Beranda / Romansa / Rahasia sang Pewaris / Bab. 3 Tuduhan Yang Menghancurkan

Share

Bab. 3 Tuduhan Yang Menghancurkan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 08:42:59

Pagi itu, hotel mewah yang biasanya sibuk dengan kegiatan para tamu VIP, mendadak menjadi kacau. Aria, yang tengah membersihkan lobi, merasa ada sesuatu yang berbeda. Beberapa staf terlihat berlarian, dan suasana di sekitar meja resepsionis tampak tegang.

Rina yang melihat Aria berjalan, menghampirinya dengan wajah cemas.

Rina: "Aria, kamu harus ke ruang VIP sekarang. Ada masalah besar."

Aria merasa kaget dan khawatir. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ia mengikuti instruksi Rina tanpa bertanya lebih lanjut. Setibanya di ruang VIP, Aria melihat sekelompok manajer dan kepala keamanan berkumpul di sekitar meja besar. Seorang wanita cantik, yang sebelumnya ia lihat duduk bersama Adrian, tampak sangat marah. Itu adalah Sofia, yang kali ini tidak mengenakan senyum anggun seperti sebelumnya.

Sofia: "Kalung saya hilang! Ini barang berharga yang tidak bisa saya abaikan!"

Aria menelan ludah. Di meja VIP, sebuah kotak perhiasan yang kosong tergeletak. Kalung berlian itu tidak ada di dalamnya.

Kepala Keamanan: "Sofia, apakah ada orang lain yang masuk ke ruang ini selain Anda?"

Sofia: "Tentu saja tidak. Hanya staf hotel yang datang mengantarkan pesanan, dan salah satunya adalah Aria."

Sofia menunjuk ke arah Aria dengan tatapan tajam.

Sofia: "Dia satu-satunya orang yang mengantarkan pesanan pagi ini, dan saya yakin dia adalah yang terakhir menyentuh meja ini!"

Aria terkejut dan segera mencoba menjelaskan.

Aria: "Nona Sofia, saya hanya mengantarkan sarapan. Saya tidak menyentuh kotak perhiasan itu! Itu adalah barang Anda, saya tidak pernah melihatnya sebelumnya!"

Namun, kata-kata Aria terasa sia-sia. Sofia tampak tidak mau mendengar penjelasan. Wajahnya dipenuhi amarah.

Sofia: "Lihat saja sikapnya! Sering kali orang yang paling tidak terlihat mencurigakan lah yang melakukan hal-hal buruk!"

Aria merasa matanya mulai berkunang-kunang. Tuduhan itu datang begitu cepat, dan ia merasa seolah semua orang di ruangan itu memandangnya sebagai pelaku.

Adrian yang mendengar keributan dari luar, segera masuk ke dalam ruang VIP. Matanya langsung mencari Aria, yang terlihat cemas dan bingung di tengah-tengah kerumunan. Saat ia melihat wajah Sofia yang penuh amarah, dan Aria yang tampak terpojok, ia merasa perasaan yang tidak nyaman.

Adrian: "Apa yang terjadi di sini?"

Sofia: "Adrian, ini masalah besar! Kalung berlian saya hilang, dan saya yakin Aria mencurinya. Dia yang mengantarkan pesanan ke ruang saya pagi ini!"

Adrian menatap Aria sejenak. Tanpa ragu, ia segera berdiri di samping Aria, melindunginya.

Adrian: "Saya tahu Aria, dan saya tahu dia tidak mencuri apa pun. Kalau ada yang tahu bagaimana cara menjaga integritasnya, itu dia."

Kepala Keamanan: "Tuan Adrian, kami harus menyelidiki ini. Kami menemukan bukti bahwa dia berada di dekat meja, dan tidak ada orang lain yang melihat kalung itu setelah dia meninggalkan ruangan."

Adrian mengalihkan pandangannya ke kepala keamanan dengan wajah tegas.

Adrian: "Saya ingin kamu berbicara dengan Aria. Jika dia mengatakan tidak ada, maka saya percaya dia. Saya akan bertanggung jawab jika ternyata ada kesalahan."

Sofia yang mendengar itu semakin kesal.

Sofia: "Apa maksudmu, Adrian? Apakah kamu begitu percaya padanya? Aku merasa sangat tidak nyaman dengan keputusanmu."

