"Mari kita bercerai," ucap Freya mengulang perkataannya.
Reyhan menatap ke arah wanita yang duduk di kursi sebelahnya, tidak ada tanggapan apa pun dari laki-laki itu atas ucapan yang di lontarkan sang istri terhadap dirinya. Sedangkan di sisi lain Freya masih mencoba memantapkan hatinya agar tidak goyah yang tetap pada pendiriannya untuk bercerai karena tidak ingin menjadi beban untuk Reyhan lebih lama lagi."Ayo keluar!" seru Reyhan setibanya mereka di parkiran apartemen.Freya mengikuti perintah Reyhan dan mereka keluar dari mobil hitam tersebut. Wanita yang rambut di kuncir kuda itu mengikuti langkah Reyhan menuju lift hingga keduanya sampai di unit apartemen milik Reyhan. Sepasang suami istri itu masih saling menutup mulut hingga masuk ke dalam unit apartemen tempat mereka kini tinggal tersebut."Mas Reyhan ayo kita bercerai," ajak Freya lagi setibanya mereka di dalam apartemen sebab Reyhan belum juga memberikan tanggapan apapun atas permintaannya."Lekas mandi dan berganti pakaia dan setelah itu kita akan makan malam bersama karena saya belum sempat makan malam!" kata Reyhan tanpa menghiraukan ucapan wanita di hadapannya. Reyhan berjalan masuk ke dalam kamarnya sendiri, meninggalkan Freya yang masih berdiri di ruang tengah dengan wajah frustasi. Meski dengan perasaan kesal namun Freya tetap mengikuti arahan Reyhan untuk mandi dan berganti pakaian.Satu jam kemudian keduanya keluar dari kamar masing-masing dengan pakaian yang sudah berganti dan tubuh yang tampak lebih segar, mereka kemudian mendengar bunyi bel dari pintu depan. Reyhan menghampiri pintu dan membukanya di mana seorang kurir sudah berdiri untuk mengantar makanan yang dia pesan untuk makam malam. "Dengan Bapak Reyhan?" tanya pengantar makanan tersebut."Iya," jawab Reyhan."Ini pesanan anda Pak," kata kurir itu sambil menyerahkan paper bag yang ada di tangannya."Terimakasih."Reyhan kemudian mengambil paper bag tersebut dan membawanya ke dalam setelah menutup pintu. Dibukanya bungkusan makanan itu dan di sajikan ke meja makan, sedangkan Freya berinisiatif untuk mengambil peralatan makan dari dapur."Makan yang banyak, aku dengar ibu hamil membutuhkan asupan nutrisi lebih banyak untuk kesehatan bayinya," kata Reyhan masih dengan wajah datar."Kenapa Mas Reyhan melakukan semua ini untuk saya?" tanya Freya menatap laki-laki yang sedang sibuk menyiapkan makanan di atas meja itu."Tidak ada alasan apapun, saya hanya ingin melakukan semua ini," jawab Reyhan santai."Kenapa mas Reyhan mengorbankan diri untuk saya? Kenapa mas Reyhan menghancurkan masa depan Mas Reyhan hanya untuk wanita seperti saya?" tanya Freya lagi dengan sedikit meninggikan suaranya."Wanita seperti apa yang kamu maksud?" tanya Reyhan balik."Wanita yang tidak ada apa-apanya, wanita yang hamil tanpa suami dan wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya sendiri," jawab Freya dengan nafas yang mulai naik turun."Saya suamimu.""Tapi Mas Reyhan bukan ayah dari anak yang saya kandung.""Lalu apa kamu ingin menikah dengan ayah dari anak yang kamu kandung itu?" tanya Reyhan dengan tatapan yang tajam hingga membuat nyali Freya menciut seketika.Freya terdiam, tidak ada bayangan sedikitpun di benaknya untuk menikah dengan ayah dari benih yang dikandungnya saat ini. Adapun keberadaan anak dalam kandungannya ini hanyalah karena sebuah kesalahan satu malam semata. Semuanya terjadi begitu saja tanpa tahu siapa yang seharusnya disalahkan."Sampai kapan kamu akan terus seperti ini? Kita sudah menikah dan sampai kapanpun