Home / Romansa / Rahasia sang Pewaris / bab 7. Hidup baru dalam Kemewahan dan Tekanan

Share

bab 7. Hidup baru dalam Kemewahan dan Tekanan

last update Last Updated: 2024-12-02 08:13:53

Setelah pertemuan yang penuh ketegangan dengan Adrian, Aria merasa langkahnya semakin berat. Ia kini berada di tengah-tengah keluarga besar yang penuh dengan intrik dan rahasia, sebuah dunia yang jauh berbeda dari kehidupannya sebelumnya. Keluarga ini, dengan segala kemewahan dan status sosialnya, adalah sebuah dunia yang tidak pernah ia bayangkan. Semua ini terasa begitu asing bagi Aria—dunia yang dipenuhi dengan kebohongan, kepalsuan, dan permainan kekuasaan yang rumit.

Namun, kenyataan hidup yang harus ia hadapi tak bisa ditolak begitu saja. Aria tidak punya pilihan lain selain beradaptasi, meskipun setiap hari ia merasa semakin tertekan. Keputusan yang diambil oleh keluarganya untuk membawa Aria kembali ke dalam hidup mereka seakan menjadi awal dari sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan besar.

Kehidupan sehari-hari di rumah keluarga besar itu sangat berbeda. Segala sesuatunya dilakukan dengan sangat teratur, dengan standar tinggi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Setiap pagi, Aria dibangunkan oleh pelayan rumah tangga yang dengan sopan menyapanya, "Pagi, Nona Aria. Waktunya sarapan." Ia merasakan betapa hidupnya yang dulu penuh dengan kesederhanaan, kini berubah menjadi sebuah rutinitas yang penuh dengan kemewahan yang serba ada, tetapi seakan mengurungnya dalam sebuah sangkar emas.

Pada suatu pagi, Aria duduk di meja makan besar yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Sejumlah anggota keluarga duduk di sekelilingnya, namun suasana canggung begitu terasa. Mereka memandang Aria dengan tatapan yang sulit dimengerti—ada yang ramah, namun sebagian lainnya memancarkan sikap dingin dan waspada. Aria merasa seperti seorang asing yang sedang dipandang penuh curiga, meskipun ia adalah bagian dari mereka.

Tante Olivia: "Aria, kamu benar-benar sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan kita, ya? Semoga kamu tidak merasa terbebani dengan segala fasilitas yang ada di sini."

Aria: (tersenyum kaku, sedikit tertekan) "Tentu saja, Tante Olivia. Semua ini... baru bagi saya."

Tante Olivia: (tersenyum sinis) "Tentunya, kamu butuh waktu untuk beradaptasi. Dunia ini jauh berbeda dari kehidupanmu sebelumnya, bukan? Jangan khawatir, kamu akan segera terbiasa."

Aria: (mengangguk, namun dalam hati merasa ragu) "Saya akan mencoba."

Di saat itu, Aria merasa betapa perbedaannya dengan dunia yang baru ini begitu mencolok. Kemewahan yang ia lihat di sekelilingnya terasa sangat asing, namun ada sesuatu yang lebih menyakitkan—tekanan yang semakin besar. Kehidupannya kini penuh dengan aturan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Setiap langkahnya diawasi, dan setiap keputusan yang ia buat akan memengaruhi banyak orang. Semua orang di sekitarnya tampak sibuk, masing-masing dengan tujuan tersembunyi.

Aria: (berbicara pada dirinya sendiri) “Apa yang sebenarnya terjadi di balik kemewahan ini? Kenapa keluarga ini begitu penuh dengan rahasia dan kebohongan?”

Pikirannya kembali melayang, mengingat pertemuan terakhirnya dengan Adrian. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Adrian telah bersembunyi di balik topeng yang penuh dengan kebohongan. Namun, ia merasa bingung—Adrian bukan hanya seseorang yang ada di dalam keluarganya, tapi juga seseorang yang membuat hatinya kacau. Cinta ataukah rencana tersembunyi? Aria tidak tahu.