Adrian: "Saya tahu Aria tidak akan mencuri, Sofia. Saya akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi saya tidak akan membiarkan dia dijadikan kambing hitam tanpa bukti."

Setelah percakapan yang penuh ketegangan itu, Aria dan Adrian keluar dari ruangan VIP. Aria merasa cemas, tetapi Adrian tetap di sampingnya, memberikan dukungan.

Aria: "Adrian, saya tidak tahu apa yang terjadi! Saya benar-benar tidak mencuri kalung itu. Kenapa Sofia begitu yakin?"

Adrian: "Jangan khawatir, Aria. Saya tahu kamu tidak bersalah. Mungkin ada orang lain yang ingin menjebakmu, atau mungkin Sofia hanya terlalu terbawa emosi."

Aria menghela napas panjang. Rasa cemasnya semakin mendalam.

Aria: "Tapi, jika saya tetap bekerja di sini setelah semua ini, siapa yang akan percaya pada saya? Rina dan yang lainnya pasti sudah berpikir buruk tentang saya."

Adrian: "Jangan terlalu berpikir seperti itu. Saya akan mencari bukti dan memastikan semuanya jelas. Kamu tetap bekerja, dan kamu akan mendapat kesempatan untuk membuktikan dirimu."

Setelah beberapa jam yang menegangkan, pihak keamanan akhirnya menemukan rekaman CCTV yang menunjukkan bahwa kalung itu tidak hilang pada saat Aria berada di ruang VIP. Ternyata, kalung itu hilang beberapa saat setelah Aria meninggalkan ruangan, dan ada seorang tamu lain yang terlihat mencurigakan di dekat meja Sofia.

Dengan bukti itu, Sofia mulai tampak menyesal. Ia tahu bahwa Aria tidak bersalah, tetapi merasa malu dengan sikap terburu-burunya.

Sofia: "Aria... saya minta maaf. Saya tidak seharusnya menuduhmu begitu saja."

Aria hanya tersenyum tipis, meskipun hatinya masih diliputi rasa kecewa.

Aria: "Tidak masalah, Nona Sofia. Saya mengerti jika Anda terkejut. Yang penting adalah masalah ini sudah selesai."

Adrian yang mendengar percakapan itu mendekat dan tersenyum bangga pada Aria.

Adrian: "Lihat? Saya sudah bilang kamu tidak bersalah. Kamu lebih dari mampu untuk menghadapinya."

Aria mengangguk, meskipun ia tahu perasaan sakit hati dan ketidakadilan itu tidak akan mudah hilang. Namun, dalam hatinya, ada sebuah perasaan baru yang muncul—kepercayaan diri yang lebih kuat berkat dukungan Adrian.

Malam itu, setelah kejadian yang mengguncang, Aria kembali ke kamarnya, berpikir tentang segala yang baru saja terjadi. Adrian benar, ia memang perlu lebih mempercayai dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan untuk tetap teguh pada kebenaran.

Keesokan harinya, setelah kejadian yang mengerikan semalam, suasana di hotel kembali seperti semula. Namun, bagi Aria, hari itu terasa berbeda. Setiap langkahnya di koridor hotel terasa berat, seolah-olah semua orang memandangnya dengan tatapan penuh kecurigaan. Meskipun masalah dengan kalung Sofia sudah selesai dan terungkap bahwa dia tidak bersalah, bayang-bayang tuduhan itu masih menggelayuti hatinya.

Aria berjalan menyusuri lorong menuju ruang kantornya. Di belakangnya, Rina berjalan cepat, tampak lebih tenang dari sebelumnya.

Rina: "Aria, aku tahu kamu pasti merasa cemas. Tapi percayalah, kejadian kemarin sudah berlalu. Semua sudah terungkap, dan kamu sudah dibersihkan dari tuduhan itu."

Aria hanya mengangguk pelan, meskipun hatinya masih terasa berat.

Aria: "Aku tahu, Rina. Tapi, setiap kali aku berjalan di hotel ini, rasanya seperti aku masih bisa merasakan pandangan orang-orang yang meragukan aku. Ada sesuatu yang membekas, sesuatu yang tidak bisa dihapus begitu saja."

Rina menghentikan langkahnya dan menatap Aria dengan serius.

