bisa dipercaya atau tidak sekarang ini. “Mas pikir saya percaya?! Mas, Kak Arini, Mama, lalu Papa, dan kedua orang tua Mas seret saya ke pernikahan saja sudah seperti di bawa ke neraka. Kenapa saya harus melakukan ini? Saya hampir gila karena kelakuan kalian, memangnya enggak bisa ya buat saya bernapas sedikit?" tanya Irene. Tangan Rangga mencengkram erat tangan Irene dan membuat Irene menatap mata sang kakak ipar yang menatapnya marah. Jujur Rangga juga merasa kelelahan menghadapi Irene yang seperti ini. “Tidak bisa kah kamu bersikap dewasa? Siapa yang ingin keadaan menjadi seperti ini? Coba kamu pikirkan di posisi saya, menurut kamu apa yang harus saya lakukan kecuali menyetujui semuanya. Kat
Happy Reading Semuanya! Hal yang membuatnya bahagia belakangan ini adalah bisa melihat kekasihnya setiap hari dan setiap waktu tanpa harus takut berjauhan seperti sebelumnya, meskipun ia sedikit takut jika ia kembali di oper atau di pindah tugaskan. "Ris, bukannya hubungan lo sama Irene sebenarnya aneh? Lo sudah pacaran sama dia, tapi lo belum pernah ekhem—begitu. Terus juga lo begitu tahan sama yang begitu... lo paham sama maksud perkataan gue, kan? Gimana bisa lo kuat banget?” Risky menatap rekannya yang sedang berjaga di depannya itu. “Karena gue menghargai perasaan dia dan gue menghormati dia sebagai perempuan. Gue mau menjalin hubungan yang sehat sama Irene, melakukan itu sama saja gue mengotori dia dan loe tahu kalau style gue bukan kaya begitu. Gue dan Irene saling menikmati satu sama lain dengan cara kita, lagian gue memang ada niatan buat melamar dia dalam waktu dekat.” Ibnu menepuk pundak temannya itu. “Sukses Bro, memang lo doang cowok gentle di sini. Menjadi abdi neg
Happy Reading Semuanya! "Mas Risky, hati-hati di jalan dan kalau sudah sampai kabari aku." Risky tampak mengangguk dan memeluk perempuan tercintanya itu, sudah cukup ia menghabiskan waku dengan orang tercintannya itu. Tangannya mengusap pelan rambut Irene lembut dan sangat tidak rela jika mereka harus berpisah, sepertinya ia memang harus segera mempersunting Irene. Tatapan mata Irene mengarah pada rumahnya yang tampak ramai, apalagi kali ini. Tidak ada sesuatu yang buruk, kan? Ia tidak ingin mendengar kabar lainnya. Helaan napas kasar terdengar kasar dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya. "Itu anaknya sudah kembali," "Aku mau istirahat dulu, sekarang terlalu berkeringat. Hanya sebentar," pinta Eva pada sang ayah dan berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua rumahnya. Irene tidak ingin berbicara pada siapapun dan ingin berlama-lama saja tanpa mereka. Kali ini ada apa? Pasti ada sesuatu terjadi dan bukan tanpa alasan ibu mertua kakaknya berada di rumah ini. Matany
Happy Reading Semuanya! Semua tampak terdiam setelah kepergian Rangga dan Irene, mereka tidak tahu apakah ini salah satu jalan yang benar atau tidak. Mereka tidak bisa mengatakan apapun dan memikirkan bagaimana kedepannya, apakah bisa pernikahan itu berjalan. "Apakah pernikahan ini bisa di teruskan?" tanya Ira "Bisa, kenapa enggak? Kita sudah sejauh ini. Mas Rangga harus segera mempunyai keturunan dan aku juga enggak mau berpisah sama Mas Rangga. Aku cinta sama Mas Rangga," sela Mira. Perempuan yang sudah menikah dengan Rangga itu tidak ingin ada pembatalan. Adiknya harus menikah dengan Rangga apapun yang terjadi, ia tidak mempercayai perempuan lain selain adiknya untuk bersanding. Irene harus menikah dengan Rangga apapun yang terjadi. "Apakah Irene benar-benar mau melakukannya? Karena dari yang Papi lihat sepertinya Irene mempunyai kekasih, apakah kekasihnya sudah tahu?" tanya ayah mertuanya. Mira harus memikirkan segala macam cara agar pernikahan itu terjadi, ia harus segera
