Home / Rumah Tangga / Rahasia Sang Dokter / Ch. 80 Sepasang Mata

Share

Ch. 80 Sepasang Mata

last update Last Updated: 2022-10-11 15:14:05

"Jadi apakah nanti kalo aku punya anak kembar perempuan, aku akan dibuat pusing karena masalah rebutan gincu?" tanya Adam dari balik kemudi.

Mereka sedang dalam perjalanan menuju sebuah mall di tengah kota, hendak memberi sebuah hadiah manis untuk Reval yang akan berkunjung besok.

"Ya nggak cuma rebutan gincu aja sih. Rebutan kamar, saling berebut barang-barang lucu satu sama lain, bahkan kadang masalah sendok buat makan pun kami rebutan." jelas Aline yang nampak senyam-senyum mengingat momen absurb-nya bersama Aleta.

"Astaga, tujuannya apa coba?" Adam terkekeh, tidak habis pikir dengan apa yang barusan dijelaskan oleh sang istri.

"Ya tujuannya cari ribut. Kita suka aja ribut terus bikin mama sama papa pusing. Seru gitu dan kalau nggak ribut barang sehari, rasanya kayak ada yang kurang!

Tawa mereka kembali pecah. Mereka kompak tertawa bersama-sama. Sebuah tanda dan bukti bahwa masalah di antara mereka sudah tidak ada lagi. Bahwa mereka kini lebih dekat dan hangat dari sebelumnya.

"Bay
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
mata jahat itu kyaknya
goodnovel comment avatar
Firly Muhammad
apakah itu mata jeki???
goodnovel comment avatar
Iin Rahayu
siapa lg yg ngawasi mereka?....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 81 Sepasang Mata (2)

    “Kamu yakin beli sebanyak itu, Sayang?” tanya Adam sambil menatap sang istri dengan tatapan terkejut.Aline hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Ia segera menyodorkan mainan-mainan itu ke meja kasir dan memberi kode pada Adam untuk segera membuka dompet dan menyelesaikan pembayaran.“Bakal seneng banget tuh bocah.” gumam Adam sambil merogoh dompetnya.“Sejenis sogokan sih, aku yakin dia nanti bakalan terkejut dan bingung ketika harus berkenalan dengan istri papanya ini.” Aline menerima kartu berwarna hitam itu dari tangan Adam, menggenggam kartu itu di tangan sambil menatap barang belanjaannya yang tengah dihitung oleh petugas kasir.“Cepat atau lambat memang dia harus tau sih. Ya walaupun di usianya yang sekarang tentu dia belum bisa paham.” Adam mendesah, ia kembali merangkul pinggang sang istri, tidak peduli pada banyak orang yang ada di sekitar mereka.Adam hanya merangkul pinggang istrinya, tidak sedang mencumbunya di tempat ini!“Ia bahkan belum pernah lihat bapaknya, ya? Di

    Last Updated : 2022-10-13
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 82 Dinner

    “Mandi dan siap-siap, nggak lupa, kan, kalo nanti mama sama papa mau kesini?” mobil Adam sudah berhenti di depan halaman rumah, mereka sudah kembali dari perburuan mencari hadiah untuk Reval besok sore.“Nggak bakalan lupa dong, Sayang!” Aline tersenyum, ia melepaskan seat belt, hendak melangkah turun ketika tangan Adam mencengkeram lengannya.“Mainannya di bawa ke kamar, ya? Takut mama liat dan tanya aneh-aneh.”Kepala Aline terangguk, tentu ia paham dengan maksud di balik perintah yang Adam berikan ke padanya. Cengkeraman tangan itu melonggar, membuat Aline lantas melangkahkan kaki turun setelah membuka pintu mobil. Ia segera mengambil belanjaan yang dia letakkan di bagasi, membawa tas-tas itu masuk ke dalam sesuai perintah yang Adam berikan kepadanya.“Mbak ... ini beneran nanti ibu besar mau kesini?” mak Surati langsung menyambut kedatangan Aline, wajahnya nampak penasaran dengan pertanyaan yang baru saja dia tanyakan.“Iya bener, Mak. Udah siap, kan? Seadanya aja. Mama juga sih n

    Last Updated : 2022-10-14
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 83 Deal!