Rina: "Aku mengerti perasaanmu. Tapi ingat, kamu punya banyak orang yang mendukungmu, termasuk Adrian. Dia sudah membuktikan bahwa dia benar-benar percaya padamu. Itu sangat penting, Aria."

Aria menghela napas panjang.

Aria: "Aku tahu, Rina. Adrian selalu ada untukku, tapi aku merasa dia mungkin hanya ingin melindungiku karena dia terlalu baik. Aku takut, apa yang terjadi kemarin bisa mempengaruhi hubungan kami."

Rina: "Jangan berpikir begitu. Kalau Adrian sudah memilih untuk mendukungmu, itu berarti dia percaya pada dirimu. Tidak ada yang bisa mengubah itu."

Tiba-tiba, suara Adrian terdengar dari belakang.

Adrian: "Kamu benar, Rina. Dan untuk kamu, Aria, jangan biarkan hal kecil menghalangi perjalananmu. Kalau ada orang yang berusaha menjatuhkanmu, biarkan mereka. Yang terpenting adalah bagaimana kita bangkit dan melanjutkan langkah kita."

Aria menoleh dan tersenyum tipis.

Aria: "Terima kasih, Adrian. Aku... aku akan berusaha."

Namun, meskipun Adrian berbicara dengan penuh keyakinan, Aria merasa bahwa ada sesuatu yang belum sepenuhnya terungkap. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kalung Sofia yang hilang—sesuatu yang mengancam tidak hanya dirinya, tetapi juga posisi Adrian di hotel itu.

Sofia sudah mulai kembali bekerja setelah kejadian kemarin, namun sikapnya masih dingin dan terkesan tidak nyaman. Ia selalu menghindari kontak mata dengan Aria, dan sepertinya mencoba menjaga jarak. Namun, Aria merasa ada hal yang mengganjal dalam sikap Sofia. Apakah ini hanya perasaan Aria, ataukah ada lebih banyak yang disembunyikan?

Pagi itu, saat Aria tengah membersihkan meja di ruang lobi, ia mendengar bisikan-bisikan dari beberapa staf lainnya. Sofia kembali datang ke hotel dengan seorang pria yang tampak misterius. Pria itu mengenakan jas hitam dan kacamata gelap, serta berbicara dengan Sofia dengan nada yang serius. Aria mencoba untuk tidak memperhatikan, tetapi hatinya tetap tergelitik. Ada sesuatu yang tidak beres.

Kemudian, tanpa sengaja, Aria mendengar percakapan singkat antara Rina dan Sofia.

Sofia: "Aku tidak bisa membiarkan masalah ini berakhir begitu saja. Kalung itu hilang, dan aku yakin Aria terlibat. Apa yang akan kamu lakukan untuk membantuku?"

Rina: "Sofia, kamu tahu apa yang harus dilakukan. Jangan biarkan masalah ini merusak semuanya. Tetapi ingat, ada lebih banyak hal yang perlu kita jaga. Adrian sudah sangat melindunginya, dan itu bisa berisiko bagi kita semua."

Aria terkejut mendengar percakapan itu. Ia merasa seolah ada permainan yang lebih besar yang sedang terjadi. Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Sofia? Dan bagaimana Rina terlibat dalam semua ini?

Dengan hati yang penuh kebingungan, Aria memutuskan untuk mendekati Adrian. Ia ingin mendapatkan jawaban yang pasti, meskipun ia tahu bahwa ini bisa berisiko besar.

Setelah beberapa jam, Aria akhirnya menemukan Adrian di ruang kerjanya. Pintu terbuka sedikit, dan Aria ragu sejenak. Namun, dorongan perasaan membuatnya melangkah maju dan mengetuk pintu.

Aria: "Adrian... kita perlu bicara."

Adrian yang sedang duduk di depan meja kerjanya menoleh.

Adrian: "Tentu, ada apa?"

Aria masuk dan duduk di hadapannya, merasakan ketegangan yang menyelimuti ruangan itu.

Aria: "Aku mendengar percakapan antara Sofia dan Rina tadi. Mereka sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Aku... aku merasa ada yang tidak beres."

Adrian mendengus pelan, lalu menatap Aria dengan tatapan serius.

Adrian: "Apa yang kamu dengar itu memang benar. Ada banyak hal yang tidak diketahui olehmu. Sofia memiliki kepentingan besar di hotel ini, dan beberapa orang lainnya, termasuk Rina, juga terlibat dalam permainan yang lebih besar."

