Home / Romansa / Rahasia sang Pewaris / Bab. 3 Tuduhan Yang Menghancurkan

Share

Bab. 3 Tuduhan Yang Menghancurkan

last update Last Updated: 2024-11-28 08:42:59

Pagi itu, hotel mewah yang biasanya sibuk dengan kegiatan para tamu VIP, mendadak menjadi kacau. Aria, yang tengah membersihkan lobi, merasa ada sesuatu yang berbeda. Beberapa staf terlihat berlarian, dan suasana di sekitar meja resepsionis tampak tegang.

Rina yang melihat Aria berjalan, menghampirinya dengan wajah cemas.

Rina: "Aria, kamu harus ke ruang VIP sekarang. Ada masalah besar."

Aria merasa kaget dan khawatir. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ia mengikuti instruksi Rina tanpa bertanya lebih lanjut. Setibanya di ruang VIP, Aria melihat sekelompok manajer dan kepala keamanan berkumpul di sekitar meja besar. Seorang wanita cantik, yang sebelumnya ia lihat duduk bersama Adrian, tampak sangat marah. Itu adalah Sofia, yang kali ini tidak mengenakan senyum anggun seperti sebelumnya.

Sofia: "Kalung saya hilang! Ini barang berharga yang tidak bisa saya abaikan!"

Aria menelan ludah. Di meja VIP, sebuah kotak perhiasan yang kosong tergeletak. Kalung berlian itu tidak ada di dalamnya.

Kepala Keamanan: "Sofia, apakah ada orang lain yang masuk ke ruang ini selain Anda?"

Sofia: "Tentu saja tidak. Hanya staf hotel yang datang mengantarkan pesanan, dan salah satunya adalah Aria."

Sofia menunjuk ke arah Aria dengan tatapan tajam.

Sofia: "Dia satu-satunya orang yang mengantarkan pesanan pagi ini, dan saya yakin dia adalah yang terakhir menyentuh meja ini!"

Aria terkejut dan segera mencoba menjelaskan.

Aria: "Nona Sofia, saya hanya mengantarkan sarapan. Saya tidak menyentuh kotak perhiasan itu! Itu adalah barang Anda, saya tidak pernah melihatnya sebelumnya!"

Namun, kata-kata Aria terasa sia-sia. Sofia tampak tidak mau mendengar penjelasan. Wajahnya dipenuhi amarah.

Sofia: "Lihat saja sikapnya! Sering kali orang yang paling tidak terlihat mencurigakan lah yang melakukan hal-hal buruk!"

Aria merasa matanya mulai berkunang-kunang. Tuduhan itu datang begitu cepat, dan ia merasa seolah semua orang di ruangan itu memandangnya sebagai pelaku.

Adrian yang mendengar keributan dari luar, segera masuk ke dalam ruang VIP. Matanya langsung mencari Aria, yang terlihat cemas dan bingung di tengah-tengah kerumunan. Saat ia melihat wajah Sofia yang penuh amarah, dan Aria yang tampak terpojok, ia merasa perasaan yang tidak nyaman.

Adrian: "Apa yang terjadi di sini?"

Sofia: "Adrian, ini masalah besar! Kalung berlian saya hilang, dan saya yakin Aria mencurinya. Dia yang mengantarkan pesanan ke ruang saya pagi ini!"

Adrian menatap Aria sejenak. Tanpa ragu, ia segera berdiri di samping Aria, melindunginya.

Adrian: "Saya tahu Aria, dan saya tahu dia tidak mencuri apa pun. Kalau ada yang tahu bagaimana cara menjaga integritasnya, itu dia."

Kepala Keamanan: "Tuan Adrian, kami harus menyelidiki ini. Kami menemukan bukti bahwa dia berada di dekat meja, dan tidak ada orang lain yang melihat kalung itu setelah dia meninggalkan ruangan."

Adrian mengalihkan pandangannya ke kepala keamanan dengan wajah tegas.

Adrian: "Saya ingin kamu berbicara dengan Aria. Jika dia mengatakan tidak ada, maka saya percaya dia. Saya akan bertanggung jawab jika ternyata ada kesalahan."