Pagi itu juga, Aria dipanggil oleh Pak Johan, pengacara keluarga yang seringkali terlihat sibuk mengurus berbagai hal terkait bisnis keluarga. Pak Johan datang ke kamarnya dengan wajah serius, membawa dokumen tebal yang berisi berbagai informasi tentang perusahaan keluarga mereka.

Pak Johan: "Nona Aria, saya ingin menjelaskan sedikit mengenai urusan yang sedang berlangsung. Keluarga Anda baru saja memutuskan bahwa Anda akan memegang peran penting dalam masa depan perusahaan kami. Namun, itu bukan keputusan yang mudah, dan Anda perlu memahaminya lebih dalam."

Aria: (bingung) "Peran penting? Apa maksudnya?"

Pak Johan: "Tentu, Anda akan memahami semuanya dalam waktu dekat. Tetapi perlu Anda ketahui, banyak yang akan menguji Anda, Nona Aria. Keluarga ini tidak menerima begitu saja siapa pun yang datang dari luar, meskipun darah Anda mengalir dalam keluarga ini."

Aria: (terkejut) "Tunggu... Anda mengatakan saya akan memegang peran penting di perusahaan ini? Tapi saya... Saya bahkan tidak tahu harus mulai dari mana."

Pak Johan: (menghela napas) "Semua akan dipelajari dengan waktu, Nona Aria. Sabar dan hati-hati, keluarga ini penuh dengan intrik. Anda harus benar-benar berhati-hati."

Aria merasa semakin terbeban dengan semua informasi yang diterimanya. Ia tidak tahu harus percaya pada siapa, atau apakah ia benar-benar siap menghadapi beban ini. Dalam beberapa hari berikutnya, tekanan semakin meningkat. Setiap kali ia berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, ia merasakan ketegangan yang begitu kuat. Beberapa orang mulai memperhatikannya dengan cemas, sementara yang lain menyembunyikan ketidaksukaan mereka di balik senyuman tipis.

Di tengah semua itu, Aria berusaha untuk tetap tenang. Namun, ia mulai merasa ada sesuatu yang sangat tidak beres. Sesuatu yang mengancam, bahkan mungkin berbahaya. Sementara itu, hubungan dengan Adrian semakin rumit. Walaupun ia masih mencoba untuk percaya pada pria itu, Aria merasa ada sesuatu yang mengganjal.

Suatu malam, Aria duduk di balkon kamar pribadinya, menatap langit yang dipenuhi bintang. Ada satu hal yang ia tahu pasti—apapun yang terjadi, ia tidak bisa mundur sekarang. Keluarganya yang dulu hilang dan terlupakan, kini kembali di depan matanya. Tetapi apakah ini benar-benar yang ia inginkan? Ataukah ia telah terjerat dalam permainan besar yang bahkan ia sendiri tidak bisa mengendalikannya?

Aria: (berbisik pada dirinya sendiri) "Apa yang sebenarnya aku inginkan? Apakah aku bisa melawan semua ini dan tetap menjadi diriku sendiri?"

Jawaban atas pertanyaan itu masih samar, namun Aria tahu satu hal—ia akan terus berjuang untuk kebenaran, meskipun harus melawan keluarganya sendiri.

Aria tidak pernah menyangka hidupnya akan berputar begitu cepat. Dari seorang gadis sederhana yang hanya menginginkan hidup tenang, kini ia terperangkap dalam permainan besar yang tidak pernah ia pilih. Setiap langkahnya di rumah megah keluarga ini penuh dengan tekanan, seperti berjalan di atas tali yang rapuh. Ketegangan yang semakin hari semakin meningkat, membuatnya merasa seperti boneka dalam permainan besar yang tidak ia mengerti.

Namun, Aria juga tahu satu hal—dia tidak bisa menyerah. Meski ada banyak pertanyaan yang tak terjawab, meski banyak orang yang mencoba menahannya, ia bertekad untuk menemukan kebenaran. Di balik semua kebohongan ini, ada satu rahasia besar yang tersembunyi, dan Aria merasa ia harus menggali lebih dalam, meski itu berarti harus mengungkapkan kebenaran yang bisa menghancurkan semuanya.