Aria terkejut.

Aria: "Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya terjadi, Adrian?"

Adrian: "Sofia bukan hanya seorang tamu biasa. Dia memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang ingin menggulingkan pengaruh keluargaku di hotel ini. Dan Rina... dia sudah terlibat dalam banyak hal yang mungkin tidak kamu duga."

Aria menatap Adrian, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.

Aria: "Jadi... aku hanya pion dalam permainan besar mereka?"

Adrian menggelengkan kepala.

Adrian: "Tidak, Aria. Kamu lebih dari itu. Kamu tidak tahu betapa pentingnya kamu dalam semua ini. Apa yang terjadi kemarin hanya awal dari sesuatu yang lebih besar. Dan aku berjanji, aku akan melindungimu."

Aria merasa hatinya berdebar. Ia tidak tahu apakah ini adalah awal dari akhir yang buruk atau awal dari perjalanan yang lebih rumit lagi. Namun satu hal yang pasti—ia tidak bisa mundur sekarang. Keputusan untuk tetap berada di sisi Adrian dan berjuang bersama adalah satu-satunya pilihan yang harus diambil.

Bab terkait

  • Rahasia sang Pewaris    Bab 4. Kebenaran yang tersembunyi

    Malam itu, suasana di hotel tampak lebih tenang dari biasanya. Aria duduk di ruang kerjanya, menatap dokumen-dokumen yang tergeletak di meja. Pikiran Aria masih tertuju pada peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir. Semua yang telah terjadi—tuduhan mencuri kalung, Sofia, Rina, dan semua kejadian yang melibatkan Adrian—membuatnya merasa ada sesuatu yang sangat besar sedang dimainkan di balik layar. Namun, ada satu hal yang paling membuatnya bingung: siapa sebenarnya dirinya?Ia selalu merasa terasing, seperti seorang gadis biasa yang terjebak dalam dunia yang jauh lebih besar dari dirinya. Aria sering kali merasa bahwa dirinya tidak benar-benar berada di tempat yang tepat, seolah-olah dirinya dilahirkan untuk hidup dalam dunia yang lebih besar dari pekerjaan sehari-harinya di hotel mewah ini. Meskipun ia berusaha keras untuk menjaga pekerjaan dan keluarganya, hatinya selalu merasa ada sesuatu yang kurang.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka, dan Adrian masuk de

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Rahasia sang Pewaris    bab 5. Dinasti yang penuh rahasia

    Setelah pertemuan dengan ayahnya, Aria merasa seperti dirinya sedang berada di persimpangan jalan yang penuh tanda tanya. Keputusan-keputusan besar kini harus diambil—ke mana ia akan melangkah, dan apakah ia siap menghadapi kenyataan tentang keluarga yang selama ini ia kira tidak ada? Apa yang sebenarnya terjadi di balik dunia glamor dan kekuasaan yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya?Hari itu, ia kembali menemui Adrian. Aria membutuhkan seseorang untuk berbicara, dan Adrian selalu ada, menawarkan ketenangan yang sangat ia butuhkan. Mereka duduk di taman kota, jauh dari keramaian hotel dan kehidupan sehari-hari yang biasa ia jalani. Namun, kali ini, dunia yang ia kenal mulai berputar dalam arah yang sangat berbeda.Adrian: "Aria, aku bisa lihat itu memberatkanmu. Jadi, apa yang kamu putuskan? Apakah kamu akan mengikuti jejak keluargamu, atau tetap bertahan dengan hidup yang sudah kamu jalani?"Aria menghela napas panjang, memandangi langit biru yang terliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Rahasia sang Pewaris    bab 6 . Pertarungan kekuasaan

