Share

Bab 6. Mari Bertemu

"Mari kita bercerai," ucap Freya mengulang perkataannya.

Reyhan menatap ke arah wanita yang duduk di kursi sebelahnya, tidak ada tanggapan apa pun dari laki-laki itu atas ucapan yang di lontarkan sang istri terhadap dirinya. Sedangkan di sisi lain Freya masih mencoba memantapkan hatinya agar tidak goyah yang tetap pada pendiriannya untuk bercerai karena tidak ingin menjadi beban untuk Reyhan lebih lama lagi.

"Ayo keluar!" seru Reyhan setibanya mereka di parkiran apartemen.

Freya mengikuti perintah Reyhan dan mereka keluar dari mobil hitam tersebut. Wanita yang rambut di kuncir kuda itu mengikuti langkah Reyhan menuju lift hingga keduanya sampai di unit apartemen milik Reyhan. Sepasang suami istri itu masih saling menutup mulut hingga masuk ke dalam unit apartemen tempat mereka kini tinggal tersebut.

"Mas Reyhan ayo kita bercerai," ajak Freya lagi setibanya mereka di dalam apartemen sebab Reyhan belum juga memberikan tanggapan apapun atas permintaannya.

"Lekas mandi dan berganti pakaia dan setelah itu kita akan makan malam bersama karena saya belum sempat makan malam!" kata Reyhan tanpa menghiraukan ucapan wanita di hadapannya. 

Reyhan berjalan masuk ke dalam kamarnya sendiri, meninggalkan Freya yang masih berdiri di ruang tengah dengan wajah frustasi. Meski dengan perasaan kesal namun Freya tetap mengikuti arahan Reyhan untuk mandi dan berganti pakaian.

Satu jam kemudian keduanya keluar dari kamar masing-masing dengan pakaian yang sudah berganti dan tubuh yang tampak lebih segar, mereka kemudian mendengar bunyi bel dari pintu depan. Reyhan menghampiri pintu dan membukanya di mana seorang kurir sudah berdiri untuk mengantar makanan yang dia pesan untuk makam malam. 

"Dengan Bapak Reyhan?" tanya pengantar makanan tersebut.

"Iya," jawab Reyhan.

"Ini pesanan anda Pak," kata kurir itu sambil menyerahkan paper bag yang ada di tangannya.

"Terimakasih."

Reyhan kemudian mengambil paper bag tersebut dan membawanya ke dalam setelah menutup pintu. Dibukanya bungkusan makanan itu dan di sajikan ke meja makan, sedangkan Freya berinisiatif untuk mengambil peralatan makan dari dapur.

"Makan yang banyak, aku dengar ibu hamil membutuhkan asupan nutrisi lebih banyak untuk kesehatan bayinya," kata Reyhan masih dengan wajah datar.

"Kenapa Mas Reyhan melakukan semua ini untuk saya?" tanya Freya menatap laki-laki yang sedang sibuk menyiapkan makanan di atas meja itu.

"Tidak ada alasan apapun, saya hanya ingin melakukan semua ini," jawab Reyhan santai.

"Kenapa mas Reyhan mengorbankan diri untuk saya? Kenapa mas Reyhan menghancurkan masa depan Mas Reyhan hanya untuk wanita seperti saya?" tanya Freya lagi dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Wanita seperti apa yang kamu maksud?" tanya Reyhan balik.

"Wanita yang tidak ada apa-apanya, wanita yang hamil tanpa suami dan wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya sendiri," jawab Freya dengan nafas yang mulai naik turun.

"Saya suamimu."

"Tapi Mas Reyhan bukan ayah dari anak yang saya kandung."

"Lalu apa kamu ingin menikah dengan ayah dari anak yang kamu kandung itu?" tanya Reyhan dengan tatapan yang tajam hingga membuat nyali Freya menciut seketika.

Freya terdiam, tidak ada bayangan sedikitpun di benaknya untuk menikah dengan ayah dari benih yang dikandungnya saat ini. Adapun keberadaan anak dalam kandungannya ini hanyalah karena sebuah kesalahan satu malam semata. Semuanya terjadi begitu saja tanpa tahu siapa yang seharusnya disalahkan.

"Sampai kapan kamu akan terus seperti ini? Kita sudah menikah dan sampai kapanpun saya tidak akan pernah menceraikan kamu," lanjut Reyhan lagi.

"Tapi bagaimana dengan tunangan Mas Reyhan?" tanya Freya, sungguh dia tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain.

"Itu biar menjadi urusan saya," jawab Reyhan.

"Saya tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain," ujar Freya.

"Tanpa adanya kamu pun semua itu sudah rusak Freya. Saya dan tunangan saya tidak sepemikiran."

"Maksud Mas Reyhan?"