Malam itu, setelah makan malam yang penuh dengan obrolan yang terlihat biasa, Aria kembali ke kamarnya. Langkahnya berat, dan kepalanya dipenuhi oleh banyak pikiran. Ia duduk di tepi ranjang, memandangi cermin besar di depannya. Sejenak, ia merenung, bertanya-tanya apakah ia benar-benar siap menghadapi apa yang akan datang. Semua yang ia rasakan kini hanyalah perasaan bingung, takut, dan cemas. Namun, di tengah ketidakpastian itu, satu suara kecil dalam dirinya terus berkata, "Kamu harus kuat, Aria."

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka pelan. Adrian muncul di ambang pintu, mengenakan setelan hitam yang rapi. Senyum di wajahnya terlihat lebih dingin dari biasanya, meskipun masih ada sedikit kehangatan di matanya.

Adrian: (dengan suara tenang) "Kamu sendirian, Aria?"

Aria: (tersenyum tipis) "Aku selalu sendirian di sini."

Adrian: (menghampiri dan duduk di tepi ranjang) "Aku tahu ini berat, tapi kamu harus bertahan. Banyak orang yang menganggapmu ancaman."

Aria: (memandangnya tajam) "Ancaman? Apa maksudmu, Adrian?"

Adrian: (memperbaiki posisi duduk) "Mereka khawatir. Keluargaku. Mereka tidak tahu apakah kamu akan merusak segala yang sudah mereka bangun."

Aria: (dengan nada datar) "Mereka takut pada saya? Apa aku hanya alat dalam permainan mereka?"

Adrian: (menghela napas) "Tidak, Aria. Ini lebih rumit dari itu. Kamu tahu bahwa di keluarga ini, segalanya penuh dengan politik. Semuanya tentang kekuasaan dan siapa yang menguasainya. Mereka tahu kamu adalah pewaris yang sah, dan itu membuat mereka takut."

Aria: "Kenapa mereka tidak memberitahuku sejak awal?"

Adrian: (memandang ke luar jendela) "Karena mereka tidak ingin kamu mengetahui siapa dirimu. Kamu adalah ancaman yang bisa menghancurkan mereka, Aria. Dan mereka ingin menjaga segalanya tetap seperti yang mereka inginkan."

Aria: (menundukkan kepala, suaranya hampir berbisik) "Aku hanya ingin hidup sederhana. Aku tidak ingin terlibat dalam konflik ini."

Adrian: (dengan suara lembut) "Aku tahu. Tapi kadang hidup tidak memberi kita pilihan. Apa yang kamu lakukan sekarang bukan hanya tentang kamu, Aria. Ini tentang masa depan yang lebih besar, tentang keluarga ini, tentang dinasti yang telah dibangun selama bertahun-tahun."

Ada keheningan yang dalam setelah kata-kata Adrian. Aria bisa merasakan beban yang berat di dadanya. Semua yang telah terjadi, semua yang telah ia pelajari dalam beberapa minggu terakhir, terasa begitu tidak masuk akal dan membingungkan. Ia merasa seperti berada di tengah badai yang tak bisa ia kendalikan.

Aria: (menggigit bibir) "Jadi, jika mereka takut padaku, apakah itu berarti aku harus melawan mereka?"

Adrian: "Tidak. Kamu tidak perlu melawan mereka, Aria. Tetapi kamu harus melawan ketakutan mereka. Kamu harus menunjukkan pada mereka bahwa kamu lebih dari sekedar ancaman."

Aria: (memandang Adrian dengan penuh tanya) "Apa maksudmu?"

Adrian: "Kamu harus mengambil kendali atas hidupmu, Aria. Jangan biarkan mereka memutuskan jalan hidupmu untukmu. Kamu adalah pewaris yang sah. Kamu punya hak untuk memilih apa yang ingin kamu lakukan."