    Acara makan malam sudah selesai. Ruang tengah di lantai atas lah yang menjadi tempat yang dipilih Budi dan Erma untuk duduk menikmati secangkir teh hangat sambil bercengkrama dengan anak dan menantunya.Budi tidak bisa memungkiri bahwa ia begitu bahagia melihat bagaimana Adam dan Aline yang sekarang ini. Raut dan sorot mata mereka menunjukkan bagaimana mereka begitu bahagia dengan pernikahan mereka, tidak peduli kemarin sempat terjadi kesalahpahaman yang membuat keduanya hampir saja tercerai-berai.“Nah Dam ... Lin, mama sama papa kemari itu bukan cuma buat ngungsi makan aja, ada sesuatu yang pengen kami bicarakan dengan kalian.” Jelas Budi setelah meletakkan cangkir di atas meja.“Ah ... papa bahasanya, ngungsi makan katanya!” Adam terkekeh, ia sendiri sudah duduk di sebelah sang istri. “Papa lupa kalau hampir seumur hidup Adam ini, papa sama mama yang kasih makan?”Semua yang ada di sana kompak tertawa, namun tidak lama karena kemudian Budi segera menghentikan tawanya dan menatap ke

    Last Updated : 2022-10-14
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 84 Sweet

    "... Nggak perlu lagi diajarin caranya, kan?"Adam dan Aline kompak terbelalak, jika wajah Aline seketika berubah memerah, maka berbeda dengan suaminya. Adam kontan nyengir lebar, memamerkan gigi rapi nan putih itu pada sang papa. "Ah ... nggak perlu, Pa. Udah jago kok!" jawab Adam yang kontan mendapat hadiah sebuah sikutan di perut dari sang istri. Budi dan Erma kompak terbahak, dengan gemas Budi menepuk bahu anak semata wayangnya yang selalu sukses membuat dia sakit kepala sejak dulu sekali. Bahkan sampai hari ini, rasanya Adam masih menjadi salah satu penyebab Budi sakit kepala berkepanjangan. "Kalo gitu sono dipraktekin, gih! Mama mau punya cucu lebih dari satu." gumam Erma yang makin membuat Aline kikuk setengah mati. "Empat mau, Ma? Atau setengah lusin sekalian? Nggak masalah sih, Aline kan masih muda." kembali sebuah jawaban santai itu keluar dari mulut Adam, membuat Aline melotot dan rasanya ingin menelan suaminya itu bulat-bulat. "Mas!" tukas Aline gemas. "Dikira melahir

    Last Updated : 2022-10-15
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 85 Peraturan Baru!

    Aline mengulurkan tangan, meraih ponsel yang dia letakkan di nakas samping tempat tidur lalu mematikan alarm yang berdering cukup nyaring. Sudah pukul empat pagi! Ini adalah rekor di mana pada akhirnya Aline harus merubah siklus hidupnya.“Padahal lagi enak-enaknya tidur!” desisnya sambil menguap, ia kembali meletakkan ponsel itu ke tempat semula setelah memastikan matanya terbuka sempurna.Pandangan Aline beralih ke arah sang suami, dengan lembut ia mengelus pipi Adam. Dia harus sudah sampai di rumah sakit pukul enam pagi. Oleh karena itu, Aline tentu tidak akan lupa membangunkan suaminya juga agar Adam bisa bersiap-siap dan tidak lupa sarapan.“Mas ... bangun yuk! Udah pagi, loh!” gumam Aline lirih sambil menggoyangkan bahu lelaki itu.Nampak Adam bereaksi. Tubuhnya bergerak, namun rupanya hanya mengubah posisi. Matanya masih terpejam dan ia masih belum terjaga. Aline menghela napas panjang, ia segera bangkit, duduk lalu menarik selimut yang menutupi tubuh Adam.“Mas! Masih pengen j

    Last Updated : 2022-10-28
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 86 Menyebalkan!

    "Mas, ini nggak lucu!"Aline mencebik, wajah yang sudah dia rias tipis dengan make-up tampak begitu masam menatap Adam yang tengah mengenakan kemeja biru, seragam wajib dari rumah sakit. Nampak Adam hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada cermin yang ada di depannya. "Memang nggak lucu, Sayang." komentarnya dengan begitu santai."Ini gede banget, Mas!" kembali protes itu Aline layangkan, seolah-olah hendak menampar Adam agar lelaki itu tersadar dan menyadari masalah yang sejak tadi Aline layangkan kepadanya. "Memang! Kan tadi Mas udah bilang, nggak ada pakaian ketat, oke?" agaknya segala upaya protes yang Aline layangkan tidak berguna sama sekali. Adam tetap pada pendiriannya, tidak berubah sedikitpun. Aline mendesah, andai sana ia tidak kadung janji, Aline tidak akan pergi hari ini! Tapi masalahnya, kan .... "Tapi ini gedenya kebangetan, Mas!" bagaimana tidak? Celana bahan warna hitam yang kini Aline pakai merupakan punya mak Surati! Dengan tubuh Aline yang tinggi dan lang

    Last Updated : 2022-10-30
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 87 Cukup Percaya!