Sofia yang mendengar itu semakin kesal.

Sofia: "Apa maksudmu, Adrian? Apakah kamu begitu percaya padanya? Aku merasa sangat tidak nyaman dengan keputusanmu."

Adrian: "Saya tahu Aria tidak akan mencuri, Sofia. Saya akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi saya tidak akan membiarkan dia dijadikan kambing hitam tanpa bukti."

Setelah percakapan yang penuh ketegangan itu, Aria dan Adrian keluar dari ruangan VIP. Aria merasa cemas, tetapi Adrian tetap di sampingnya, memberikan dukungan.

Aria: "Adrian, saya tidak tahu apa yang terjadi! Saya benar-benar tidak mencuri kalung itu. Kenapa Sofia begitu yakin?"

Adrian: "Jangan khawatir, Aria. Saya tahu kamu tidak bersalah. Mungkin ada orang lain yang ingin menjebakmu, atau mungkin Sofia hanya terlalu terbawa emosi."

Aria menghela napas panjang. Rasa cemasnya semakin mendalam.

Aria: "Tapi, jika saya tetap bekerja di sini setelah semua ini, siapa yang akan percaya pada saya? Rina dan yang lainnya pasti sudah berpikir buruk tentang saya."

Adrian: "Jangan terlalu berpikir seperti itu. Saya akan mencari bukti dan memastikan semuanya jelas. Kamu tetap bekerja, dan kamu akan mendapat kesempatan untuk membuktikan dirimu."

Setelah beberapa jam yang menegangkan, pihak keamanan akhirnya menemukan rekaman CCTV yang menunjukkan bahwa kalung itu tidak hilang pada saat Aria berada di ruang VIP. Ternyata, kalung itu hilang beberapa saat setelah Aria meninggalkan ruangan, dan ada seorang tamu lain yang terlihat mencurigakan di dekat meja Sofia.

Dengan bukti itu, Sofia mulai tampak menyesal. Ia tahu bahwa Aria tidak bersalah, tetapi merasa malu dengan sikap terburu-burunya.

Sofia: "Aria... saya minta maaf. Saya tidak seharusnya menuduhmu begitu saja."

Aria hanya tersenyum tipis, meskipun hatinya masih diliputi rasa kecewa.

Aria: "Tidak masalah, Nona Sofia. Saya mengerti jika Anda terkejut. Yang penting adalah masalah ini sudah selesai."

Adrian yang mendengar percakapan itu mendekat dan tersenyum bangga pada Aria.

Adrian: "Lihat? Saya sudah bilang kamu tidak bersalah. Kamu lebih dari mampu untuk menghadapinya."

Aria mengangguk, meskipun ia tahu perasaan sakit hati dan ketidakadilan itu tidak akan mudah hilang. Namun, dalam hatinya, ada sebuah perasaan baru yang muncul—kepercayaan diri yang lebih kuat berkat dukungan Adrian.

Malam itu, setelah kejadian yang mengguncang, Aria kembali ke kamarnya, berpikir tentang segala yang baru saja terjadi. Adrian benar, ia memang perlu lebih mempercayai dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan untuk tetap teguh pada kebenaran.

Keesokan harinya, setelah kejadian yang mengerikan semalam, suasana di hotel kembali seperti semula. Namun, bagi Aria, hari itu terasa berbeda. Setiap langkahnya di koridor hotel terasa berat, seolah-olah semua orang memandangnya dengan tatapan penuh kecurigaan. Meskipun masalah dengan kalung Sofia sudah selesai dan terungkap bahwa dia tidak bersalah, bayang-bayang tuduhan itu masih menggelayuti hatinya.

Aria berjalan menyusuri lorong menuju ruang kantornya. Di belakangnya, Rina berjalan cepat, tampak lebih tenang dari sebelumnya.

Rina: "Aria, aku tahu kamu pasti merasa cemas. Tapi percayalah, kejadian kemarin sudah berlalu. Semua sudah terungkap, dan kamu sudah dibersihkan dari tuduhan itu."

