Share

Ch. 76 Pamit

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-08 16:58:10

Suasana mendadak hening. Bahkan denting sendok yang beradu dengan cangkir pun terhenti. Semua mata fokus pada Aline. Wajah itu nampak sungguh-sungguh, tidak ada Kebohongan atau nada bercanda baik dari suara maupun ekspresinya.

Budi menghela napas panjang, menyesap kopi dalam cangkir lalu kembali meletakkan cangkir pada tempatnya.

"Kamu yakin, Lin?" tanya Budi tanpa mengalihkan pandangan dari sang menantu.

"Tentu. Kebetulan dulu Aline kuliah juga ilmunya ada sedikit yang bisa dipakai, Pa. Aline nggak keberatan masuk jurusan perhotelan. Intinya nggak melenceng jauh. Beda sama mas Adam."

Budi masih meneliti wajah itu. Hingga kemudian kembali helaan napas terdengar darinya. Membuat suasana makin tegang dan mendebarkan.

"Biar papa pikir dulu, Lin. Yang jelas papa terima ide dari kamu ini. Tapi papa butuh waktu untuk memutuskan." ujarnya kemudian.

Aline mengangguk pelan, wajahnya nampak lega bukan main. Meskipun Budi belum memberikan jawaban dan persetujuan, setidaknya ia sudah menjabark
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
hahahaaa....kena mental semua
goodnovel comment avatar
Angelina Mananoma
bahagia semuanya yah
goodnovel comment avatar
EdeanN
wkwkwk jlebb dah semuua......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 77 Permintaan Adam

    Beni berada satu mobil bersama Budi. Mereka ditemani satu orang supir, sementara orang-orang Budi yang lain berada di depan membawa mobil Aline.Ada sedikit perasaan tidak enak Beni terhadap besannya ini. Ini berhubungan dengan permintaan yang Aline minta pagi tadi."Pak ... sebelumnya saya ingin meminta maaf kalau kesannya Aline lancang karena su--""Ah tidak! Sama sekali tidak!" potong Budi cepat. "Saya malah benar-benar tersentuh dengan bagaimana Aline mengorbankan diri demi suaminya. Saya bisa lihat dari sorot mata Aline kalo dia benar-benar tulus melakukan itu demi Adam, Pak."Ada sedikit kelegaan di dalam hati Beni. Ia takut jika Budi mengira ia memerintahkan Aline melakukan itu dan bertujuan untuk menguasai aset Budi sekeluarga, tapi ternyata pemikiran Budi lebih luas dan bijaksana."Sepertinya keputusan kita menikahkan mereka itu tidak salah." desis Beni dengan senyum merekah."Benar. Kenapa sejak dulu tidak Aline saja yang saya lamar buat Adam? Kan Aleta tidak harus sampai be

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 78 Tamu Spesial?

    "Ya ampun mbak Aline kemana aja sih, Mbak? Mak ikut khawatir sama mbak Aline!" Mak Surati kontan histeris begitu melihat Aline muncul di depan pintu bersama Adam. Aline tersenyum, ia lantas mendekap wanita paruh baya yang kontan bercucuran air mata itu. "Lagi ngambek sama mas Adam, Mak. Maaf kalo udah bikin Mak jadi khawatir." desis Aline sambil mengusap-usap punggung mak Surati. "Wealah, Mbak ... jangan ngambek-ngambek lagi ya, Mbak. Ikut kepikiran Mak dari rumah." Aline terkekeh, "Ya kalo itu tergantung mas Adam sih, Mak. Kalo cari perkara lagi ya Aline ngambek." jawabnya sambil melirik sang suami. "Iya deh iya ... nggak cari gara-gara lagi kok, serius!" desis Adam yang sadar tengah dilirik sang istri dengan tatapan tidak menyenangkan. Mak Surati tertawa, ia lantas membukakan pintu untuk tuan dan nyonya rumah tersebut. Entah apa yang kemarin terjadi di antara sepasangan suami-istri itu, dia sendiri juga tidak tahu. Yang jelas nyonya rumah ini sudah kembali dan itu sudah sangat