    Aline tersenyum menatap bayangan dirinya di cermin. Celana super besar dan kemeja tadi sudah berganti dengan celana bahan yang pas di badan. Tidak terlalu ketat, tapi juga tidak terlalu besar. Untuk atasan, Aline memilih blouse polos yang dia beri tambahan blazer. "Nah gini kan mendingan!" gumam Aline sambil memutar tubuh di depan cermin. Celana dan kemeja yang tadi dia kenakan, sudah Aline bungkus dengan paper bag dan siap dia bawa pulang kembali. Aline meraih bedak dalam tasnya, menepuk-nepuk spon bedak ke wajah lalu bergegas melangkah keluar dari kamar. "Eh udah ganti kostum?" tanya Aleta yang nampak mengulum senyum. "Bawel! Dah ah pergi dulu!" balas Aline dengan bibir mengerucut. Tawa Aleta pecah, ia kembali terbahak-bahak membuat Aline mempercepat langkahnya. Ia harap sudah tidak ada lagi hal menyebalkan yang terjadi hari ini. Cukup dengan sikap Adam yang terlalu over macam tadi. "Ma, Aline pamit dulu, ya?" pamit Aline yang langsung meraih tangan sang mama. "Udah ganti baj

    Last Updated : 2022-10-31
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 88 Sepasang Mata

    Aline segera turun dari mobil. Ia setengah berlari masuk ke dalam bangunan mewah dengan belasan lantai yang akan menjadi kantornya bekerja.Seraya terus melangkahkan kaki, Aline melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan. Terlambat 15 menit dan itu semua karena Adam, suaminya! "Selama pagi, Bu. Udah ditunggu Bapak di ruangan beliau."Aline tersenyum, ia menganggukkan kepala lalu masuk ke ruang manajemen. Ia harus menyusuri lorong dan naik dengan lift khusus untuk sampai ke ruangan mertuanya itu. "Awas aja kalo pagi-pagi besok masih nyari masalah, ku gepuk!" gerutu Aline mempercepat langkahnya. Ia segera memencet tombol lift begitu sampai di depan pintu lift. Jantung Aline berdegup dua kali lebih cepat, ini adalah kali pertama Aline masuk ke dalam ruangan ini. Pertama kalinya juga untuk Aline kemudian berkerja di tempat yang bahkan tidak pernah hinggap di dalam benak Aline, tidak peduli bapaknya bekerja di industri yang sama. "Ayolah ... jangan ada hal-hal aneh hari in

    Last Updated : 2022-11-01

Latest chapter

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 34

    "Kamu serius?"Bukan pertanyaan lain yang Kelvin lemparkan, ia langsung mencecar Aleta begitu mereka bertemu di depan kantor Aleta. Tidak salah kalau sampai Kelvin masih tidak percaya dengan keputusan yang Aleta buat, pasalnya sejak dulu Aleta selalu menolak permintaan Beni untuk bergabung di perusahaan keluarga dan sekarang? "Bisa kita pending nanti untuk interview-nya? Bantuin dulu dong!" Aleta langsung menarik tangan Kelvin masuk ke gedung. Kelvin pun menurut saja, ia membiarkan Aleta membawanya masuk ke dalam gedung, melangkah ke sofa yang ada di loby gedung. "Tolong bantuin bawa ke mobil, ya?" pinta Aleta dengan seulas senyum manis. Sejenak Kelvin tertegun, ada dua kardus di sana. Kelvin mengalihkan pandangan, menatap Aleta yang masih mengukir senyum manis di wajah. "Ka-kamu beneran resign?" tanya Kelvin seolah masih tidak percaya. Kini tawa Aleta tergelak, ia mencubit gemas pipi Kelvin, membuat Kelvin memekik antara terkejut dan kesakitan dibuatnya. "Kamu pikir aku tadi h

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 33

    "Vin, kamu handle proyek yang ini, ya?"Berkas-berkas itu dihantarkan Beni secara langsung ke mejanya, membuat Kelvin segera meraih dan membacanya dengan saksama. Nilai proyek ini sangat jauh di bawah proyek dengan Irfan, tapi bagi Kelvin, itu bukan masalah yang serius. Selama ia tidak harus sering bertemu dengan lelaki itu, semua lebih dari cukup. "Deal! Kelvin sangat berterimakasih sama Papa." ucap Kelvin sembari tersenyum. Beni balas tersenyum, ia menepuk bahu Kelvin dengan lembut."Sebenarnya Papa ingin kamu tetap di sana, Vin. Nilai proyek dan prospek ke depannya sangat menjanjikan untuk kariermu, tapi sayang...."Kelvin tersenyum, "Tidak apa, Pa. Bukankah ini yang Kelvin minta? Setidaknya keputusan ini tidak membuat Aleta terus menerus khawatir."Beni kembali tersenyum, setuju dengan apa yang Kelvin katakan barusan. Misi visi mereka sama, yaitu membuat Aleta bahagia dan itu sudah mutlak. "Baiklah kalau begitu, Vin. Kamu bisa pelajari dulu untuk proyek baru mu, kalau ada pert