Aria hanya mengangguk pelan, meskipun hatinya masih terasa berat.

Aria: "Aku tahu, Rina. Tapi, setiap kali aku berjalan di hotel ini, rasanya seperti aku masih bisa merasakan pandangan orang-orang yang meragukan aku. Ada sesuatu yang membekas, sesuatu yang tidak bisa dihapus begitu saja."

Rina menghentikan langkahnya dan menatap Aria dengan serius.

Rina: "Aku mengerti perasaanmu. Tapi ingat, kamu punya banyak orang yang mendukungmu, termasuk Adrian. Dia sudah membuktikan bahwa dia benar-benar percaya padamu. Itu sangat penting, Aria."

Aria menghela napas panjang.

Aria: "Aku tahu, Rina. Adrian selalu ada untukku, tapi aku merasa dia mungkin hanya ingin melindungiku karena dia terlalu baik. Aku takut, apa yang terjadi kemarin bisa mempengaruhi hubungan kami."

Rina: "Jangan berpikir begitu. Kalau Adrian sudah memilih untuk mendukungmu, itu berarti dia percaya pada dirimu. Tidak ada yang bisa mengubah itu."

Tiba-tiba, suara Adrian terdengar dari belakang.

Adrian: "Kamu benar, Rina. Dan untuk kamu, Aria, jangan biarkan hal kecil menghalangi perjalananmu. Kalau ada orang yang berusaha menjatuhkanmu, biarkan mereka. Yang terpenting adalah bagaimana kita bangkit dan melanjutkan langkah kita."

Aria menoleh dan tersenyum tipis.

Aria: "Terima kasih, Adrian. Aku... aku akan berusaha."

Namun, meskipun Adrian berbicara dengan penuh keyakinan, Aria merasa bahwa ada sesuatu yang belum sepenuhnya terungkap. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kalung Sofia yang hilang—sesuatu yang mengancam tidak hanya dirinya, tetapi juga posisi Adrian di hotel itu.

Sofia sudah mulai kembali bekerja setelah kejadian kemarin, namun sikapnya masih dingin dan terkesan tidak nyaman. Ia selalu menghindari kontak mata dengan Aria, dan sepertinya mencoba menjaga jarak. Namun, Aria merasa ada hal yang mengganjal dalam sikap Sofia. Apakah ini hanya perasaan Aria, ataukah ada lebih banyak yang disembunyikan?

Pagi itu, saat Aria tengah membersihkan meja di ruang lobi, ia mendengar bisikan-bisikan dari beberapa staf lainnya. Sofia kembali datang ke hotel dengan seorang pria yang tampak misterius. Pria itu mengenakan jas hitam dan kacamata gelap, serta berbicara dengan Sofia dengan nada yang serius. Aria mencoba untuk tidak memperhatikan, tetapi hatinya tetap tergelitik. Ada sesuatu yang tidak beres.

Kemudian, tanpa sengaja, Aria mendengar percakapan singkat antara Rina dan Sofia.

Sofia: "Aku tidak bisa membiarkan masalah ini berakhir begitu saja. Kalung itu hilang, dan aku yakin Aria terlibat. Apa yang akan kamu lakukan untuk membantuku?"

Rina: "Sofia, kamu tahu apa yang harus dilakukan. Jangan biarkan masalah ini merusak semuanya. Tetapi ingat, ada lebih banyak hal yang perlu kita jaga. Adrian sudah sangat melindunginya, dan itu bisa berisiko bagi kita semua."

Aria terkejut mendengar percakapan itu. Ia merasa seolah ada permainan yang lebih besar yang sedang terjadi. Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Sofia? Dan bagaimana Rina terlibat dalam semua ini?

Dengan hati yang penuh kebingungan, Aria memutuskan untuk mendekati Adrian. Ia ingin mendapatkan jawaban yang pasti, meskipun ia tahu bahwa ini bisa berisiko besar.