    Aria merasa seolah-olah dia berjalan di atas tali yang sangat tipis. Setiap langkahnya membawa ketegangan, tidak hanya di dalam dirinya tetapi juga di sekitarnya. Setelah mendengar kenyataan pahit tentang dirinya, dia memutuskan untuk kembali ke rumah keluarganya, meskipun dia tahu bahwa kehadirannya di sana akan menimbulkan reaksi yang keras dari beberapa anggota keluarga. Namun, ia tidak bisa mundur. Dia harus mengetahui lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa keluarganya begitu takut akan kebenaran.Sesampainya di kediaman keluarga besar itu, Aria disambut dengan pandangan mata yang penuh keraguan dan kebencian dari sebagian besar anggota keluarga. Mereka merasa terancam oleh kehadirannya. Aria bisa merasakan ketegangan yang membara di udara.Aria: (berbisik pada dirinya sendiri) Ini lebih sulit daripada yang kubayangkan. Mereka melihatku sebagai ancaman. Aku harus bertahan, apa pun yang terjadi.Di ruang tamu yang megah, keluarga besar itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Rahasia sang Pewaris    bab 7. Hidup baru dalam Kemewahan dan Tekanan

    Setelah pertemuan yang penuh ketegangan dengan Adrian, Aria merasa langkahnya semakin berat. Ia kini berada di tengah-tengah keluarga besar yang penuh dengan intrik dan rahasia, sebuah dunia yang jauh berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Keluarga ini, dengan segala kemewahan dan status sosialnya, adalah sebuah dunia yang tidak pernah ia bayangkan. Semua ini terasa begitu asing bagi Aria—dunia yang dipenuhi dengan kebohongan, kepalsuan, dan permainan kekuasaan yang rumit.Namun, kenyataan hidup yang harus ia hadapi tak bisa ditolak begitu saja. Aria tidak punya pilihan lain selain beradaptasi, meskipun setiap hari ia merasa semakin tertekan. Keputusan yang diambil oleh keluarganya untuk membawa Aria kembali ke dalam hidup mereka seakan menjadi awal dari sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan besar.Kehidupan sehari-hari di rumah keluarga besar itu sangat berbeda. Segala sesuatunya dilakukan dengan sangat teratur, dengan standar tinggi yang tidak pernah ia ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 8. Jurnal yang terlupakan

    Aria tidak pernah menyangka hidupnya akan berputar begitu cepat. Dari seorang gadis sederhana yang hanya menginginkan hidup tenang, kini ia terperangkap dalam permainan besar yang tidak pernah ia pilih. Setiap langkahnya di rumah megah keluarga ini penuh dengan tekanan, seperti berjalan di atas tali yang rapuh. Ketegangan yang semakin hari semakin meningkat, membuatnya merasa seperti boneka dalam permainan besar yang tidak ia mengerti.Namun, Aria juga tahu satu hal—dia tidak bisa menyerah. Meski ada banyak pertanyaan yang tak terjawab, meski banyak orang yang mencoba menahannya, ia bertekad untuk menemukan kebenaran. Di balik semua kebohongan ini, ada satu rahasia besar yang tersembunyi, dan Aria merasa ia harus menggali lebih dalam, meski itu berarti harus mengungkapkan kebenaran yang bisa menghancurkan semuanya.Malam itu, setelah makan malam yang penuh dengan obrolan yang terlihat biasa, Aria kembali ke kamarnya. Langkahnya berat, dan kepalanya dipenuhi oleh ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 9. Kebenaran yang tersembunyi

    Kehidupan Aria semakin tidak menentu setelah pertemuannya dengan Tante Nadya. Setiap langkah yang ia ambil kini terasa lebih berat, seolah-olah ia berada di tengah medan perang yang penuh dengan jebakan. Tapi, Aria sudah bertekad. Ia tak bisa mundur. Terlebih setelah menemukan jurnal ibunya yang mengungkapkan banyak hal yang tak pernah ia duga.Namun, satu hal yang masih menghantuinya—Adrian. Meski ia sudah berjanji untuk membantu Aria mengungkap kebenaran, semakin lama, semakin banyak hal yang tak sesuai dengan yang Aria harapkan. Ada sesuatu dalam sikap Adrian yang mulai terasa berbeda. Ada yang disembunyikan darinya.Malam itu, setelah makan malam bersama keluarga besar yang penuh ketegangan, Aria memutuskan untuk berbicara dengan Adrian. Ia tidak bisa lagi menahan rasa curiga yang terus menggerogoti hatinya. Adrian, yang dulu tampak begitu tulus membantunya, kini terasa seperti bayangan gelap yang mengintai.Aria: (berbicara dengan suara tegas) "Adrian

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 10. Perebutan Warisan dan Pengkhianatan