Aria: (diam sejenak, lalu mengangguk pelan) "Aku tahu, Adrian. Tapi aku takut jika aku salah langkah, semuanya akan hancur."

Adrian: (dengan lembut) "Kamu tidak sendiri. Aku ada di sini untuk membantu."

Aria: (melihatnya, ragu) "Tapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau inginkan, Adrian."

Adrian: (dengan senyum tipis) "Aku hanya ingin melihatmu mendapatkan apa yang pantas kamu dapatkan. Jangan biarkan mereka mengendalikanmu."

Aria merasa ada kedalaman di mata Adrian. Sesuatu yang sulit ia baca. Apakah dia benar-benar ingin membantunya, atau ada agenda tersembunyi di balik itu semua? Namun, satu hal yang ia tahu—kehidupan barunya penuh dengan teka-teki yang harus dipecahkan, dan meskipun ia tidak tahu siapa yang bisa dipercaya, ia tidak bisa menyerah begitu saja.

Malam itu, Aria memutuskan untuk mencari jawabannya sendiri. Ia tahu bahwa untuk mengatasi semua ini, ia harus menghadapi masa lalunya yang terlupakan, dan menggali lebih dalam ke dalam dunia keluarga yang kini menjadi takdirnya. Tetapi dengan setiap langkahnya, ia semakin menyadari—dunia yang baru ini tidak hanya penuh dengan kemewahan dan kekuasaan, tetapi juga penuh dengan bahaya yang tak terlihat.

Aria harus memilih jalannya sendiri. Dalam pertempuran yang penuh rahasia ini, apakah ia akan menjadi pemenang ataukah justru korban dari permainan besar yang telah dimulai sejak lama?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahasia sang Pewaris    Bab 8. Jurnal yang terlupakan

    Aria tidak pernah menyangka hidupnya akan berputar begitu cepat. Dari seorang gadis sederhana yang hanya menginginkan hidup tenang, kini ia terperangkap dalam permainan besar yang tidak pernah ia pilih. Setiap langkahnya di rumah megah keluarga ini penuh dengan tekanan, seperti berjalan di atas tali yang rapuh. Ketegangan yang semakin hari semakin meningkat, membuatnya merasa seperti boneka dalam permainan besar yang tidak ia mengerti.Namun, Aria juga tahu satu hal—dia tidak bisa menyerah. Meski ada banyak pertanyaan yang tak terjawab, meski banyak orang yang mencoba menahannya, ia bertekad untuk menemukan kebenaran. Di balik semua kebohongan ini, ada satu rahasia besar yang tersembunyi, dan Aria merasa ia harus menggali lebih dalam, meski itu berarti harus mengungkapkan kebenaran yang bisa menghancurkan semuanya.Malam itu, setelah makan malam yang penuh dengan obrolan yang terlihat biasa, Aria kembali ke kamarnya. Langkahnya berat, dan kepalanya dipenuhi oleh ba

    Last Updated : 2024-12-03
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 9. Kebenaran yang tersembunyi

    Kehidupan Aria semakin tidak menentu setelah pertemuannya dengan Tante Nadya. Setiap langkah yang ia ambil kini terasa lebih berat, seolah-olah ia berada di tengah medan perang yang penuh dengan jebakan. Tapi, Aria sudah bertekad. Ia tak bisa mundur. Terlebih setelah menemukan jurnal ibunya yang mengungkapkan banyak hal yang tak pernah ia duga.Namun, satu hal yang masih menghantuinya—Adrian. Meski ia sudah berjanji untuk membantu Aria mengungkap kebenaran, semakin lama, semakin banyak hal yang tak sesuai dengan yang Aria harapkan. Ada sesuatu dalam sikap Adrian yang mulai terasa berbeda. Ada yang disembunyikan darinya.Malam itu, setelah makan malam bersama keluarga besar yang penuh ketegangan, Aria memutuskan untuk berbicara dengan Adrian. Ia tidak bisa lagi menahan rasa curiga yang terus menggerogoti hatinya. Adrian, yang dulu tampak begitu tulus membantunya, kini terasa seperti bayangan gelap yang mengintai.Aria: (berbicara dengan suara tegas) "Adrian