Setelah beberapa jam, Aria akhirnya menemukan Adrian di ruang kerjanya. Pintu terbuka sedikit, dan Aria ragu sejenak. Namun, dorongan perasaan membuatnya melangkah maju dan mengetuk pintu.

Aria: "Adrian... kita perlu bicara."

Adrian yang sedang duduk di depan meja kerjanya menoleh.

Adrian: "Tentu, ada apa?"

Aria masuk dan duduk di hadapannya, merasakan ketegangan yang menyelimuti ruangan itu.

Aria: "Aku mendengar percakapan antara Sofia dan Rina tadi. Mereka sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Aku... aku merasa ada yang tidak beres."

Adrian mendengus pelan, lalu menatap Aria dengan tatapan serius.

Adrian: "Apa yang kamu dengar itu memang benar. Ada banyak hal yang tidak diketahui olehmu. Sofia memiliki kepentingan besar di hotel ini, dan beberapa orang lainnya, termasuk Rina, juga terlibat dalam permainan yang lebih besar."

Aria terkejut.

Aria: "Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya terjadi, Adrian?"

Adrian: "Sofia bukan hanya seorang tamu biasa. Dia memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang ingin menggulingkan pengaruh keluargaku di hotel ini. Dan Rina... dia sudah terlibat dalam banyak hal yang mungkin tidak kamu duga."

Aria menatap Adrian, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.

Aria: "Jadi... aku hanya pion dalam permainan besar mereka?"

Adrian menggelengkan kepala.

Adrian: "Tidak, Aria. Kamu lebih dari itu. Kamu tidak tahu betapa pentingnya kamu dalam semua ini. Apa yang terjadi kemarin hanya awal dari sesuatu yang lebih besar. Dan aku berjanji, aku akan melindungimu."

Aria merasa hatinya berdebar. Ia tidak tahu apakah ini adalah awal dari akhir yang buruk atau awal dari perjalanan yang lebih rumit lagi. Namun satu hal yang pasti—ia tidak bisa mundur sekarang. Keputusan untuk tetap berada di sisi Adrian dan berjuang bersama adalah satu-satunya pilihan yang harus diambil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahasia sang Pewaris    Bab 4. Kebenaran yang tersembunyi

    Malam itu, suasana di hotel tampak lebih tenang dari biasanya. Aria duduk di ruang kerjanya, menatap dokumen-dokumen yang tergeletak di meja. Pikiran Aria masih tertuju pada peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir. Semua yang telah terjadi—tuduhan mencuri kalung, Sofia, Rina, dan semua kejadian yang melibatkan Adrian—membuatnya merasa ada sesuatu yang sangat besar sedang dimainkan di balik layar. Namun, ada satu hal yang paling membuatnya bingung: siapa sebenarnya dirinya?Ia selalu merasa terasing, seperti seorang gadis biasa yang terjebak dalam dunia yang jauh lebih besar dari dirinya. Aria sering kali merasa bahwa dirinya tidak benar-benar berada di tempat yang tepat, seolah-olah dirinya dilahirkan untuk hidup dalam dunia yang lebih besar dari pekerjaan sehari-harinya di hotel mewah ini. Meskipun ia berusaha keras untuk menjaga pekerjaan dan keluarganya, hatinya selalu merasa ada sesuatu yang kurang.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka, dan Adrian masuk de

    Last Updated : 2024-11-29
  • Rahasia sang Pewaris    bab 5. Dinasti yang penuh rahasia

    Setelah pertemuan dengan ayahnya, Aria merasa seperti dirinya sedang berada di persimpangan jalan yang penuh tanda tanya. Keputusan-keputusan besar kini harus diambil—ke mana ia akan melangkah, dan apakah ia siap menghadapi kenyataan tentang keluarga yang selama ini ia kira tidak ada? Apa yang sebenarnya terjadi di balik dunia glamor dan kekuasaan yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya?Hari itu, ia kembali menemui Adrian. Aria membutuhkan seseorang untuk berbicara, dan Adrian selalu ada, menawarkan ketenangan yang sangat ia butuhkan. Mereka duduk di taman kota, jauh dari keramaian hotel dan kehidupan sehari-hari yang biasa ia jalani. Namun, kali ini, dunia yang ia kenal mulai berputar dalam arah yang sangat berbeda.Adrian: "Aria, aku bisa lihat itu memberatkanmu. Jadi, apa yang kamu putuskan? Apakah kamu akan mengikuti jejak keluargamu, atau tetap bertahan dengan hidup yang sudah kamu jalani?"Aria menghela napas panjang, memandangi langit biru yang terliha

