Raihan mematikan panggilan telepon dan meletakkan kembali handphone miliknya ke dalam saku, laki-laki yang saat ini mengenakan setelan jas berwarna hitam itu kini mulai melajukan kendaraannya menuju kantornya sendiri.
Butuh waktu perjalanan kurang lebih satu jam dari kantor utama keluarga Buana ke kantor yang sudah Reyhan rintis sejak masih duduk di bangku kuliah tersebut, setibanya di sana Reyhan langsung disambut oleh sekretarisnya sebab hari ini dia memiliki jadwal yang cukup padat.
"Apa kamu sudah siapkan semua berkas yang saya minta?" tanya Reyhan pada sekretarisnya.
"Sudah Pak, sebenar lagi saya akan kirimkan semua berkasnya ke meja Bapak," jawab sekretaris Reyhan.
"Bagus, hari ini jangan ganggu saya sampai jam makan siang dan saat makan siang nanti kita akan bertemu dengan salah satu investor dari Malaysia. Jangan lupa siapkan semua yang di butuhkan untuk rapat kita siang nanti!" seru Reyhan.
"Siap Pak."
Setelah mengatakan itu Reyhan segera masuk ke dalam ruangannya, setibanya di sana Reyhan segera membuka jas dan menggantungkannya pada sebuah kayu gantung tepat di samping kursi kerjanya dan kemudian bersiap untuk mulai dengan aktifitasnya.
Tok tok tok
Terdengar suara pintu diketuk dari luar dan Reyhan segera mempersilahkan sosok di balik pintu untuk masuk. Tak lama kemudian muncul sekretaris Reyhan dengan beberapa berkas di tangannya, sesuai dengan pembicaraan mereka sebelumnya wanita yang berusia sekitar 25 tahun itu datang untuk menyerahkan berkas berkas yang diminta oleh Reyhan.
"Ini semua berkas yang anda minta Pak," kata sekertaris Reyhan yang bernama Lusi.
"Hmm, kamu bisa kembali ke ruanganmu," sahut Reyhan.
"Baik Pak."
Setelah itu Lusi pamit dan wanita dengan kemeja berwarna navy itu pun berlalu keluar dari ruangan atasanya tersebut. Sedangkan Reyhan kini sudah mulai bergelut dengan berkas berkas yang ada di mejanya sambil mengenakan kacamata baca yang membuat tampak semakin berkharisma.
Satu persatu berkas dipelajari oleh Reyhan, setelah semuanya selesai kini Reyhan melihat pada jam tangana yang ada di pergelangan kirinya dan tanpa terasa kini waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 siang. Raihan memutuskan untuk menutup semua berkas tersebut dan bersiap untuk pergi bertemu dengan client yang merupakan investor dari Negeri Jiran.
"Masuk ke dalam ruanganku!" seru Reyhan melalui telepon yang ada di atas mejanya.
Tak lama kemudian Lusi datang ke ruangan Reyhan, wanita dengan rok span yang pendeknya di bawah lutut itu masuk setelah mendapatkan panggilan dari atasannya.
"Apakah semua bahan untuk meeting siang ini sudah selesai disiapkan?" tanya Reyhan pada wanita berambut sebahu itu.
"Sudah Pak, semuanya sudah beres," jawab Lusi.
"Suruh sopir untuk mempersiapkan mobil sekarang , saya akan turun 10 menit lagi!"
"Baik Pak," sahut Lusi sebelum pergi meninggalkan ruangan kerja Reyhan.
Reyhan mengambil jas yang tergantung dan kembali mengenakannya, dia kemudian mengambil handphone yang ada di dalam kantong jas lalu menghubungi seseorang.
"Kamu sedang apa?" tanya Reyhan pada seseorang di seberang sana.
"Aku sedang masak makan siang, apa Mas Reyhan akan pulang untuk makan siang?" jawab seseorang dari seberang sana yang di lanjutkan dengan pertanyaan.
"Hari ini aku ada meeting bersama client di jam makan siang, kamu jangan terlalu lelah dan perbanyak istirahat," kata Reyhan.
"Baik Mas," sahut wanita dari seberang sana yang tidak lain adalah Freya.