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 79 Janji Temu

    Rosa baru saja selesai mengganti selang infus salah seorang pasien di bangsal anak ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Ia segera melepas handscoon yang dia kenakan dan merogoh saku seragam."Eh, udah beres urusanmu?" spontan Rosa bergumam sendiri ketika mendapati nama Adam lah yang muncul di layar ponsel. "Halo, kenapa? Udah ketemu Aline-nya?" Tentu itu yang Rosa tanyakan. Masalah yang terjadi kemarin adalah kaburnya istri Adam karena salah paham dengan hubungan Rosa dengan sang suami. Masalah yang sampai menyeret Rosa ke depan bapak Adam dan tentu saja Aline. "Udah. Ini udah di rumah. Kamu masuk apa hari ini? Reval gimana?" tanya suara itu yang kontan membuat Rosa menghela napas panjang. "Kalian baik-baik saja, kan? Aku nggak mau dapat masalah kalau sampai pernikahan kamu kenapa-kenapa." Rosa mengabaikan pertanyaan Adam, ada sesuatu hal yang penting dan harus dia pastikan daripada menjawab pertanyaan itu. "Baik. Justru itu yang ingin aku bicarakan sekarang, Ros."Jantung Rosa

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 80 Sepasang Mata

    "Jadi apakah nanti kalo aku punya anak kembar perempuan, aku akan dibuat pusing karena masalah rebutan gincu?" tanya Adam dari balik kemudi.Mereka sedang dalam perjalanan menuju sebuah mall di tengah kota, hendak memberi sebuah hadiah manis untuk Reval yang akan berkunjung besok."Ya nggak cuma rebutan gincu aja sih. Rebutan kamar, saling berebut barang-barang lucu satu sama lain, bahkan kadang masalah sendok buat makan pun kami rebutan." jelas Aline yang nampak senyam-senyum mengingat momen absurb-nya bersama Aleta."Astaga, tujuannya apa coba?" Adam terkekeh, tidak habis pikir dengan apa yang barusan dijelaskan oleh sang istri."Ya tujuannya cari ribut. Kita suka aja ribut terus bikin mama sama papa pusing. Seru gitu dan kalau nggak ribut barang sehari, rasanya kayak ada yang kurang!Tawa mereka kembali pecah. Mereka kompak tertawa bersama-sama. Sebuah tanda dan bukti bahwa masalah di antara mereka sudah tidak ada lagi. Bahwa mereka kini lebih dekat dan hangat dari sebelumnya."Bay

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 81 Sepasang Mata (2)

    “Kamu yakin beli sebanyak itu, Sayang?” tanya Adam sambil menatap sang istri dengan tatapan terkejut.Aline hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Ia segera menyodorkan mainan-mainan itu ke meja kasir dan memberi kode pada Adam untuk segera membuka dompet dan menyelesaikan pembayaran.“Bakal seneng banget tuh bocah.” gumam Adam sambil merogoh dompetnya.“Sejenis sogokan sih, aku yakin dia nanti bakalan terkejut dan bingung ketika harus berkenalan dengan istri papanya ini.” Aline menerima kartu berwarna hitam itu dari tangan Adam, menggenggam kartu itu di tangan sambil menatap barang belanjaannya yang tengah dihitung oleh petugas kasir.“Cepat atau lambat memang dia harus tau sih. Ya walaupun di usianya yang sekarang tentu dia belum bisa paham.” Adam mendesah, ia kembali merangkul pinggang sang istri, tidak peduli pada banyak orang yang ada di sekitar mereka.Adam hanya merangkul pinggang istrinya, tidak sedang mencumbunya di tempat ini!“Ia bahkan belum pernah lihat bapaknya, ya? Di

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-13
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 82 Dinner

    “Mandi dan siap-siap, nggak lupa, kan, kalo nanti mama sama papa mau kesini?” mobil Adam sudah berhenti di depan halaman rumah, mereka sudah kembali dari perburuan mencari hadiah untuk Reval besok sore.“Nggak bakalan lupa dong, Sayang!” Aline tersenyum, ia melepaskan seat belt, hendak melangkah turun ketika tangan Adam mencengkeram lengannya.“Mainannya di bawa ke kamar, ya? Takut mama liat dan tanya aneh-aneh.”Kepala Aline terangguk, tentu ia paham dengan maksud di balik perintah yang Adam berikan ke padanya. Cengkeraman tangan itu melonggar, membuat Aline lantas melangkahkan kaki turun setelah membuka pintu mobil. Ia segera mengambil belanjaan yang dia letakkan di bagasi, membawa tas-tas itu masuk ke dalam sesuai perintah yang Adam berikan kepadanya.“Mbak ... ini beneran nanti ibu besar mau kesini?” mak Surati langsung menyambut kedatangan Aline, wajahnya nampak penasaran dengan pertanyaan yang baru saja dia tanyakan.“Iya bener, Mak. Udah siap, kan? Seadanya aja. Mama juga sih n

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-14
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 83 Deal!