    Last Updated : 2024-11-30
  • Rahasia sang Pewaris    bab 6 . Pertarungan kekuasaan

    Aria merasa seolah-olah dia berjalan di atas tali yang sangat tipis. Setiap langkahnya membawa ketegangan, tidak hanya di dalam dirinya tetapi juga di sekitarnya. Setelah mendengar kenyataan pahit tentang dirinya, dia memutuskan untuk kembali ke rumah keluarganya, meskipun dia tahu bahwa kehadirannya di sana akan menimbulkan reaksi yang keras dari beberapa anggota keluarga. Namun, ia tidak bisa mundur. Dia harus mengetahui lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa keluarganya begitu takut akan kebenaran.Sesampainya di kediaman keluarga besar itu, Aria disambut dengan pandangan mata yang penuh keraguan dan kebencian dari sebagian besar anggota keluarga. Mereka merasa terancam oleh kehadirannya. Aria bisa merasakan ketegangan yang membara di udara.Aria: (berbisik pada dirinya sendiri) Ini lebih sulit daripada yang kubayangkan. Mereka melihatku sebagai ancaman. Aku harus bertahan, apa pun yang terjadi.Di ruang tamu yang megah, keluarga besar itu

    Last Updated : 2024-12-01
  • Rahasia sang Pewaris    bab 7. Hidup baru dalam Kemewahan dan Tekanan

    Setelah pertemuan yang penuh ketegangan dengan Adrian, Aria merasa langkahnya semakin berat. Ia kini berada di tengah-tengah keluarga besar yang penuh dengan intrik dan rahasia, sebuah dunia yang jauh berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Keluarga ini, dengan segala kemewahan dan status sosialnya, adalah sebuah dunia yang tidak pernah ia bayangkan. Semua ini terasa begitu asing bagi Aria—dunia yang dipenuhi dengan kebohongan, kepalsuan, dan permainan kekuasaan yang rumit.Namun, kenyataan hidup yang harus ia hadapi tak bisa ditolak begitu saja. Aria tidak punya pilihan lain selain beradaptasi, meskipun setiap hari ia merasa semakin tertekan. Keputusan yang diambil oleh keluarganya untuk membawa Aria kembali ke dalam hidup mereka seakan menjadi awal dari sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan besar.Kehidupan sehari-hari di rumah keluarga besar itu sangat berbeda. Segala sesuatunya dilakukan dengan sangat teratur, dengan standar tinggi yang tidak pernah ia ba

    Last Updated : 2024-12-02
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 8. Jurnal yang terlupakan

    Aria tidak pernah menyangka hidupnya akan berputar begitu cepat. Dari seorang gadis sederhana yang hanya menginginkan hidup tenang, kini ia terperangkap dalam permainan besar yang tidak pernah ia pilih. Setiap langkahnya di rumah megah keluarga ini penuh dengan tekanan, seperti berjalan di atas tali yang rapuh. Ketegangan yang semakin hari semakin meningkat, membuatnya merasa seperti boneka dalam permainan besar yang tidak ia mengerti.Namun, Aria juga tahu satu hal—dia tidak bisa menyerah. Meski ada banyak pertanyaan yang tak terjawab, meski banyak orang yang mencoba menahannya, ia bertekad untuk menemukan kebenaran. Di balik semua kebohongan ini, ada satu rahasia besar yang tersembunyi, dan Aria merasa ia harus menggali lebih dalam, meski itu berarti harus mengungkapkan kebenaran yang bisa menghancurkan semuanya.Malam itu, setelah makan malam yang penuh dengan obrolan yang terlihat biasa, Aria kembali ke kamarnya. Langkahnya berat, dan kepalanya dipenuhi oleh ba