    Malam itu, ruang rapat keluarga yang megah diubah menjadi medan perang kata-kata. Semua anggota keluarga Ardian berkumpul, masing-masing dengan agenda tersembunyi di balik senyum palsu dan penampilan sopan mereka. Pembicaraan yang awalnya tampak formal tentang masa depan perusahaan dengan cepat berubah menjadi argumen penuh intrik dan saling tuduh.Aria duduk di ujung meja, matanya menyapu wajah-wajah yang tampak berapi-api. Ia tahu bahwa kehadirannya sebagai pewaris sah yang baru ditemukan menjadi ancaman besar bagi banyak orang di ruangan itu.Paman Edwin: (berdiri dengan nada keras) "Kita harus realistis! Perusahaan ini butuh pemimpin yang berpengalaman, bukan seorang gadis muda yang tidak tahu apa-apa tentang bisnis!"Tante Nadya: (mengangguk setuju) "Aku setuju! Bagaimana mungkin kita menyerahkan warisan keluarga pada seseorang yang bahkan baru saja masuk ke dalam keluarga ini? Dia tidak tahu apa yang dia lakukan!"Aria menggenggam lengan kur

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 11. Langkah Berbahaya

    Beberapa hari kemudian, sebuah pertemuan besar keluarga diadakan untuk membahas masa depan perusahaan. Aria tahu, ini adalah saat di mana setiap pihak akan menunjukkan taring mereka. Ia juga tahu bahwa Paman Edwin tidak akan berhenti mencoba menjatuhkannya. Di ruang rapat, suasana tegang terasa seperti udara panas yang sulit dihirup. Aria duduk di tengah, dikelilingi oleh anggota keluarga yang memandangnya seperti musuh. Tante Nadya: "Aku dengar ada kabar bahwa salah satu proyek perusahaan mengalami kerugian besar. Apakah itu karena kurangnya pengalamanmu, Aria?" Aria mengepalkan tangan di bawah meja, berusaha keras untuk tetap tenang. Aria: "Kerugian itu disebabkan oleh kontrak lama yang ditandatangani sebelum aku masuk ke perusahaan. Aku sedang berusaha menanganinya." Paman Edwin: (menyela) "Ah, alasan klasik. Selalu menyalahkan keputusan masa lalu. Mungkin kamu tidak cocok untuk posisi ini."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.45 Perjalanan menuju venosa

    Pesan dari Masa LaluMalam itu, Aria menerima pesan terenkripsi yang hanya bisa dibuka dengan perangkat miliknya. Saat dia membukanya, layar menunjukkan wajah seseorang yang pernah dia kenal. Ezekiel, mantan mentornya.“Aria,” katanya dengan nada dingin. “Kamu pasti sudah mendengar tentang Aquila Umbra. Kamu tahu apa yang mereka inginkan. Keadilanmu hanya ilusi. Dunia tidak butuh keadilan, tapi kekuatan untuk bertahan hidup.”Aria mengepalkan tangan. “Jadi, ini semua ulahmu?”“Bukan sepenuhnya. Aku hanya menunjukkan bahwa sistem yang kamu percayai itu rapuh. Jika kamu ingin tahu kebenarannya, temui aku di Venosa. Tempat di mana semuanya dimulai.”Pesan itu berakhir. Aria terdiam, pikirannya berputar. Venosa adalah tempat dia memulai pelatihannya bersama Ezekiel, tempat dia pertama kali belajar apa arti keadilan. Tapi sekarang, tempat itu mungkin menjadi medan perang baru.Keputusan BeratKeesokan paginya, Aria berdiri di ruang rap

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.44 Bayangan Yang tersisa

    Malam itu di markas, suasana begitu sunyi. Aria berdiri di balkon, memandang langit yang dipenuhi bintang, pikirannya melayang di antara kekalahan dan harapan. Nathan mendekatinya perlahan, membawa secangkir kopi.“Kau tahu, kehilangan pertarungan bukan berarti kita kalah perang,” ucap Nathan, mencoba menyemangati Aria.Aria mengangguk, namun matanya tetap terpaku ke kejauhan. “Eclipse bukan hanya orang, Nathan. Dia adalah simbol dari sistem yang korup. Meskipun dia lenyap, ideologinya masih tertinggal di dunia ini. Aku hanya takut... bahwa semua ini akan menjadi lingkaran tanpa akhir.”Nathan meletakkan tangannya di bahu Aria. “Lingkaran itu akan berakhir, Aria. Bukan karena sistem yang menyerah, tetapi karena kita tidak akan berhenti melawan.”Harapan BaruKeesokan harinya, sebuah pesan tak terduga tiba di markas mereka. Itu berasal dari seorang anggota Eclipse yang memutuskan untuk membelot. Namanya adalah Elisa, salah satu teknisi utama ya