saya tidak akan pernah menceraikan kamu," lanjut Reyhan lagi."Tapi bagaimana dengan tunangan Mas Reyhan?" tanya Freya, sungguh dia tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain."Itu biar menjadi urusan saya," jawab Reyhan."Saya tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain," ujar Freya."Tanpa adanya kamu pun semua itu sudah rusak Freya. Saya dan tunangan saya tidak sepemikiran.""Maksud Mas Reyhan?""Saya dan Amanda sudah lama tidak cocok, kami sering cek cok dan kami juga memiliki sifat yang sangat bertentangan. Meski tanpa pernikahan kita saya tetap tidak akan menikahi Amanda.""Lalu bagaimana dengan keluarga Mas Reyhan? Mas Reyhan di usir dari rumah karena menikah dengan saya.""Saya memang tidak tinggal di sana sudah lama.""Tapi papah dan mamah Mas Reyhan tidak menerima pernikahan kita.""Kamu tenang saja, semuanya akan baik baik saja. Lagi pula kamu tahu bagaimana sifat papah dan mamah, meski mereka tampak keras di luar namun mereka sebenarnya baik."Ya, Freya tidak menampik perkataan Reyhan, sebab dia tau bahwa Fatmala dan suaminya memanglah orang yang baik. Freya sudah mengenal keduanya sejak berusia 15 tahun karena kedua orang tua mereka berteman dekat, mereka bahkan sesekali pergi liburan bersama setiap liburan sekolah.***Di tempat lain, saat ini di rumah keluarga Handoko, dia kini Handoko sedang merebahkan diri bersama istrinya di atas kasur empuk mereka. Fatmala kini sudah kembali sehat dan baik baik saja, saat ini sepasang suami istri itu sedang saling berbincang-bincang."Pah, bagaimana cara kita menyampaikan semuanya pada keluarga Amanda?" tanya Fatmala pada suaminya."Papah juga bingung Mah, pertunangan mereka sudah berlangsung cukup lama dan keluarga Amanda pasti akan sangat marah kalau tahu Reyhan tiba tiba sudah menikah dengan wanita lain," jawab Handoko."Bagaimana kalau keluarga mereka marah dan menuntut kita Pah?""Kalau memuntut menurut Papa tidak akan Mah, tapi kemungkinan besar kerjasama keluarga kita yang sudah terjalin lama akan terancam berakhir.""Mamah masih tidak habis pikir dengan Reyhan, bagaimana bisa dia menikah tanpa memberi tahu kita terlebih dahulu? Apalagi setau mamah hubungan Reyhan dan Amanda baik baik saja.""Papah juga sama bingungnya Mah.""Atau jangan jangan Freya menjebak Reyhan Pah? Freya menjebak Reyhan agar dia hamil anak Reyhan dan meminta pertanggung jawaban anak kita.""Papah rasa tidak Mah, kita sama sama tahu bagaimana sifat Freya, dia gadis yang baik dan tidak neko neko. Jika memang Freya hamil anak Reyhan papah yakin itu semua adalah atas dasar suka sama suka.""Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus menerima pernikahan mereka?""Kita lihat saja nanti, yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya untuk menyampaikan berita ini pada keluarga Amanda."Hingga ke esokan harinya Handoko memanggil Reyhan ke kantornya. Reyhan memang memiliki perusahaannya sendiri yang dia bangun sejak kuliah dan kini sudah mulai memiliki nama di duni bisnis, akan tetapi atas permintaan keluarganya perusahaan tersebut digabung menjadi satu atau menjadi anak perusahaan keluarga Handoko yang sudah turun temurun."Ada apa Papah memanggil Reyhan?" tanya Reyhan setibanya di ruangan sang papa."Papah ingin kamu segera menyelesaikan urusan Amanda," jawab Handoko to the point."Baiklah, serahkan semuanya pada Reyhan," kata Reyhan datar."Ingat Reyhan, semua yang kamu lakukan ini pasti memiliki dampak pada perusahaan kita!""Reyhan akan mencari jalan keluarnya Pah.""Papa