    Last Updated : 2024-12-03
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 9. Kebenaran yang tersembunyi

    Kehidupan Aria semakin tidak menentu setelah pertemuannya dengan Tante Nadya. Setiap langkah yang ia ambil kini terasa lebih berat, seolah-olah ia berada di tengah medan perang yang penuh dengan jebakan. Tapi, Aria sudah bertekad. Ia tak bisa mundur. Terlebih setelah menemukan jurnal ibunya yang mengungkapkan banyak hal yang tak pernah ia duga.Namun, satu hal yang masih menghantuinya—Adrian. Meski ia sudah berjanji untuk membantu Aria mengungkap kebenaran, semakin lama, semakin banyak hal yang tak sesuai dengan yang Aria harapkan. Ada sesuatu dalam sikap Adrian yang mulai terasa berbeda. Ada yang disembunyikan darinya.Malam itu, setelah makan malam bersama keluarga besar yang penuh ketegangan, Aria memutuskan untuk berbicara dengan Adrian. Ia tidak bisa lagi menahan rasa curiga yang terus menggerogoti hatinya. Adrian, yang dulu tampak begitu tulus membantunya, kini terasa seperti bayangan gelap yang mengintai.Aria: (berbicara dengan suara tegas) "Adrian

    Last Updated : 2024-12-04
  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 10. Perebutan Warisan dan Pengkhianatan

    Malam itu, ruang rapat keluarga yang megah diubah menjadi medan perang kata-kata. Semua anggota keluarga Ardian berkumpul, masing-masing dengan agenda tersembunyi di balik senyum palsu dan penampilan sopan mereka. Pembicaraan yang awalnya tampak formal tentang masa depan perusahaan dengan cepat berubah menjadi argumen penuh intrik dan saling tuduh.Aria duduk di ujung meja, matanya menyapu wajah-wajah yang tampak berapi-api. Ia tahu bahwa kehadirannya sebagai pewaris sah yang baru ditemukan menjadi ancaman besar bagi banyak orang di ruangan itu.Paman Edwin: (berdiri dengan nada keras) "Kita harus realistis! Perusahaan ini butuh pemimpin yang berpengalaman, bukan seorang gadis muda yang tidak tahu apa-apa tentang bisnis!"Tante Nadya: (mengangguk setuju) "Aku setuju! Bagaimana mungkin kita menyerahkan warisan keluarga pada seseorang yang bahkan baru saja masuk ke dalam keluarga ini? Dia tidak tahu apa yang dia lakukan!"Aria menggenggam lengan kur

    Last Updated : 2024-12-05
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 11. Langkah Berbahaya

    Beberapa hari kemudian, sebuah pertemuan besar keluarga diadakan untuk membahas masa depan perusahaan. Aria tahu, ini adalah saat di mana setiap pihak akan menunjukkan taring mereka. Ia juga tahu bahwa Paman Edwin tidak akan berhenti mencoba menjatuhkannya. Di ruang rapat, suasana tegang terasa seperti udara panas yang sulit dihirup. Aria duduk di tengah, dikelilingi oleh anggota keluarga yang memandangnya seperti musuh. Tante Nadya: "Aku dengar ada kabar bahwa salah satu proyek perusahaan mengalami kerugian besar. Apakah itu karena kurangnya pengalamanmu, Aria?" Aria mengepalkan tangan di bawah meja, berusaha keras untuk tetap tenang. Aria: "Kerugian itu disebabkan oleh kontrak lama yang ditandatangani sebelum aku masuk ke perusahaan. Aku sedang berusaha menanganinya." Paman Edwin: (menyela) "Ah, alasan klasik. Selalu menyalahkan keputusan masa lalu. Mungkin kamu tidak cocok untuk posisi ini."