Happy Reading Semuanya! Mira memperhatikan sang suami sedang memakai piyama tidur yang lain, rasanya benar-benar sangat aneh bagi dirinya. Padahal Mira sudah menyiapkan piyama dengan warna sama di dalam kamar mandi milik mereka. Untuk pertama kalinya Mira merasakan perubahan Rangga dalam pernikahannya satu tahun belakangan ini. Begitu asing sampai ia mengira kalau Rangga bukan lah suaminya. “Mas, Irene sudah mau kan pernikahannya di percepat? Kamu sudah berhasil bujuk dia, kan? Sama seperti kamu membujuk dia sebelumnya, aku tahu kamu pasti bisa melakukan itu. Sekarang hanya perlu persiapan vendor dan lain sebagainya,” Rangga menarik nafasnya pelan,“Kamu juga salah, Mira. Seharusnya kamu tahu kalau Irene perasaannya saat ini sedang sensitif, sama seperti kamu sebelumnya. Kamu enggak seharusnya to the point seperti itu,” Tatapan Rangga menatap sekilas sang istri yang hanya memandangnya tanpa mengatakan sepatah kata apapun. “Sensitif aku sama Irene beda Mas, kamu enggak mengerti Ma
Happy Reading Semuanya! Dress warna pink dan rambut yang sudah di tata dengan rapih membuat Irene terlihat sangat cantik. Bibirnya tersenyum memandang lelaki di belakangnya tampak sibuk menggendong anak bayi berusia delapan bulan, mereka benar-benar bahagia. Mulai dari tumbuh kembang anak mereka berdua sampai MPASI untuk anak mereka berdua yang semakin pandai. "Sayang sudah belum?" tanya Rangga "Okay! Sebentar Mas, " Irene menggendong anak laki-lakinya dan menggandeng tangan sang suami yang kini tersenyum manis dan mengecup keningnya lembut. "Mama, ayo pergi!" ajak Irene Rangga tampak bahagia saat ini dan menatap hadiah yang diberikannya untuk Risky sebagai kado pernikahan, ia tidak menyangka jika perubahan hati Risky begitu cepat berubah dan mampu menarik seorang dokter cantik yang membantu Irene melahirkan. "Aku enggak sangka kalau mas Risky akan mendapatkan pasangan yang lebih baik," ungkap Irene. "Ya... dia pantas mendapatkannya." Tatapan matanya mengarah pada sang suami
Happy reading semuanya! Irene menyaksikan semuanya. Suami tampannya yang penuh di berita televisi dan surat kabar, serta sang kakak yang di kabarkan harus memasuki rumah sakit jiwa sampai sang ayah mendapatkan hukuman penjara seumur hidup. Irene melihat semua itu tanpa tahu harus bersikap seperti apa. Pandangannya berdalih pada Risky yang menatapnya lembut dan bayi dipangkuannya, lelaki itu menjadi tidak banyak bicara. “Aku akan menyerahkan diri karena aku turut serta membantu kakak kamu dalam kejahatan ini,” ucap Risky. Kepala Irene menggeleng, “Enggak, mas Risky enggak perlu melakukan itu. Mas disini menjagaku, mas turut andil dalam menjaga aku. Mas Rangga juga pasti akan melakukan hal yang sama, mas harus menjalani kehidupan yang baru. Dan harus berbahagia juga,” Irene memalingkan pandangannya pada Shofie yang sejak tadi hanya memasang wajah bingung. Risky sendiri hanya menghela napas pelan melihat apa yang dilakukan oleh Irene saat ini. Perempuan itu selalu saja menjodohkanny
Happy Reading semuanya!Heru menyaksikan semua dimana anak sulungnya yang ia banggakan melakukan rencana besar dan kini Irene yang menghilang. Heru tidak tahu istri dari Rangga itu di bawa kemana dan meninggalkan kesedihan pilu untuk Rangga yang tanpa henti mencari keberadaan Irene.Ini adalah salahnya. Jika ia tidak mendidik Mira dengan egois maka tidak akan menjadi seperti ini, keluarganya berantakan dan orang tercintanya kini sudah menjadi milik orang lain. Heru tidak ada harapan lagi.Langkahnya berjalan menuju kantor kepolisian di depannya itu, sudah tidak ada barang lagi yang ia bawa. Sudah saatnya ia mengakui semuanya, kejahatannya hanya untuk membela anak sulungnya.“Hallo pak, selamat siang. Apa ada yang bisa kami bantu?” tanya lelaki yang ia ketahui dulu berteman dengan anak bungsunya. Hubungan yang sulit di jelaskan.“Kamu teman Risky?” tanya Heru“Benar, beliau atasan saya. Kebetulan mas Risky sudah di pindah tugas ke Lebanon karena sesuatu yang sulit untuk di jelaskan, ad
Happy Reading Semuanya!Setidaknya Rangga lega saat mengetahui kalau istrinya baik-baik saja setelah seminggu menghilang tanpa jejak, ia tahu jika mantan kekasih istrinya yang membawa Irene dan menceritakan semua rencana jahat Mira yang ingin membuat hidupnya semakin berantakan. Rangga akan bersama dengan anaknya serta Irene sebentar lagi sampai urusan nya selesai, sudah sepantasnya jika Mira harus dipenjara atau mendapatkan karena yang sesuai dengan perilaku yang dilakukan.Rangga tetap berpura-pura menjadi seseorang yang merasa linglung untuk membuat Mira merasa jika ia menang."Sudah mengaku saja, ini semua ulah kamu!!" marah RanggaBibir Mira tampak mengerucut, “Mas, enggak baik menuduh orang lain begitu. Memangnya Mas ada bukti kalau aku yang melakukannya? Irene menghilang karena dia bosan dengan Mas,” Rangga mengepalkan tangannya mendengar perkataan dari perempuan di depannya itu. Sumpah demi a