Reyhan memang sengaja menghubungi Freya untuk mengabarkan bahwa dia tidak akan makan siang di apartemen, tadi pagi Reyhan sempat mengatakan bahwa dia akan makan setiap hari di apartemen dan meminta istrinya tersebut untuk memasak untuknya.
Entah mengapa Reyhan sangat suka makan masakan Freya, selama ini ibunya jarang sekali memasak karena wanita tersebut ikut bergabung di perusahaan mendampingi sang suami, semua urusan rumah tangga diserahkan kepada para pelayan yang bekerja di rumah keluarga mereka.
Impian Reyhan adalah memiliki keluarga kecil yang sederhana, dia tidak menuntut pasangannya untuk bekerja, dia akan merasa cukup hanya dengan bisa menikmati makanan buatan tangan langsung sang istri dan menghabiskan waktu tidur bersama setiap malam dengan saling berpelukan.
Reyhan kemudian keluar dari ruangannya dan dia melihat sekertarisnya sudah berdiri dengan tas yang berisi berkas berkas untuk pertemuan mereka. Keduanya lalu berjalan keluar kantor di mana mobil sudah disiapkan. Reyhan duduk di kursi belakang seorang diri sedangkan sekertarisnya duduk di kursi depan samping sopir yang sudah bersiap.
Hanya butuh waktu lima belas menit untuk mereka tiba tempat pertemuan karena jaraknya yang dekat dari kantor Reyhan, bersama dengan sekertarisnya Reyhan keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran.
"Coba tanyakan pada sekertaris pak Emran kapan mereka akan tiba!" seru Reyhan sambil duduk.
Saat ini meja yang mereka sudah pesan masih kosong dan rekan kerja Reyhan belum menandakan ciri-ciri kehadirannya.
"Sekertaris Pak Emran bilang mereka sudah tiba di parkiran restoran Pak," kata sekertaris Reyhan tak lama kemudian. Wanita itu baru saja berkirim pesan pada sekertaris client mereka, selama ini komunikasi diantara dua bos besar itu memang lebih sering di lakukan oleh sekertaris masing-masing karena kesibukan atasan mereka.
Tak berselang lama muncul seorang laki-laki yang usianya hampir seumuran dengan Reyhan datang dengan seorang wanita cantik di sampingnya
"Hai Bro maaf aku terlambat, jalanan macet," kata laki-laki tersebut yang tidak lain adalah client mereka Pak Emran.
"Sudah biasa," sahut Reyhan dengan wajah datar.
"Ayolah, kamu masih sama saja seperti dulu, dingin dan bermulut padas," kata Emran sambil duduk di kursi seberang Reyhan bersama sekertaris disebelahnya.
"Aku tidak ingin berbasa basi, di dalam berkas ini ada proposal proyek kerja sama kita. Team kami sudah melakukan survey lokasi dan lain sebagainya, sebentar lagi proyek pembangunan perumahan ini akan segera di mulai dan sebaiknya kamu segera urus semua surat menyurat kerjasama kita," kata Reyhan sambil menyerahkan berkas berwana merah di hadapan Emran.
"Tenang saja, sekertarisku akan mengurus semuanya kurang dari tiga hari. Aku percaya pada analis bisnismu dan aku yakin proyek ini akan untung besar," kata Emran sambil tersenyum.
Reyhan dan Emran adalah teman masa kuliah, mereka cukup dekat karena sama sama kuliah di universitas yang sama di London, mereka juga tinggal di gedung apartemen yang sama dan hanya berbeda lantai saja. Selain karena bahasa mereka yang hampir mirip keduanya juga memiliki hobby yang sama yaitu berkuda.
Reyhan dan Emran sering menghabiskan waktu libur mereka untuk berkuda bersama. Meskipun begitu sifat Reyhan dan Emran bisa di bilang bertentangan, Reyhan yang selalu serius dan acuh tak acuh sedang Emran memiliki jiwa komedi di dirinya serta sifat yang mudah akrab dengan orang yang baru ditemui. Meskipun begitu mereka berteman cukup dekat sebab hanya Reyhan yang kuat mendengarkan ocehan Emran setiap hari begitupun sebaliknya, hanya Emran yang bisa kuat dengan sifat dingin Reyhan.