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.53 Langkah setelah peperangan

    Matahari merangkak naik di cakrawala, menyinari medan perang yang kini dipenuhi dengan sisa-sisa pertempuran yang sengit. Asap masih mengepul dari reruntuhan, dan aroma besi bercampur darah memenuhi udara. Aria berdiri di atas bukit, mengawasi pasukannya yang tersisa. Kemenangan telah mereka raih, tetapi tidak tanpa pengorbanan. Ia melangkah perlahan melewati medan pertempuran yang penuh dengan para prajurit yang terluka dan gugur. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena beban di hatinya. Ia telah memimpin pasukannya menuju kemenangan, namun harga yang harus dibayar sangat tinggi. Jenderal Adira mendekat, wajahnya penuh debu dan luka, tetapi matanya masih menyala dengan semangat. "Kita menang, Aria. Musuh telah mundur sepenuhnya. Kerajaan kita selamat." Aria mengangguk, tetapi hatinya tidak sepenuhnya lega. Ia tahu bahwa perang ini bukanlah akhir, melainkan awal dari per

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.52 Malam sebelum perang

    Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.51 Persiapan peperangan

    Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.50 Bayangan terakhir

    Aria berdiri di tengah ruangan yang remang-remang, menatap peta besar yang terbentang di mejanya. Setiap garis dan tanda merah menandakan pertempuran yang telah ia lewati dan strategi yang harus ia jalankan selanjutnya. Kemenangan atas Ezekiel adalah langkah besar, tapi ia tahu perang belum berakhir.Di luar, hujan turun deras, seolah mencerminkan gejolak dalam hatinya. Telepon di mejanya bergetar, menampilkan nama yang tak asing Lina."Aria, kita punya masalah baru. Ada seseorang yang menggerakkan sisa pasukan Ezekiel di balik layar. Aku baru saja mendapat laporan bahwa kelompok bayangan ini lebih berbahaya dari yang kita duga."Aria mengepalkan tangan. "Siapa mereka?""Kami belum tahu. Tapi mereka disebut 'Ordo Kegelapan'. Mereka bukan hanya sekadar organisasi kriminal biasa. Mereka punya akses ke sistem pemerintahan, hukum, dan bahkan dunia bisnis. Jika kita tidak hati-hati, kemenangan kita bisa berubah menjadi awal dari perang yang lebih besar

  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 49 Bayangan masa depan

    💥 DUNIA PASCA-PERANG 💥Setelah kehancuran Aquila, dunia perlahan kembali stabil. Tapi harga yang harus dibayar sangat besar. Kota-kota hancur, pemerintahan kacau, dan banyak orang kehilangan harapan.Aria, Cassian, Nathan, dan Liora kini menjadi simbol kebangkitan, tetapi mereka tahu… musuh baru bisa muncul kapan saja.Suatu malam, Aria duduk di balkon markas mereka yang baru. Angin malam bertiup lembut, membawa aroma hujan yang masih tersisa. Cassian berjalan mendekat, membawa dua cangkir kopi.☕ “Sulit tidur?” tanyanya, menyerahkan secangkir pada Aria.Aria tersenyum tipis. “Kau juga.”Cassian duduk di sampingnya, menatap langit berbintang. “Kita berhasil… tapi rasanya masih belum selesai.”Aria mengangguk. “Aku juga merasa begitu. Seperti… ada sesuatu yang belum beres.”💡 ROMANTIS, TAPI PENUH TEKANAN 💡Cassian menoleh, mata birunya tajam namun lembut.“Kalau semuanya sudah benar-benar se

  • Rahasia sang Pewaris    48. Bayangan yang Kembali

    Meskipun Stasiun Omega telah hancur dan Ezekiel dikira tewas dalam ledakan itu, dunia masih jauh dari damai. Aria tahu, perang tidak pernah benar-benar berakhir selalu ada seseorang di balik layar, menunggu saat yang tepat untuk mengambil kendali.Suatu malam, saat Aria sedang berada di tempat persembunyian rahasia mereka, sebuah pesan misterius muncul di perangkat komunikasinya."Kau pikir ini sudah selesai? Aku selalu selangkah di depanmu, Aria. Kita akan bertemu lagi. E."Napas Aria tercekat. Tangannya mengepal.Ezekiel masih hidup.Ancaman BaruCassian segera menghubungkan semua sistem keamanan mereka untuk melacak sumber pesan itu. “Ini dikirim dari lokasi terenkripsi. Dia sengaja meninggalkan jejak.”Nathan bersandar di dinding, wajahnya penuh kekhawatiran. “Kalau dia masih hidup, berarti dia punya rencana cadangan.”Aria menatap layar dengan rahang mengeras. “Dia ingin kita tahu. Ini bukan hanya tentang balas