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 32

    "Ke kantor pak Beni, Pak?"Hendra terkejut, hari ini tidak ada jadwal meeting dengan perusahaan Beni, lantas untuk apa Irfan meminta untuk diantarkan ke sana. "Iya, kesana. Emangnya tadi saya bilang kita mau kemana, Hen?"Kalimat tanya yang dilemparkan balik pada Hendra adalah sebuah penegasan bahwa Irfan tidak main-main dengan ucapannya. Hendra menghela napas panjang, ia mengangguk pelan sembari mempersilahkan Irfan melangkah lebih dulu. Hendra kembali teringat pada sosok Kelvin. Apakah Irfan minta diantar ke sana hanya agar bisa melihat Kelvin? Hendra terus memunculkan siluet wajah Kelvin dalam pikiran, memang kalau diperhatikan, ada beberapa bagian wajah yang mirip dengan Irfan. Kalau hanya sekilas, tidak akan ditemukan kemiripan itu, namun kalau diperhatikan dengan saksama, ada wajah Irfan di sana. "Kok ngelamun, Hen? Kenapa?"Pertanyaan itu kontan membuat Hendra tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati mata itu dengan memperhatikan dirinya. "Saya teringat putra Bapak, Pak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 31

    "Astaga!"Beni menghela napas panjang, sementara Aleta, ia bersandar di kursi teras dengan wajah lesu. Selesai sudah ia menceritakan rahasia terbesar dalam hidup Kelvin. Ia sedikit takut sebenarnya, takut Kelvin marah karena Aleta sudah ingkar janji untuk menjaga rahasia ini dari siapapun. Tapi Aleta lakukan ini juga demi Kelvin! "Jadi secara nggak langsung, kamu minta papa tarik Kelvin dari proyek papa sama dia?"Aleta segera menoleh, kepalanya terangguk dengan cepat. Wajahnya berubah, menyorotkan sebuah permohonan. "Tapi belum tentu juga, kan, si Irfan tahu kalau Kelvin ini anak kandung dia, Ta?" wajah Beni nampak ragu. "Pa ... dia udah tahu siapa mama Kelvin, kalaupun sekarang dia belum tahu, cepat atau lambat dia akan tahu!" kekeuh Aleta tidak ingin di bantah. "Coba nanti papa carikan ganti dulu, sebenarnya ini proyek pas banget dan bagus buat Kelvin, Ta." desis Beni lirih. "Nggak bagus kalau nanti dia sampai kenapa-kenapa, Pa! Aku nggak mau itu kejadian!" tegas Aleta mengult

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 30

    "Bagaimana kerjasama mu dengan Beni, Fan? Sudah sampai mana?"Irfan tersentak, ia mengangkat wajah dan mendapati wajah lelaki itu tengah menatap lurus ke arahnya. Dia adalah Setiawan, papa kandung Irfan, orang yang mewariskan segala macam kekayaan dan kekuasaan yang sekarang ada di tangan Irfan. "Baik, Pa. Semua baik. Lusa mungkin kami sudah harus ada di lokasi untuk meninjau dan memantau secara langsung proyek berjalan." jawab Irfan mencoba fokus dan mengenyahkan bayangan Yeni dan Kelvin yang terus bercokol dalam kepalanya. Di meja makan itu tidak hanya ada Irfan dan Setiawan, ada Mery, istri Irfan dan Clarisa, anak bungsu Irfan. Orang-orang ini adalah orang yang tidak boleh tahu, rahasia apa yang selama ini tersimpan, bahwa sebenarnya Irfan memiliki anak lain di luar pernikahannya. "Jangan sampai mengecewakan Beni, papa sudah peringatkan kamu berulang kali, kan? Dia bisa menjadi tonggak supaya perusahaan kita makin kokoh." ucap Setiawan yang entah sudah keberapa kali. Irfan hany