    Acara makan malam sudah selesai. Ruang tengah di lantai atas lah yang menjadi tempat yang dipilih Budi dan Erma untuk duduk menikmati secangkir teh hangat sambil bercengkrama dengan anak dan menantunya.Budi tidak bisa memungkiri bahwa ia begitu bahagia melihat bagaimana Adam dan Aline yang sekarang ini. Raut dan sorot mata mereka menunjukkan bagaimana mereka begitu bahagia dengan pernikahan mereka, tidak peduli kemarin sempat terjadi kesalahpahaman yang membuat keduanya hampir saja tercerai-berai.“Nah Dam ... Lin, mama sama papa kemari itu bukan cuma buat ngungsi makan aja, ada sesuatu yang pengen kami bicarakan dengan kalian.” Jelas Budi setelah meletakkan cangkir di atas meja.“Ah ... papa bahasanya, ngungsi makan katanya!” Adam terkekeh, ia sendiri sudah duduk di sebelah sang istri. “Papa lupa kalau hampir seumur hidup Adam ini, papa sama mama yang kasih makan?”Semua yang ada di sana kompak tertawa, namun tidak lama karena kemudian Budi segera menghentikan tawanya dan menatap ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-14
  • Rahasia Sang Dokter   Ch. 84 Sweet

    "... Nggak perlu lagi diajarin caranya, kan?"Adam dan Aline kompak terbelalak, jika wajah Aline seketika berubah memerah, maka berbeda dengan suaminya. Adam kontan nyengir lebar, memamerkan gigi rapi nan putih itu pada sang papa. "Ah ... nggak perlu, Pa. Udah jago kok!" jawab Adam yang kontan mendapat hadiah sebuah sikutan di perut dari sang istri. Budi dan Erma kompak terbahak, dengan gemas Budi menepuk bahu anak semata wayangnya yang selalu sukses membuat dia sakit kepala sejak dulu sekali. Bahkan sampai hari ini, rasanya Adam masih menjadi salah satu penyebab Budi sakit kepala berkepanjangan. "Kalo gitu sono dipraktekin, gih! Mama mau punya cucu lebih dari satu." gumam Erma yang makin membuat Aline kikuk setengah mati. "Empat mau, Ma? Atau setengah lusin sekalian? Nggak masalah sih, Aline kan masih muda." kembali sebuah jawaban santai itu keluar dari mulut Adam, membuat Aline melotot dan rasanya ingin menelan suaminya itu bulat-bulat. "Mas!" tukas Aline gemas. "Dikira melahir

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15

Bab terbaru

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 27

    "Bagaimana kalau benar dia ...."Irfan baru saja hendak memikirkan kemungkinan terburuk, ketika tiba-tiba ponsel di atas meja berdering nyaring. Ia tersentak terkejut, dengan bergegas diraihnya benda itu dan segera mengangkat panggilan yang dilayangkan kepadanya. "Gimana, Hen?" Tanya Irfan tak sabar. "Saya sudah dapat semua informasi mendetail tentang calon menantu pak Beni, Pak. Saya da--.""Posisimu di mana?" Tanya Irfan dengan segera. "Saya masih di kampus te--.""Ke ruangan saya sekarang! Saya tunggu!"Tut! Irfan segera memutuskan sambungan telepon. Hatinya benar-benar risau. Ia ingin Hendra menjelaskan dan memberitahu semua informasi itu secara langsung di hadapan Irfan. "Semoga tidak seperti apa yang aku pikirkan." Irfan mendesah panjang. Kepalanya mendadak pening. Tentu ini bukan hal yang mudah untuknya kalau benar ternyata anak itu adalah buah cintanya dengan Yeni. Baik dulu maupun sekarang, kehadirannya akan menjadi sebuah masalah besar! Hal yang kemudian membuat Irfan

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 26

    "Bapak nggak apa-apa?"Irfan tersentak, ia menatap ke arah sebelahnya, di mana Hendra nampak tengah memperhatikan dirinya dengan saksama. "Fine. Saya nggak apa-apa." Irfan menghela napas panjang, berusaha menyunggingkan seulas senyum untuk menutupi pikirannya yang berkecamuk. "Bapak yakin? Sejak tadi saya lihat Bapak seperti tidak fokus. Bapak benar-benar tidak apa-apa? Atau mungkin merasa pusing?"Irfan terkekeh, kepalanya menggeleng pelan sebagai jawaban akan kekhawatiran Hendra. Ternyata anak buahnya begitu memperhatikan Irfan dengan detail. Sampai-sampai dia tahu bahwa sejak tadi pikiran Irfan memang melayang sampai mana-mana.Bagaimana Irfan bisa tenang, kalau wajah dan sorot mata pemuda tadi mengingatkan Irfan pada seseorang pada masa lalu yang bahkan sudah Irfan lupakan sekian lamanya. "Hen, masih ingat tugas yang tadi saya kasih ke kamu?" Irfan benar-benar penasaran, kali ini tujuan Irfan berbeda. Ia memang penasaran, tapi dalam konteks lain."Tentu masih ingat, Pak. Bapak