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.47 Jejak dikota Tua

    Malam menyelimuti kota tua Venosa saat Aria, Liora, dan Nathan menyusuri jalanan sempit yang diterangi lampu jalan yang temaram. Koordinat yang mereka terima membawa mereka ke sebuah gedung tua di pinggiran kota, tampak usang namun masih berdiri kokoh di antara bangunan yang runtuh dimakan waktu.Liora menatap layar peta digitalnya. "Ini tempatnya," gumamnya.Nathan mengawasi sekitar dengan gelisah. “Aku tidak suka ini. Terlalu sepi.”Aria mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka tetap waspada. Perlahan, mereka memasuki bangunan itu, menelusuri lorong panjang yang berdebu. Udara di dalam terasa lembap, bercampur dengan aroma logam tua dan kertas yang membusuk.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong. Mereka segera berlindung di balik pilar beton, senjata mereka siap di tangan. Bayangan seseorang muncul dari kegelapan, siluetnya ramping namun bergerak dengan percaya diri.“Tenang. Aku bukan musuh.”Suara it

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.46 Bayangan Dibalik kemenangan

    Misi LautanPagi berikutnya, tim berkumpul di sebuah dermaga kecil. Sebuah kapal selam kecil yang telah mereka modifikasi menunggu mereka di sana. Liora, dengan keahlian navigasinya, sedang memeriksa peralatan terakhir sebelum mereka berangkat.“Kapal ini tidak dirancang untuk misi tempur,” kata Liora sambil mengerutkan alis. “Jika kita ketahuan, kita akan menjadi ikan kecil di tengah hiu.”Aria meletakkan tangannya di bahu Liora. “Kita sudah menghadapi hal-hal yang lebih buruk, Liora. Kita akan melewati ini bersama.”Tim menaiki kapal, dan mereka mulai perjalanan ke lokasi yang tertera di koordinat. Suasana di dalam kapal terasa tegang, tetapi mereka tahu bahwa waktu tidak berpihak kepada mereka.Rahasia di Tengah SamudraSetelah berjam-jam menyelam, mereka akhirnya menemukan lokasi yang dimaksud. Sebuah stasiun bawah laut besar berdiri megah di dasar samudra, dikelilingi oleh penjaga otomatis dan drone bawah air.“Ini

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.45 Perjalanan menuju venosa

    Pesan dari Masa LaluMalam itu, Aria menerima pesan terenkripsi yang hanya bisa dibuka dengan perangkat miliknya. Saat dia membukanya, layar menunjukkan wajah seseorang yang pernah dia kenal. Ezekiel, mantan mentornya.“Aria,” katanya dengan nada dingin. “Kamu pasti sudah mendengar tentang Aquila Umbra. Kamu tahu apa yang mereka inginkan. Keadilanmu hanya ilusi. Dunia tidak butuh keadilan, tapi kekuatan untuk bertahan hidup.”Aria mengepalkan tangan. “Jadi, ini semua ulahmu?”“Bukan sepenuhnya. Aku hanya menunjukkan bahwa sistem yang kamu percayai itu rapuh. Jika kamu ingin tahu kebenarannya, temui aku di Venosa. Tempat di mana semuanya dimulai.”Pesan itu berakhir. Aria terdiam, pikirannya berputar. Venosa adalah tempat dia memulai pelatihannya bersama Ezekiel, tempat dia pertama kali belajar apa arti keadilan. Tapi sekarang, tempat itu mungkin menjadi medan perang baru.Keputusan BeratKeesokan paginya, Aria berdiri di ruang rap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status