    Last Updated : 2024-12-04
  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 10. Perebutan Warisan dan Pengkhianatan

    Malam itu, ruang rapat keluarga yang megah diubah menjadi medan perang kata-kata. Semua anggota keluarga Ardian berkumpul, masing-masing dengan agenda tersembunyi di balik senyum palsu dan penampilan sopan mereka. Pembicaraan yang awalnya tampak formal tentang masa depan perusahaan dengan cepat berubah menjadi argumen penuh intrik dan saling tuduh.Aria duduk di ujung meja, matanya menyapu wajah-wajah yang tampak berapi-api. Ia tahu bahwa kehadirannya sebagai pewaris sah yang baru ditemukan menjadi ancaman besar bagi banyak orang di ruangan itu.Paman Edwin: (berdiri dengan nada keras) "Kita harus realistis! Perusahaan ini butuh pemimpin yang berpengalaman, bukan seorang gadis muda yang tidak tahu apa-apa tentang bisnis!"Tante Nadya: (mengangguk setuju) "Aku setuju! Bagaimana mungkin kita menyerahkan warisan keluarga pada seseorang yang bahkan baru saja masuk ke dalam keluarga ini? Dia tidak tahu apa yang dia lakukan!"Aria menggenggam lengan kur

    Last Updated : 2024-12-05
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 11. Langkah Berbahaya

    Beberapa hari kemudian, sebuah pertemuan besar keluarga diadakan untuk membahas masa depan perusahaan. Aria tahu, ini adalah saat di mana setiap pihak akan menunjukkan taring mereka. Ia juga tahu bahwa Paman Edwin tidak akan berhenti mencoba menjatuhkannya. Di ruang rapat, suasana tegang terasa seperti udara panas yang sulit dihirup. Aria duduk di tengah, dikelilingi oleh anggota keluarga yang memandangnya seperti musuh. Tante Nadya: "Aku dengar ada kabar bahwa salah satu proyek perusahaan mengalami kerugian besar. Apakah itu karena kurangnya pengalamanmu, Aria?" Aria mengepalkan tangan di bawah meja, berusaha keras untuk tetap tenang. Aria: "Kerugian itu disebabkan oleh kontrak lama yang ditandatangani sebelum aku masuk ke perusahaan. Aku sedang berusaha menanganinya." Paman Edwin: (menyela) "Ah, alasan klasik. Selalu menyalahkan keputusan masa lalu. Mungkin kamu tidak cocok untuk posisi ini."

    Last Updated : 2024-12-24
  • Rahasia sang Pewaris    Bab.13 Jejak Luka dan Kebangkitan

    Malam telah larut ketika Aria duduk di balkon kamarnya, memandangi langit penuh bintang. Angin malam yang sejuk tidak mampu menghalau perasaan berat yang menyesakkan dadanya. Konflik di keluarganya semakin memanas, dan kini setiap langkahnya dipenuhi bahaya. Namun, ada sesuatu yang membuatnya bertahan—keinginan untuk membela nama ibunya dan menemukan keadilan di tengah intrik ini. Ketika ia tenggelam dalam pikirannya, Adrian datang menghampiri. Wajahnya tegang, matanya penuh kekhawatiran. Adrian: "Aria, aku baru saja mendapat kabar bahwa Edwin akan mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa anggota dewan besok malam. Mereka mungkin akan mengambil langkah untuk menyingkirkanmu secara permanen." Aria menatap Adrian dengan penuh pertanyaan. Aria: "Permanen? Apa maksudmu?" Adrian: (menghela napas) "Bukan hanya posisimu di keluarga ini yang mereka incar, tapi juga keselamatanmu. Aku mendengar bahwa Edwin tidak akan berhenti sampai kamu benar-benar hilang dari kehidupannya." Wajah A