Mereka berdua makan siang bersama sambil membahas kerjasama mereka, setelah semuanya selesai Reyhan kembali ke kantornya.
***
Di lain tempat Freya saat ini sedang duduk di apartemen sambil menonton televisi, wanita yang sedang hamil muda itu saat ini duduk sambil melihat layar handphone miliknya, namun tiba-tiba Freya dikejutkan dengan suara bel.
"Siapa? Tidak mungkin mas Reyhan kan? Kalau Mas Reyhan sudah pasti dia langsung masuk tanpa harus memencet bel," tanya Freya pada dirinya sendiri.
Freya lalu bergegas ke arah pintu dan mengintip dari layar interkom yang ada di samping pintu.
"Om, om Handoko?" tanya Freya terkejut karena kedatangan papa mertua.
"Saya akan tanggung jawab sama kamu," ucap Reyhan. "Tanggung jawab apa maksud Mas Reyhan?" tanya gadis yang saat ini sedang terbaring di ranjang rumah sakit. "Saya akan tanggung jawab atas anak yang ada di perut kamu Frey." Gadis bernama Freya itu pun terdiam, dia tidak pernah menyangka perkataan itu akan datang dari laki-laki yang kini duduk di sebelah ranjangnya, laki-laki yang selalu kaku dan jarang tersenyum. Bagaimana mungkin Reyhan mengatakan tentang tanggung jawab yang tidak seharusnya dia tanggung, "Nggak perlu Mas, aku bisa menghadapi semuanya sendiri," ucap Freya. Tidak, dia tidak ingin melibatkan orang yang tidak bersalah, dia tidak ingin menyeret orang lain ke dalam masalahnya, dan dia tidak ingin orang lain yang bertanggung jawab atas kesalahannya. "Apa kamu tega membiarkan anak itu lahir tanpa seorang ayah?" tanya Reyhan. "Aku akan mencari jalan keluarnya Mas." "Jalan keluar seperti apa yang kamu maksud? Atau kamu berniat untuk menggugurkan anak yang ada di dalam
Sepanjang malam Freya tidak bisa tidur, hatinya gelisah untuk menghadapi hari esok."Aku harus pergi dari sini," ucap Freya.Wanita dengan rambut hitam lebat itu keluar dari apartemen Reyhan dengan mengendap-endap, berharap tidak akan ada yang melihatnya. Setibanya di luar apartemen Freya langsung berlari, dia tidak membawa apapun selain pakaian yang melekat pada tubuhnya hingga dengan terpaksa dia harus berjalan kaki."Aku harus pergi dari sini, aku tidak mau menikah dengannya," ucap Freya sambil terus berjalan.Tiba-tiba langit mendung dan rintik hujan mulai turun membasahi bumi, Freya berlari mencari tempat berteduh, dia menemukan sebuah bangunan kosong yang sepertinya merupakan bekas warung makan.Freya memasuki bangunan tersebut dan berteduh sambil menunggu hujan reda, namun beberapa waktu kemudian dia mendengar suara langkah kaki mendekat dan dua sosok laki-laki muncul tak lama setelahnya.Dua laki-laki itu tampak terkejut di awal namun sedetik kemudian mereka menyeringai."Wah,
"Nggak apa-apa mas, tidak jadi."Reyhan menyatukan ke dua alisnya kebingungan, namun karena pekerjaan yang banyak membuatnya memutuskan untuk bertanya nanti dan melanjutkan pekerjaannya membaca laporan.Freya pun pamit masuk ke dalam kamarnya, setelah kegundahan sepanjang malam kemarin ditambah dengan makan banyak membuatnya mengantuk."Hoam."Tak butuh waktu lama Freya pun tertidur pulas dan terbangun dengan sebuah tangan yang melingkari tubuhnya."Mas, Mas Reyhan."Freya terkejut saat melihat siapa yang sedang terbaring di sebelahnya, tatapan matanya beralih pada tangan yang melingkari perutnya, tangan berotot yang membuatnya tidak bisa beranjak dari tempat tidur.Gadis dengan baju tidur berbahan satin itu sedikit menggeliat, entah bagaimana caranya Reyhan sudah tidur di sebelahnya sedangkan dia sangat yakin bahwa sore tadi dia tidur sendiri karena merasa kelelahan. Meskipun begitu Freya yang kini masih terbaring seolah terhipnotis oleh wajah teduh di hadapannya, wajah Reyhan yang s