"Saya dan Amanda sudah lama tidak cocok, kami sering cek cok dan kami juga memiliki sifat yang sangat bertentangan. Meski tanpa pernikahan kita saya tetap tidak akan menikahi Amanda."

"Lalu bagaimana dengan keluarga Mas Reyhan? Mas Reyhan di usir dari rumah karena menikah dengan saya."

"Saya memang tidak tinggal di sana sudah lama."

"Tapi papah dan mamah Mas Reyhan tidak menerima pernikahan kita."

"Kamu tenang saja, semuanya akan baik baik saja. Lagi pula kamu tahu bagaimana sifat papah dan mamah, meski mereka tampak keras di luar namun mereka sebenarnya baik."

Ya, Freya tidak menampik perkataan Reyhan, sebab dia tau bahwa Fatmala dan suaminya memanglah orang yang baik. Freya sudah mengenal keduanya sejak berusia 15 tahun karena kedua orang tua mereka berteman dekat, mereka bahkan sesekali pergi liburan bersama setiap liburan sekolah.

***

Di tempat lain, saat ini di rumah keluarga Handoko, dia kini Handoko sedang merebahkan diri bersama istrinya di atas kasur empuk mereka. Fatmala kini sudah kembali sehat dan baik baik saja, saat ini sepasang suami istri itu sedang saling berbincang-bincang.

"Pah, bagaimana cara kita menyampaikan semuanya pada keluarga Amanda?" tanya Fatmala pada suaminya.

"Papah juga bingung Mah, pertunangan mereka sudah berlangsung cukup lama dan keluarga Amanda pasti akan sangat marah kalau tahu Reyhan tiba tiba sudah menikah dengan wanita lain," jawab Handoko.

"Bagaimana kalau keluarga mereka marah dan menuntut kita Pah?"

"Kalau memuntut menurut Papa tidak akan Mah, tapi kemungkinan besar kerjasama keluarga kita yang sudah terjalin lama akan terancam berakhir."

"Mamah masih tidak habis pikir dengan Reyhan, bagaimana bisa dia menikah tanpa memberi tahu kita terlebih dahulu? Apalagi setau mamah hubungan Reyhan dan Amanda baik baik saja."

"Papah juga sama bingungnya Mah."

"Atau jangan jangan Freya menjebak Reyhan Pah? Freya menjebak Reyhan agar dia hamil anak Reyhan dan meminta pertanggung jawaban anak kita."

"Papah rasa tidak Mah, kita sama sama tahu bagaimana sifat Freya, dia gadis yang baik dan tidak neko neko. Jika memang Freya hamil anak Reyhan papah yakin itu semua adalah atas dasar suka sama suka."

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus menerima pernikahan mereka?"

"Kita lihat saja nanti, yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya untuk menyampaikan berita ini pada keluarga Amanda."

Hingga ke esokan harinya Handoko memanggil Reyhan ke kantornya. Reyhan memang memiliki perusahaannya sendiri yang dia bangun sejak kuliah dan kini sudah mulai memiliki nama di duni bisnis, akan tetapi atas permintaan keluarganya perusahaan tersebut digabung menjadi satu atau menjadi anak perusahaan keluarga Handoko yang sudah turun temurun.

"Ada apa Papah memanggil Reyhan?" tanya Reyhan setibanya di ruangan sang papa.

"Papah ingin kamu segera menyelesaikan urusan Amanda," jawab Handoko to the point.

"Baiklah, serahkan semuanya pada Reyhan," kata Reyhan datar.

"Ingat Reyhan, semua yang kamu lakukan ini pasti memiliki dampak pada perusahaan kita!"

"Reyhan akan mencari jalan keluarnya Pah."

"Papa beri waktu satu minggu, kalau sampai kamu tidak bisa menyelesaikan kekacauan yang sudah kamu buat, jika kamu tidak bisa membereskannya maka jangan salahkan Papah yang akan turun tangan langsung!" seru Handoko.

"Papa tenang saja, satu minggu lebih dari cukup untuk mengatasi semuanya," ucap Raihan sebelum memutuskan untuk keluar dari ruangan kerja sang papa.

Handoko menatap kepergian putranya dengan perasaan kesal, dia tidak menyangka anak yang selama ini dia banggakan akan melakukan hal yang sangat tak terduga yang mana bisa membuat masa depan perusahaannya mengalami kesulitan.

Sedangkan Reyhan saat ini sudah berada di mobilnya, dia kembali terngiang akan ucapan sang papah yang memintanya untuk segera mengatasi masalah yang dia buat. Raihan kemudian mengambil handphone nya dari saku dan menghubungi seseorang.

"Apa kamu ada waktu? Mari bertemu!" kata Reyhan saat panggilan sudah terhubung.

"Baik, kabari aku saat kamu sudah pulang dan aku akan datang ke apartemenmu," ucap Reyhan setelah mendapatkan jawaban.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status