    Last Updated : 2024-12-24
  • Rahasia sang Pewaris    Bab.12 Rencana Balasan

    Malam semakin larut, tetapi Aria tidak bisa memejamkan mata. Ruang kerjanya yang kecil di mansion keluarga itu dipenuhi dengan dokumen dan catatan. Setelah serangan yang hampir merenggut nyawanya, ia menyadari bahwa pertarungan ini tidak hanya tentang perebutan warisan ini adalah perang untuk membuktikan dirinya. Dengan jurnal ibunya yang terbuka di meja, ia mulai menyusun rencana untuk melawan musuh-musuhnya. Adrian duduk di sofa di sudut ruangan, mengamati Aria yang sibuk. Setelah sekian lama, ia akhirnya berbicara. Adrian: "Kamu tidak bisa melawan Edwin sendirian, Aria. Dia licik, dan dia punya koneksi yang jauh lebih kuat dari yang kamu bayangkan." Aria mengangkat pandangan dari dokumen-dokumennya dan menatap Adrian dengan tajam. Aria: "Aku tahu itu. Tapi aku tidak akan mundur. Jika aku menyerah sekarang, maka aku membiarkan ibuku mati sia-sia. Semua perjuangan ini akan percuma." Adrian: (menghela napas) "Aku tidak mengatakan kamu harus mundur. Tapi

    Last Updated : 2024-12-25
  • Rahasia sang Pewaris    Bab.14 Kebenaran yang membakar

    Sementara itu, hubungan Aria dengan Adrian semakin rumit. Adrian terus mendampinginya, memberikan dukungan dalam urusan perusahaan. Namun, hati kecil Aria terus mempertanyakan kejujuran Adrian, terutama setelah ia mengetahui hubungan Adrian dengan salah satu anggota keluarga.Suatu malam, Aria memutuskan untuk menghadapinya.Aria: "Adrian, aku butuh jawaban jujur darimu. Apa sebenarnya yang kau lakukan di sini? Apa benar kau bekerja untuk keluargaku, atau ada sesuatu yang lain?"Adrian menatap Aria dengan raut wajah campuran antara rasa bersalah dan tekad.Adrian: "Aria, aku tidak akan membohongimu. Awalnya, aku memang dikirim oleh salah satu anggota keluargamu untuk mengawasi langkahmu. Tapi semakin aku mengenalmu, aku tahu bahwa kau berbeda. Aku memilih berada di sisimu karena aku ingin melindungimu."Aria merasa marah sekaligus bingung.Aria: "Bagaimana aku tahu bahwa ini bukan bagian dari rencanamu? Adrian, aku tidak bisa ter

    Last Updated : 2024-12-26
  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 15 Langkah Menuju Balas Dendam

    Ruang rapat dipenuhi oleh suasana tegang yang hampir terasa di udara. Semua anggota keluarga, direktur perusahaan, dan beberapa penasihat kepercayaan telah hadir, duduk di sekitar meja besar dengan tatapan penuh kecurigaan dan ambisi. Aria berdiri di ujung meja, wajahnya tenang, tetapi mata tajamnya menunjukkan bahwa ia telah siap untuk konfrontasi besar ini.Aria: "Terima kasih atas kehadiran kalian di sini. Saya memanggil kalian semua karena ada sesuatu yang harus diselesaikan sekali untuk selamanya."Tatapan Aria menyapu ruangan. Beberapa anggota keluarga, termasuk paman Edwin, duduk dengan ekspresi sinis. Adrian, yang berdiri di belakang Aria, terlihat tenang, tetapi matanya menunjukkan kewaspadaan.Aria: "Selama ini, saya diam menghadapi semua serangan yang ditujukan pada saya baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, saya tidak akan lagi membiarkan siapa pun bermain-main dengan saya, perusahaan ini, atau warisan keluarga saya."Ia m

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.53 Langkah setelah peperangan