Esok harinya Reyhan benar-benar membawa Freya ke rumah ke dua orang tuanya, hal itu tentu saja membuat Freya sangat gugup, dia bahkan tidak bisa memejamkan matanya semalaman hingga kini kantung mata terlihat jelas di ke dua matanya."Ayo!" ajak Reyhan setibanya mereka di depan rumah.Saat ini mereka masih duduk di mobil milik Reyhan setelah menempuh perjalanan selama satu jam dari apartemen."Mas Reyhan aku takut," ucap Freya lirih."Tidak perlu takut, saya akan menjaga kamu.""Tapi bagaimana jika keluarga Mas Reyhan tidak setuju dengan pernikahan kita?""Itu tidak akan berpengaruh pada apapun, kita sudah resmi menikah dan sudah terdaftar di catatan sipil.""Tapi Mas.""Tidak perlu banyak berpikir, cukup berada di samping saya maka semuanya akan baik-baik saja."Tak ada pilihan lain, kini keduanya pun berjalan masuk ke dalam rumah. Setibanya di sana mereka disambut oleh mbok Darmi, asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumah keluarga Reyhan selama puluhan tahun."Den Reyhan ayo m
"Pertunangan Reyhan dan Bella bisa dibatalkan Pah," ucap Reyhan yang mana membuat papanya semakin marah."Batalkan kamu bilang? Semudah itu kamu membatalkan pertunangan? Ingat Reyhan pertunangan kamu dan Bella itu bukan pertunangan biasa, pertunangan kalian juga mencakup hubungan bisnis ke dua keluarga besar kita, mau di kemanakan muka Papah kalau kamu tiba-tiba membatalkan pertunangan begitu saja. Apalagi kamu tiba-tiba membawa wanita lain sebagai istri kamu. Dan apa tadi kamu bilang, Freya sedang hamil? Bisa-bisanya kamu menghamili anak orang sebelum menikah.""Reyhan minta maaf Pah, tapi Reyhan tidak akan mengubah keputusan Reyhan, dalam waktu dekat Reyhan akan mengatakan semuanya pada Bella dan keluarganya.""Keterlaluan kamu Reyhan, jika kamu terus seperti ini lebih baik kamu angkat kaki dari rumah ini!" usir Handoko.Tanpa menjawab ucapan papanya Reyhan segera keluar dari ruangan tersebut, ketika dia baru saja membuka pintu tiba-tiba dia melihat Freya yang sedang berdiri di depa
"Mari kita bercerai," ucap Freya mengulang perkataannya.Reyhan menatap ke arah wanita yang duduk di kursi sebelahnya, tidak ada tanggapan apa pun dari laki-laki itu atas ucapan yang di lontarkan sang istri terhadap dirinya. Sedangkan di sisi lain Freya masih mencoba memantapkan hatinya agar tidak goyah yang tetap pada pendiriannya untuk bercerai karena tidak ingin menjadi beban untuk Reyhan lebih lama lagi."Ayo keluar!" seru Reyhan setibanya mereka di parkiran apartemen.Freya mengikuti perintah Reyhan dan mereka keluar dari mobil hitam tersebut. Wanita yang rambut di kuncir kuda itu mengikuti langkah Reyhan menuju lift hingga keduanya sampai di unit apartemen milik Reyhan. Sepasang suami istri itu masih saling menutup mulut hingga masuk ke dalam unit apartemen tempat mereka kini tinggal tersebut."Mas Reyhan ayo kita bercerai," ajak Freya lagi setibanya mereka di dalam apartemen sebab Reyhan belum juga memberikan tanggapan apapun atas permintaannya."Lekas mandi dan berganti pakaia