Happy Reading Semuanya!Tatapan matanya terlihat kosong, kepalanya berdenyut kencang. Bagaimana bisa ia memiliki masalah yang begitu banyak dan pelik tanpa henti, ia tidak mengerti dosa apa yang telah dilakukannya. Ini murni kesalahannya, andai ia tidak selemah itu mungkin tidak akan terjadi seperti ini dan membuat semua orang disekitarnya menjadi terluka dan dirinya tidak bisa bertemu dengan Rangga.Irene benar-benar jatuh cinta pada Rangga dan mungkin saat ini suaminya masih mencarinya."Kamu melamun lagi? Apa kamu masih menyalahkan diri kamu sendiri karena melahirkan bayi sekecil itu? Jika itu yang kamu pikirkan sepertinya tidak perlu. Ini adalah takdir yang tidak bisa kamu hindari dan tidak bisa kamu salahkan," Irene memperhatikan dokter yang merawat dirinya dan anaknya tampak terduduk di sebelahnya sembari menggenggam erat tangannya.“Bukan itu, tapi aku tidak mau menyalahka
Happy Reading Semuanya!Seharusnya saat ini Rangga yang melihat bayi yang ada di inkubator itu, bukan dirinya. Risky hanya orang lain yang mengikuti rencana busuk dari kakak Irene, bibirnya tersenyum tipis saat melihat bayi yang ada di inkubator itu bergerak. Bayi mungil yang kemungkinan besar kata dokter akan meninggal di dalam kandungan.Langkahnya berjalan kembali menuju ruang rawat Irene, perempuan yang menjadi ibu muda itu masih terlelap dalam tidurnya setelah di berikan obat bius untuk melahirkan.“Irene, bayi kamu sudah lahir dan mereka sangat menggemaskan. Meskipun lahir prematur akan di usahakan mereka tetap hidup, jadi ayo bangun karena kamu harus menyusui mereka dan melihat betapa cantik dan tampannya mereka.”Tidak ada respon dar
Happy Reading Semuanya!Semua sesuai yang dianjurkan oleh ibu mertuanya sudah ia lakukan, kini Rangga menjadi kembali hidup. Ia sudah rapi dan harum seperti citranya selama ini, bahkan kini bibirnya bisa tersenyum dengan lebar sembari berjalan menuju ruangan di mana istrinya berada.Perlahan senyum dari Rangga tampak pudar saat ruangan itu hanya menampilkan sang mertua tengah menangis dengan tangan gemetar seperti mencoba menghubungi seseorang, sekarang yang lebih mengejutkannya lagi adalah kalau ia tidak melihat keberadaan dari sang istri. Padahal beberapa waktu lalu bahkan tidak sampai 2 jam ia masih melihat Irene tidur dengan lelap di sana dan kini ia tidak melihatnya lagi.“Ma... Irene di mana?”tanya Rangga .“Maaf Rangga ,”
Happy Reading Semuanya!“Rangga , kamu istirahat saja terlebih dahulu. Kamu pulang makan, mandi, lalu tidur biar mama yang menjaga Irene. Sudah 4 hari kamu enggak makan dan istirahat dengan layak, kamu hanya menatap Irene setiap hari.” Mana bisa ia meninggalkan Irene. Kepala Rangga menggeleng mendengar perkataan dari ibu mertuanya itu, ia tidak ingin merepotkan perempuan paruh baya di sebelahnya. Biar dirinya saja yang mengalami kelelahan itu dan jangan orang lain.“Enggak apa-apa Ma, Rangga mau ada di sini. Rangga khawatir kalau terjadi sesuatu dengan Irene,” ungkap Rangga dengan nada khawatir.“Tapi setidaknya kamu makan yang banyak Rangga ,”ucap Ira.“Bagaimana bisa Rangga&n
Happy Reading Semuanya!Sisi dan Zara tampak terdiam memikirkan sesuatu, kepala Mereka mendadak pening dan mereka masih sangat terkejut mendengar kabar Kalau Irene mendadak jatuh koma seperti saat ini. Padahal sebelumnya mereka bertemu Irene masih dalam keadaan baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu.“Kenapa? Muka kalian kelihatan banyak beban sekali? Apakah terjadi sesuatu?”tanya Erika.Zara menatap Erika yang ada di hadapannya itu dan rekan lainnya,“Nggak bisa ya kalau kita berdamai lagi kayak dulu? Gue rindu sama Irene dan merasa bersalah karena kita memusuhi dia dan meninggalkan dia sendirian,”ungkap Zara pelan.“Bukan Irene itu merusak rumah tangga kakaknya sendiri? Dia hanyalah orang jahat jadi untuk apa kita berdamai dengan orang ya