beri waktu satu minggu, kalau sampai kamu tidak bisa menyelesaikan kekacauan yang sudah kamu buat, jika kamu tidak bisa membereskannya maka jangan salahkan Papah yang akan turun tangan langsung!" seru Handoko."Papa tenang saja, satu minggu lebih dari cukup untuk mengatasi semuanya," ucap Raihan sebelum memutuskan untuk keluar dari ruangan kerja sang papa.Handoko menatap kepergian putranya dengan perasaan kesal, dia tidak menyangka anak yang selama ini dia banggakan akan melakukan hal yang sangat tak terduga yang mana bisa membuat masa depan perusahaannya mengalami kesulitan.Sedangkan Reyhan saat ini sudah berada di mobilnya, dia kembali terngiang akan ucapan sang papah yang memintanya untuk segera mengatasi masalah yang dia buat. Raihan kemudian mengambil handphone nya dari saku dan menghubungi seseorang."Apa kamu ada waktu? Mari bertemu!" kata Reyhan saat panggilan sudah terhubung."Baik, kabari aku saat kamu sudah pulang dan aku akan datang ke apartemenmu," ucap Reyhan setelah mendapatkan jawaban.Raihan mematikan panggilan telepon dan meletakkan kembali handphone miliknya ke dalam saku, laki-laki yang saat ini mengenakan setelan jas berwarna hitam itu kini mulai melajukan kendaraannya menuju kantornya sendiri. Butuh waktu perjalanan kurang lebih satu jam dari kantor utama keluarga Buana ke kantor yang sudah Reyhan rintis sejak masih duduk di bangku kuliah tersebut, setibanya di sana Reyhan langsung disambut oleh sekretarisnya sebab hari ini dia memiliki jadwal yang cukup padat."Apa kamu sudah siapkan semua berkas yang saya minta?" tanya Reyhan pada sekretarisnya."Sudah Pak, sebenar lagi saya akan kirimkan semua berkasnya ke meja Bapak," jawab sekretaris Reyhan."Bagus, hari ini jangan ganggu saya sampai jam makan siang dan saat makan siang nanti kita akan bertemu dengan salah satu investor dari Malaysia. Jangan lupa siapkan semua yang di butuhkan untuk rapat kita siang nanti!" seru Reyhan."Siap Pak."Setelah mengatakan itu Reyhan segera masuk ke dalam ruangannya, setibanya
"Saya akan tanggung jawab sama kamu," ucap Reyhan. "Tanggung jawab apa maksud Mas Reyhan?" tanya gadis yang saat ini sedang terbaring di ranjang rumah sakit. "Saya akan tanggung jawab atas anak yang ada di perut kamu Frey." Gadis bernama Freya itu pun terdiam, dia tidak pernah menyangka perkataan itu akan datang dari laki-laki yang kini duduk di sebelah ranjangnya, laki-laki yang selalu kaku dan jarang tersenyum. Bagaimana mungkin Reyhan mengatakan tentang tanggung jawab yang tidak seharusnya dia tanggung, "Nggak perlu Mas, aku bisa menghadapi semuanya sendiri," ucap Freya. Tidak, dia tidak ingin melibatkan orang yang tidak bersalah, dia tidak ingin menyeret orang lain ke dalam masalahnya, dan dia tidak ingin orang lain yang bertanggung jawab atas kesalahannya. "Apa kamu tega membiarkan anak itu lahir tanpa seorang ayah?" tanya Reyhan. "Aku akan mencari jalan keluarnya Mas." "Jalan keluar seperti apa yang kamu maksud? Atau kamu berniat untuk menggugurkan anak yang ada di dalam