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.43 Jejak Dalam Kegelapan

    Aria duduk di mejanya, dikelilingi oleh berkas-berkas dan laporan yang berserakan. Sebuah surat tanpa nama tergeletak di atas dokumen-dokumen itu tulisan tangan di atas kertas usang yang hanya berisi satu kalimat: “Kami belum selesai.”Ia meremas surat itu dengan gemetar, tetapi sorot matanya memancarkan api yang tak padam. Aria tahu, meskipun ia berhasil menumbangkan inti dari Nova Umbra, jejak-jejak mereka masih tertinggal. Beberapa figur yang lebih kecil telah lenyap, menyusup ke dalam bayangan, menunggu waktu untuk bangkit kembali.Langkah Pertama: Jejak BaruAria memutuskan untuk menyusuri sumber ancaman itu. Dia meminta bantuan dari Liora, seorang mantan peretas yang pernah terlibat dengan jaringan bayangan tersebut.“Aku bisa membantumu,” kata Liora dengan nada tajam sambil menatap layar laptopnya. “Tapi kau harus tahu, mereka punya mata-mata di mana-mana. Kau harus berhati-hati.”Dengan bantuan Liora, mereka menemukan petunjuk tentang

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.42 Cahaya dibalik bayangan

    Aria duduk di ruang kerjanya, diterangi hanya oleh lampu meja kecil yang sinarnya menari di atas tumpukan dokumen. Meski lelah, matanya tetap penuh semangat. Di layar laptopnya, pesan-pesan dari berbagai penjuru dunia terus berdatangan. Mereka adalah ungkapan dukungan, kisah inspiratif, hingga permintaan tolong dari mereka yang terdampak oleh kekuasaan Umbra.Namun, di tengah semua itu, sebuah email masuk dengan subjek yang membuat darahnya membeku:“Rahasia Terdalam Umbra Bertemu Aku di Tempat Ini.”Pesan itu hanya berisi koordinat, tanpa nama, tanpa petunjuk lain. Meski curiga, Aria tahu bahwa setiap potongan informasi berharga."Ini bisa jadi jebakan," kata Jacob, yang membaca pesan itu di belakangnya."Aku tahu," jawab Aria tegas, "tapi kita tidak akan pernah maju jika selalu bermain aman. Kita harus pergi."Pertemuan MisteriusAria tiba di lokasi yang disebutkan dalam email, sebuah gudang tua di pinggir kota. Jacob dan K

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.41 Bayangan yang masih tersisa

    Pengkhianatan yang TerselubungKetika mereka memutar isi flash drive tersebut, layar menampilkan serangkaian video dan dokumen yang mengungkapkan hubungan rahasia antara beberapa pejabat tinggi dan sisa-sisa Aquila. Lebih mengejutkan lagi, salah satu nama dalam daftar itu adalah seseorang yang selama ini dianggap sekutu Elena.Elena adalah seorang politisi muda yang sering mendukung inisiatif Aria dan bahkan menjadi salah satu pendonor terbesar Foundation for Justice.“Aku tidak percaya,” kata Kira, matanya membelalak melihat bukti-bukti itu.Aria menghela napas dalam. “Kita harus memastikan ini benar sebelum mengambil langkah. Kalau ini jebakan, kita bisa kehilangan segalanya.”Langkah KeberanianAria memutuskan untuk mengonfrontasi Elena secara langsung. Pertemuan itu diatur di sebuah restoran kecil yang jauh dari pusat kota, tanpa kamera dan hanya ditemani oleh Kira yang berjaga di luar.“Elena, aku ingin mendengar langsung dar