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 25

    'Kenapa wajah itu ....'Irfan sama sekali tidak tenang. Sejak masuk ruang meeting beberapa saat yang lalu, ia selalu mencuri pandang ke arah itu. Sosok lelaki yang tadi diperkenalkan sebagai calon menantu dari rekan bisnisnya, lelaki yang secara kebetulan sekali duduk tepat di hadapan Irfan. "Jadi untuk pembangunan gedung, rencananya ...."Uraian-uraian itu hanya masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Sama sekali tidak masuk ataupun hinggap ke dalam otak Irfan. Pikirannya malah melayang jauh menebus waktu, kembali ke masa dimana kesibukan Irfan hanyalah bersenang-senang dan membuang-buang uang. 'Kenapa raut wajah itu begitu mirip? Tapi mana mungkin?'Keringat mengucur dari dahi Irfan, siluet wajah cantik nan sederhana itu tergambar jelas di pikirannya. Gadis sederhana yang mencuri hati Irfan dan membuat egonya berambisi untuk mendapatkan hati gadis itu. 'Tidak! Tidak!' hati Irfan menjerit. 'Aku sudah meminta dia mengugurkan kandungan itu! Jadi sangat tidak mungkin k

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 24

    "Gimana ini?"Kelvin berkeringat, ia sudah menghabiskan secangkir kopi untuk sekedar membuatnya rileks. Namun ternyata, caranya sama sekali tidak berhasil. Ia sudah bersiap di ruang meeting. Semua dokumen dan berkas-berkas sudah siap. Semua manager yang berkepentingan dalam meeting ini pun sudah terlihat ready. Hanya satu yang belum siap, sama sekali tidak siap, yaitu Kelvin sendiri! "Udah ready semua ya, Vin?"Beni melangkah masuk, nampak tengah merapikan dasi yang dia kenakan. Dengan susah payah Kelvin menghela napas panjang, kepalanya mengangguk sementara ia memaksa suara keluar dari mulutnya tidak peduli sejak tadi lehernya terasa seperti dicekik. "Ready, Pa! Semua udah siap!" jawab Kelvin akhirnya. "Bagus! Mereka udah di bawah. Ikut papa sambut mereka, ya?"Kembali Kelvin membelalak. Ia dengan susah payah menelan ludah dan menganggukkan kepala. Mau bagaimana lagi? Punya kuasa apa Kelvin menolak?Dengan ragu Kelvin bangkit, segera mengekor di belakang langkah Beni. Jantungnya

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 23

    Kelvin menatap jarum jam yang terus berputar dengan teratur tanpa berhenti barang sedetikpun. Kurang tiga puluh menit lagi dan untuk pertama kalinya, Kelvin akan bertemu langsung dengan lelaki itu. "Aku harus gimana?" Kelvin mendesah, keringat mengucur tidak peduli ruangan ini sudah cukup dingin. Dalam seumur hidup, Kelvin pernah memohon agar tidak dipertemukan dengan lelaki itu. Bukan apa-apa, ingatan Kelvin akan cerita sang mama membuat Kelvin tidak yakin akan bisa menahan emosinya. "Kenapa baru aja dapet kerjaan, dipercaya bos sekaligus calon mertua, cobaan aku udah seberat ini, Tuhan?" Kelvin mendesah, ia diliputi kebimbangan yang luar biasa. 'Kamu harus buktikan dan tampar lelaki itu dengan cara elegan!'Kata-kata yang sejak tadi diucapkan Aleta terus berdegung dalam kepala. Semula Kelvin ingin calon istrinya itu mendukungnya untuk pergi dan menghindari pertemuan itu. Nyatanya, Aleta punya pandangan lain. Tapi apakah pertemuan dengan Irfan akan membuat lelaki itu lantas meny