Sepanjang malam Freya tidak bisa tidur, hatinya gelisah untuk menghadapi hari esok."Aku harus pergi dari sini," ucap Freya.Wanita dengan rambut hitam lebat itu keluar dari apartemen Reyhan dengan mengendap-endap, berharap tidak akan ada yang melihatnya. Setibanya di luar apartemen Freya langsung berlari, dia tidak membawa apapun selain pakaian yang melekat pada tubuhnya hingga dengan terpaksa dia harus berjalan kaki."Aku harus pergi dari sini, aku tidak mau menikah dengannya," ucap Freya sambil terus berjalan.Tiba-tiba langit mendung dan rintik hujan mulai turun membasahi bumi, Freya berlari mencari tempat berteduh, dia menemukan sebuah bangunan kosong yang sepertinya merupakan bekas warung makan.Freya memasuki bangunan tersebut dan berteduh sambil menunggu hujan reda, namun beberapa waktu kemudian dia mendengar suara langkah kaki mendekat dan dua sosok laki-laki muncul tak lama setelahnya.Dua laki-laki itu tampak terkejut di awal namun sedetik kemudian mereka menyeringai."Wah,
"Nggak apa-apa mas, tidak jadi."Reyhan menyatukan ke dua alisnya kebingungan, namun karena pekerjaan yang banyak membuatnya memutuskan untuk bertanya nanti dan melanjutkan pekerjaannya membaca laporan.Freya pun pamit masuk ke dalam kamarnya, setelah kegundahan sepanjang malam kemarin ditambah dengan makan banyak membuatnya mengantuk."Hoam."Tak butuh waktu lama Freya pun tertidur pulas dan terbangun dengan sebuah tangan yang melingkari tubuhnya."Mas, Mas Reyhan."Freya terkejut saat melihat siapa yang sedang terbaring di sebelahnya, tatapan matanya beralih pada tangan yang melingkari perutnya, tangan berotot yang membuatnya tidak bisa beranjak dari tempat tidur.Gadis dengan baju tidur berbahan satin itu sedikit menggeliat, entah bagaimana caranya Reyhan sudah tidur di sebelahnya sedangkan dia sangat yakin bahwa sore tadi dia tidur sendiri karena merasa kelelahan. Meskipun begitu Freya yang kini masih terbaring seolah terhipnotis oleh wajah teduh di hadapannya, wajah Reyhan yang s
Esok harinya Reyhan benar-benar membawa Freya ke rumah ke dua orang tuanya, hal itu tentu saja membuat Freya sangat gugup, dia bahkan tidak bisa memejamkan matanya semalaman hingga kini kantung mata terlihat jelas di ke dua matanya."Ayo!" ajak Reyhan setibanya mereka di depan rumah.Saat ini mereka masih duduk di mobil milik Reyhan setelah menempuh perjalanan selama satu jam dari apartemen."Mas Reyhan aku takut," ucap Freya lirih."Tidak perlu takut, saya akan menjaga kamu.""Tapi bagaimana jika keluarga Mas Reyhan tidak setuju dengan pernikahan kita?""Itu tidak akan berpengaruh pada apapun, kita sudah resmi menikah dan sudah terdaftar di catatan sipil.""Tapi Mas.""Tidak perlu banyak berpikir, cukup berada di samping saya maka semuanya akan baik-baik saja."Tak ada pilihan lain, kini keduanya pun berjalan masuk ke dalam rumah. Setibanya di sana mereka disambut oleh mbok Darmi, asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumah keluarga Reyhan selama puluhan tahun."Den Reyhan ayo m
"Pertunangan Reyhan dan Bella bisa dibatalkan Pah," ucap Reyhan yang mana membuat papanya semakin marah."Batalkan kamu bilang? Semudah itu kamu membatalkan pertunangan? Ingat Reyhan pertunangan kamu dan Bella itu bukan pertunangan biasa, pertunangan kalian juga mencakup hubungan bisnis ke dua keluarga besar kita, mau di kemanakan muka Papah kalau kamu tiba-tiba membatalkan pertunangan begitu saja. Apalagi kamu tiba-tiba membawa wanita lain sebagai istri kamu. Dan apa tadi kamu bilang, Freya sedang hamil? Bisa-bisanya kamu menghamili anak orang sebelum menikah.""Reyhan minta maaf Pah, tapi Reyhan tidak akan mengubah keputusan Reyhan, dalam waktu dekat Reyhan akan mengatakan semuanya pada Bella dan keluarganya.""Keterlaluan kamu Reyhan, jika kamu terus seperti ini lebih baik kamu angkat kaki dari rumah ini!" usir Handoko.Tanpa menjawab ucapan papanya Reyhan segera keluar dari ruangan tersebut, ketika dia baru saja membuka pintu tiba-tiba dia melihat Freya yang sedang berdiri di depa