    Matahari merangkak naik di cakrawala, menyinari medan perang yang kini dipenuhi dengan sisa-sisa pertempuran yang sengit. Asap masih mengepul dari reruntuhan, dan aroma besi bercampur darah memenuhi udara. Aria berdiri di atas bukit, mengawasi pasukannya yang tersisa. Kemenangan telah mereka raih, tetapi tidak tanpa pengorbanan. Ia melangkah perlahan melewati medan pertempuran yang penuh dengan para prajurit yang terluka dan gugur. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena beban di hatinya. Ia telah memimpin pasukannya menuju kemenangan, namun harga yang harus dibayar sangat tinggi. Jenderal Adira mendekat, wajahnya penuh debu dan luka, tetapi matanya masih menyala dengan semangat. "Kita menang, Aria. Musuh telah mundur sepenuhnya. Kerajaan kita selamat." Aria mengangguk, tetapi hatinya tidak sepenuhnya lega. Ia tahu bahwa perang ini bukanlah akhir, melainkan awal dari per

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.52 Malam sebelum perang

    Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.51 Persiapan peperangan

    Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.50 Bayangan terakhir

    Aria berdiri di tengah ruangan yang remang-remang, menatap peta besar yang terbentang di mejanya. Setiap garis dan tanda merah menandakan pertempuran yang telah ia lewati dan strategi yang harus ia jalankan selanjutnya. Kemenangan atas Ezekiel adalah langkah besar, tapi ia tahu perang belum berakhir.Di luar, hujan turun deras, seolah mencerminkan gejolak dalam hatinya. Telepon di mejanya bergetar, menampilkan nama yang tak asing Lina."Aria, kita punya masalah baru. Ada seseorang yang menggerakkan sisa pasukan Ezekiel di balik layar. Aku baru saja mendapat laporan bahwa kelompok bayangan ini lebih berbahaya dari yang kita duga."Aria mengepalkan tangan. "Siapa mereka?""Kami belum tahu. Tapi mereka disebut 'Ordo Kegelapan'. Mereka bukan hanya sekadar organisasi kriminal biasa. Mereka punya akses ke sistem pemerintahan, hukum, dan bahkan dunia bisnis. Jika kita tidak hati-hati, kemenangan kita bisa berubah menjadi awal dari perang yang lebih besar

  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 49 Bayangan masa depan

    💥 DUNIA PASCA-PERANG 💥Setelah kehancuran Aquila, dunia perlahan kembali stabil. Tapi harga yang harus dibayar sangat besar. Kota-kota hancur, pemerintahan kacau, dan banyak orang kehilangan harapan.Aria, Cassian, Nathan, dan Liora kini menjadi simbol kebangkitan, tetapi mereka tahu… musuh baru bisa muncul kapan saja.Suatu malam, Aria duduk di balkon markas mereka yang baru. Angin malam bertiup lembut, membawa aroma hujan yang masih tersisa. Cassian berjalan mendekat, membawa dua cangkir kopi.☕ “Sulit tidur?” tanyanya, menyerahkan secangkir pada Aria.Aria tersenyum tipis. “Kau juga.”Cassian duduk di sampingnya, menatap langit berbintang. “Kita berhasil… tapi rasanya masih belum selesai.”Aria mengangguk. “Aku juga merasa begitu. Seperti… ada sesuatu yang belum beres.”💡 ROMANTIS, TAPI PENUH TEKANAN 💡Cassian menoleh, mata birunya tajam namun lembut.“Kalau semuanya sudah benar-benar se

  • Rahasia sang Pewaris    48. Bayangan yang Kembali

    Meskipun Stasiun Omega telah hancur dan Ezekiel dikira tewas dalam ledakan itu, dunia masih jauh dari damai. Aria tahu, perang tidak pernah benar-benar berakhir selalu ada seseorang di balik layar, menunggu saat yang tepat untuk mengambil kendali.Suatu malam, saat Aria sedang berada di tempat persembunyian rahasia mereka, sebuah pesan misterius muncul di perangkat komunikasinya."Kau pikir ini sudah selesai? Aku selalu selangkah di depanmu, Aria. Kita akan bertemu lagi. E."Napas Aria tercekat. Tangannya mengepal.Ezekiel masih hidup.Ancaman BaruCassian segera menghubungkan semua sistem keamanan mereka untuk melacak sumber pesan itu. “Ini dikirim dari lokasi terenkripsi. Dia sengaja meninggalkan jejak.”Nathan bersandar di dinding, wajahnya penuh kekhawatiran. “Kalau dia masih hidup, berarti dia punya rencana cadangan.”Aria menatap layar dengan rahang mengeras. “Dia ingin kita tahu. Ini bukan hanya tentang balas