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 29

    "Dia habis nemuin kamu? Serius? Tapi kamu nggak apa-apa kan?" Seketika Aleta panik. Bagaimana tidak kalau calon suaminya ditemui oleh lelaki yang sejak dulu sekali ingin membunuhnya tak peduli dia adalah ayah kandung dari Kelvin. "Emang dia mau ngapain aku sih, Yang? Aku malah takut dia nekat nyari mama, ganggu mama lagi." jelas suara itu risau. "Dia ngomong apa emang?" kejar Aleta penasaran, harusnya tadi dia tidak langsung pulang, jadi dia bisa melihat dan mendengar langsung apa yang lelaki itu katakan pada Kelvin. "Cuma nanya aku bener anak mama apa bukan. Entah dia tahu dari mana, keceplosan juga tadi dia ngomong kalau dia itu dulu temen deket mama." Aleta mendengus perlahan, baru tahu dia kalau Irfan ini orangnya sedikit tidak tahu malu. "Kamu jawab apa? Kamu pura-pura nggak tahu soal rahasia mama sama Irfan, kan?" kekhawatiran mulai menyelimuti hati Aleta, ia benar-benar takut kalau sampai Irfan tega menyakiti Kelvin! "Ya aku berlagak bodoh, sekalian mau mancing reaksi di

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 28

    “Jadi gimana?” cecar Irfan begitu Hendra duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Irfan.Nampak Hendra menghela napas panjang, ia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Hendra nampak fokus pada benda itu beberapa saat sampai kemudian ia menyodorkan ponselnya ke depan Irfan.Dengan segera Irfan meraih ponsel yang disodorkan padanya. Mata Irfan menyipit membaca rentetan data yang ada di sana, hingga kemudian mata itu membelalak ketika membaca nama orang tua dari lelaki yang hendak menikah dengan putri rekan bisnis Irfan.“Ye-Yeni?” tangan Irfan bergetar hebat, ia mengankat wajah, menatap Hendra yang nampak heran melihat perubahan pada wajah Irfan.“Betul, Pak. Itu ibu kandung dari si Kelvin.” jawab Hendra yang membuat Irfan segera menyandarkan tubuh di kursi.Otaknya mendadak blank. Jadi benar Kelvin adalah anak dari Yeni? Tapi belum tentu itu anak Irfan, kan? Bisa saja Kelvin adalah anak Yeni dengan suaminya, ada nama laki-laki yang tercatat sebagai ayah dari Kelvin d

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 27

    "Bagaimana kalau benar dia ...."Irfan baru saja hendak memikirkan kemungkinan terburuk, ketika tiba-tiba ponsel di atas meja berdering nyaring. Ia tersentak terkejut, dengan bergegas diraihnya benda itu dan segera mengangkat panggilan yang dilayangkan kepadanya. "Gimana, Hen?" Tanya Irfan tak sabar. "Saya sudah dapat semua informasi mendetail tentang calon menantu pak Beni, Pak. Saya da--.""Posisimu di mana?" Tanya Irfan dengan segera. "Saya masih di kampus te--.""Ke ruangan saya sekarang! Saya tunggu!"Tut! Irfan segera memutuskan sambungan telepon. Hatinya benar-benar risau. Ia ingin Hendra menjelaskan dan memberitahu semua informasi itu secara langsung di hadapan Irfan. "Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan." Irfan mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening. Tentu ini bukan hal yang mudah untuknya kalau benar ternyata anak itu adalah buah cintanya dengan Yeni. Baik dulu maupun sekarang, kehadirannya akan menjadi sebuah masalah besar! Hal yang kemudian membuat Irfan

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 26

    "Bapak nggak apa-apa?"Irfan tersentak, ia menatap ke arah sebelahnya, di mana Hendra nampak tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. "Fine. Saya nggak apa-apa." Irfan menghela napas panjang, berusaha menyunggingkan seulas senyum untuk menutupi pikirannya yang berkecamuk. "Bapak yakin? Sejak tadi saya lihat Bapak seperti tidak fokus. Bapak benar-benar tidak apa-apa? Atau mungkin merasa pusing?"Irfan terkekeh, kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban akan kekhawatiran Hendra. Ternyata anak buahnya begitu memperhatikan Irfan dengan detail. Sampai-sampai dia tahu bahwa sejak tadi pikiran Irfan memang melayang sampai mana-mana.Bagaimana Irfan bisa tenang, kalau wajah dan sorot mata pemuda tadi mengingatkan Irfan pada seseorang pada masa lalu yang bahkan sudah Irfan lupakan sekian lamanya. "Hen, masih ingat tugas yang tadi saya kasih ke kamu?" Irfan benar-benar penasaran, kali ini tujuan Irfan berbeda. Ia memang penasaran, tapi dalam konteks lain."Tentu masih ingat, Pak. Bapak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status