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.40 Harapan Baru

    Setelah malam yang panjang, Aria duduk di kantor kecilnya yang baru, jauh dari gemerlap kota dan hiruk-pikuk pertarungan yang telah dia jalani. Tempat ini sederhana, namun di sinilah dia merasa aman, untuk pertama kalinya setelah sekian lama.Dia memegang surat dari korban Aquila yang mengucapkan terima kasih. Surat itu sudah lusuh karena terus dibacanya berulang kali. Pesan itu adalah pengingat bahwa perjuangannya, meskipun pahit, telah memberikan dampak nyata.Menata Ulang KehidupanAria kini mendirikan sebuah organisasi kecil bernama Foundation for Justice, yang bertujuan untuk membantu korban sistem korup dan penindasan. Dia bekerja bersama beberapa orang yang pernah membantunya selama ini Kira, Adrian, dan beberapa sekutu baru yang terinspirasi oleh perjuangannya.“Aria,” kata Kira suatu hari, “kita menerima banyak permintaan bantuan dari berbagai kota. Orang-orang percaya pada kita. Ini lebih dari sekadar kemenanganmu; ini adalah gerakan.”

  • Rahasia sang Pewaris    bab.39 konfrontasi di balik bayangan

    Aria berdiri di balkon markasnya, memandangi cakrawala yang mulai berubah warna menjadi jingga saat matahari terbenam. Di balik luka dan kehilangan yang masih terasa segar, ada secercah harapan yang menyala. Kemenangan memang pahit, tetapi itu bukan tanpa arti.Di atas mejanya, terdapat foto tim yang telah berjuang bersamanya. Beberapa sudah tiada, tetapi kenangan mereka tetap hidup dalam hatinya. Aria menggenggam foto itu erat, seolah bersumpah bahwa pengorbanan mereka tidak akan sia-sia.Surat Tak TerdugaKetika malam tiba, seorang kurir datang membawa amplop hitam yang tidak bertanda. Aria membukanya dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat sebuah surat yang singkat, namun menghantam jantungnya dengan keras:"Kamu mungkin sudah menang melawan Aquila, tapi perang belum selesai. Ada lebih banyak hal yang harus kamu tahu, dan lebih banyak rahasia yang harus terungkap. Jika kamu siap menghadapi kebenaran yang lebih gelap, temui aku di tempat di mana semua

  • Rahasia sang Pewaris    bab.38 Pertempuran terakhir

    Ketika polisi akhirnya tiba, Aria berdiri di luar markas, menyaksikan Alaric dibawa pergi dengan wajah penuh amarah. Adrian berdiri di sampingnya, meskipun lelah dan terluka, tetapi dengan senyum kecil di wajahnya."Ini sudah selesai?" tanya Adrian.Aria menggeleng pelan. "Belum. Ini baru permulaan. Sistem yang melindungi Alaric masih ada. Kita harus terus berjuang."Kira mendekat, membawa laptopnya yang penuh dengan bukti tambahan. "Kita punya segalanya untuk melanjutkan ini. Tapi kau benar, Aria. Perjuangan kita belum selesai."Dengan mata yang menatap jauh ke depan, Aria merasa beban di pundaknya masih berat, tetapi tekadnya semakin kuat."Dunia ini butuh perubahan. Dan aku tidak akan berhenti sampai keadilan benar-benar ditegakkan," katanya, melangkah ke dalam malam yang dingin.Pagi berikutnya, berita tentang penangkapan Alaric dan penggerebekan markasnya memenuhi layar televisi dan portal berita online. Wajah Alaric terpamp

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.37 Jejak ditengah bayangan

    Malam di kota itu tampak lebih dingin dari biasanya. Aria berdiri di atap sebuah gedung tua, memandang kerlap-kerlip lampu yang seolah menjadi saksi bisu perjuangannya. Dalam genggamannya ada dokumen yang telah mengubah segalanya bukti tak terbantahkan tentang kejahatan Alaric.Namun, dia tahu lebih baik daripada merayakan terlalu cepat. Ini bukan kemenangan. Ini hanya jeda.Peringatan dari BayanganPonsel Aria berdering. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Dia menjawab dengan hati-hati, suara di ujung sana langsung membuatnya tegang."Selamat, Aria. Kau berhasil mengambil sesuatu dariku," suara Alaric terdengar santai, namun ada ancaman terselubung di dalamnya. "Tapi jangan salah. Kau baru saja membuka pintu ke neraka.""Aku tidak takut padamu, Alaric," jawab Aria tegas.Dia mendengar tawa kecil di ujung sana. "Kita lihat. Kau telah mengganggu keseimbangan yang lebih besar dari yang kau kira."Panggilan terputus. Namun

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status