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.47 Jejak dikota Tua

    Malam menyelimuti kota tua Venosa saat Aria, Liora, dan Nathan menyusuri jalanan sempit yang diterangi lampu jalan yang temaram. Koordinat yang mereka terima membawa mereka ke sebuah gedung tua di pinggiran kota, tampak usang namun masih berdiri kokoh di antara bangunan yang runtuh dimakan waktu.Liora menatap layar peta digitalnya. "Ini tempatnya," gumamnya.Nathan mengawasi sekitar dengan gelisah. “Aku tidak suka ini. Terlalu sepi.”Aria mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka tetap waspada. Perlahan, mereka memasuki bangunan itu, menelusuri lorong panjang yang berdebu. Udara di dalam terasa lembap, bercampur dengan aroma logam tua dan kertas yang membusuk.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong. Mereka segera berlindung di balik pilar beton, senjata mereka siap di tangan. Bayangan seseorang muncul dari kegelapan, siluetnya ramping namun bergerak dengan percaya diri.“Tenang. Aku bukan musuh.”Suara it

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.46 Bayangan Dibalik kemenangan

    Misi LautanPagi berikutnya, tim berkumpul di sebuah dermaga kecil. Sebuah kapal selam kecil yang telah mereka modifikasi menunggu mereka di sana. Liora, dengan keahlian navigasinya, sedang memeriksa peralatan terakhir sebelum mereka berangkat.“Kapal ini tidak dirancang untuk misi tempur,” kata Liora sambil mengerutkan alis. “Jika kita ketahuan, kita akan menjadi ikan kecil di tengah hiu.”Aria meletakkan tangannya di bahu Liora. “Kita sudah menghadapi hal-hal yang lebih buruk, Liora. Kita akan melewati ini bersama.”Tim menaiki kapal, dan mereka mulai perjalanan ke lokasi yang tertera di koordinat. Suasana di dalam kapal terasa tegang, tetapi mereka tahu bahwa waktu tidak berpihak kepada mereka.Rahasia di Tengah SamudraSetelah berjam-jam menyelam, mereka akhirnya menemukan lokasi yang dimaksud. Sebuah stasiun bawah laut besar berdiri megah di dasar samudra, dikelilingi oleh penjaga otomatis dan drone bawah air.“Ini

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.45 Perjalanan menuju venosa

    Pesan dari Masa LaluMalam itu, Aria menerima pesan terenkripsi yang hanya bisa dibuka dengan perangkat miliknya. Saat dia membukanya, layar menunjukkan wajah seseorang yang pernah dia kenal. Ezekiel, mantan mentornya.“Aria,” katanya dengan nada dingin. “Kamu pasti sudah mendengar tentang Aquila Umbra. Kamu tahu apa yang mereka inginkan. Keadilanmu hanya ilusi. Dunia tidak butuh keadilan, tapi kekuatan untuk bertahan hidup.”Aria mengepalkan tangan. “Jadi, ini semua ulahmu?”“Bukan sepenuhnya. Aku hanya menunjukkan bahwa sistem yang kamu percayai itu rapuh. Jika kamu ingin tahu kebenarannya, temui aku di Venosa. Tempat di mana semuanya dimulai.”Pesan itu berakhir. Aria terdiam, pikirannya berputar. Venosa adalah tempat dia memulai pelatihannya bersama Ezekiel, tempat dia pertama kali belajar apa arti keadilan. Tapi sekarang, tempat itu mungkin menjadi medan perang baru.Keputusan BeratKeesokan paginya, Aria berdiri di ruang rap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status