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 22

    "APAAA?"Wajah Adam memucat, ia menatap lurus dengan tatapan tidak percaya. Kacau sudah kalau begini! Bayangan bagaimana ribetnya mencelupkan testpack itu satu persatu tengah malam kembali terngiang dan sekarang, semuanya sia-sia. "Kok bisa?" tanya Adam setelah dia tersadar dari rasa terkejutnya. "Aleta ke sini, Mas. Nah kita lagi ngobrol, nyerempet bahas kehamilan aku. Aku nggak tau kalo Mama dateng dan tau-tau udah nonggol di belakang kita."Adam spontan menepuk jidatnya sambil geleng-geleng kepala. Mendadak kepalanya pusing. Setelah ini agaknya dia harus bersiap kena omel, mau bagaimana lagi? "Mama di mana sekarang?" "Lagi di depan, nelpon Papa. Aku masih di ruang makan sama Aleta." jawab suara itu lirih.Dengan sedikit kesal, Adam menghirup udara banyak-banyak. Ia menghembuskan napas perlahan-lahan dengan mata terpejam. Hanya beberapa detik, ia kembali membuka mata sambil menarik napas dalam. "Yaudah kalau begitu, Sayang. Kabari aja kalau ada apa-apa. Mas tutup dulu." desis A

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 21

    "Morning, Beibs!"Aline hampir saja tersedak teh yang memenuhi mulutnya, ia menoleh dan terkejut mendapati Aleta yang sudah muncul sepagi ini dengan wajah sumringah. "Eh, tumben pagi buta udah sampe sini? Diusir sama mama?" tanya Aline asal, membuat Aleta melotot gemas ke arah saudara kembarnya. "Sembarangan!" desis Aleta yang langsung mencomot selembar roti yang ada di meja. "Nggak tidur di rumah aku kemarin, Lin."Dengan begitu santai ia meraih toples selai kacang, mengoleskan selain kacang di atas selembar roti yang dia ambil. "Eh, terus tidur di mana? Emperan toko?" kembali Aline bertanya asal, membuat Aleta rasanya ingin menelan bulat-bulat saudarinya ini kalau saja dia tidak sedang hamil. "Apartemen Kelvin, jangan ngomong mama tapi, ya?" jawabnya jujur apadanya, dia malas Aline makin ngelantur menebaknya tidur di mana. Mata Aline membulat, ia menatap Aleta dengan tatapan tidak percaya. Sementara Aleta, ia memasang wajah menyebalkan sambil mengoles permukaan roti dengan begi

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 20

    "Vin ... sorry sebelumnya. Kalo boleh tau, lantas papa kandung kamu siapa, Vin?"Kelvin menghela napas panjang, ia menatap langit-langit kamar, sementara Aleta memeluk erat lengan Kelvin tanpa mengendorkan pelukan tangannya. "Kamu pasti nggak percaya kalo aku bilang ini, Ta!" desis Kelvin setengah tertawa lirih. "Memang siapa, Yang?" renggek Aleta mengeluarkan jurus merayunya. Kelvin meraih ponsel di atas nakas, nampak ia serius dengan ponselnya. Mengabaikan Aleta yang masih begitu penasaran dengan penjelasan Kelvin mengenai jati diri yang sebenarnya. Tak selang berapa lama, Kelvin menyerahkan ponsel ke arah Aleta, ponsel dengan artikel yang terpampang di layar ponsel itu. "Kenal orang ini?" Aleta menerima ponsel itu, menatap foto seorang lelaki yang Aleta sendiri sangat familiar dengan wajah itu. Mata itu membelalak, ia menoleh menatap Kelvin dengan tatapan tidak percaya. Lelaki dalam foto ini .... "Yang ... ini serius papa kandung kamu, Yang?"***"Mama kayaknya bener-bener ke

  • Rahasia Sang Dokter   Bonus - Extra Part 19

    "Papa Feri itu bukan papa kandung aku, Ta."Suara itu begitu lirih, namun telinga Aleta masih cukup sehat dan normal untuk menangkapnya. Mata Aleta membulat, ia melihat ekspresi sedih yang tergambar di wajah itu. Sementara Aleta, ia masih begitu terkejut dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. "Mama sama papa bilang kalo cukup kami aja yang tahu tentang kenyataan ini. Bahkan orang tua mereka pun tidak ada yang tahu. Tapi aku rasa, kamu sebagai calon istri aku berhak tahu, bagaimana asal-usul lelaki yang bakalan nikahin kamu, Ta."Kelvin menghela napas panjang, ia memalingkan wajah, menatap langit-langit kamar dengan wajah sedikit putus asa. Sementara Aleta? Ia masih terkejut dan belum tahu hendak bicara apa. "Selain merasa kalah dalam segalanya sama Adam, fakta ini adalah salah satu faktor yang bikin aku mundur pas denger kamu mau dijodohin." suara itu kembali terdengar. "Memang siapa aku kalo dibandingin sama Adam? Aku cu--""Vin!" Aleta akhirnya bersuara, ia menyingkirkan g

DMCA.com Protection Status