Share

08. Pesan Misterius

Penulis: Lann
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 09:16:51

Pagi itu, Alya tidak bisa memejamkan mata lebih lama. Pesan yang ia terima malam sebelumnya terus berputar di pikirannya. Si pengirim pesan, dengan jelas, tahu bahwa Alya tengah terjebak dalam dilema. Dan fakta bahwa pesan itu melarangnya memberi tahu Adrian, membuatnya semakin waspada.

Alya duduk di meja makan dengan segelas kopi yang nyaris tidak tersentuh. Adrian, seperti biasa, sudah berangkat pagi-pagi sekali tanpa banyak penjelasan. Hal itu membuatnya sedikit lega, karena ia tidak perlu berbohong tentang rencana yang akan ia lakukan.

Namun, sebuah pertanyaan besar terus menghantuinya: Apakah ia bisa mempercayai pengirim pesan itu? Bagaimana jika ini hanya salah satu dari jebakan yang Adrian maksudkan?

Menepis keraguan yang terus menggerogoti pikirannya, Alya memutuskan untuk pergi ke kafe Horizon. Ia perlu tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan ia tahu bahwa hanya dengan mencari jawaban sendirilah ia bisa mengatasi perasaan tidak pasti ini.

Di Kafe Horizon

Tepat pukul semb
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    09. Rahasia yang Terungkap

    Pukul tiga sore, seperti yang dijanjikan, Adrian tiba di apartemen Alya. Tidak seperti biasanya, ia tidak mengenakan setelan jas formal, melainkan pakaian kasual: kemeja hitam lengan panjang yang digulung hingga siku dan celana chino abu-abu. Namun, wajahnya tetap menunjukkan keseriusan yang sulit disembunyikan.Alya berdiri di ruang tamu, memegang secangkir teh yang sejak tadi tidak disentuh. Ia menunggu dengan penuh kecemasan, memikirkan apa yang akan terjadi setelah pertemuan dengan Dito dan amplop cokelat yang kini tersimpan di dalam laci meja kerjanya.“Maaf jika aku datang tiba-tiba,” ujar Adrian sambil berjalan masuk, menutup pintu di belakangnya. “Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu.”Alya mencoba terlihat tenang meski jantungnya berdetak cepat. “Apa yang ingin kau bicarakan?”Adrian duduk di sofa, mengamati Alya dengan tatapan mendalam. “Alya, aku tahu akhir-akhir ini kau merasa tidak nyaman. Aku bisa melihatnya dari caramu bersikap. Kau selalu tampak gelisah, sep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    10. Jejak Masa Lalu

    Matahari pagi menerobos melalui celah tirai, memberikan cahaya lembut di kamar Alya. Namun, ketenangan pagi itu tidak mampu menghapus kegelisahan yang melanda dirinya. Malam sebelumnya meninggalkan jejak yang begitu kuat di pikirannya—kehadiran Dito, ancamannya, dan sikap Adrian yang semakin misterius. Alya memutuskan bahwa ia tidak bisa hanya diam menunggu jawaban dari Adrian. Jika Adrian tidak bersedia membuka rahasianya, maka ia harus mencari tahu sendiri. Sambil duduk di tepi tempat tidur, Alya memandangi ponselnya. Ia menggulir kontak yang ada, hingga akhirnya berhenti pada nama sahabatnya, Karin. Karin adalah orang yang selalu ia andalkan saat hidupnya berada di titik terendah. "Karin, aku butuh bantuanmu," kata Alya segera setelah panggilan tersambung. "Wow, pagi-pagi sudah serius banget. Ada apa, Alya?" tanya Karin, terdengar sedikit bingung. "Aku butuh informasi tentang seseorang. Aku tidak tahu harus mulai dari mana, tapi aku yakin kamu punya cara." "Informasi te

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    11. Perjanjian dalam Gelap

    Restoran mewah itu berdiri megah di bawah langit malam yang kelabu, lampu-lampunya bersinar hangat menembus kaca-kaca besar. Adrian dan Alya tiba tepat waktu, mengenakan pakaian formal yang membuat keduanya tampak memukau. Namun, hati Alya penuh dengan kecemasan. Pertemuan kali ini jelas bukan hanya sekadar acara biasa. Adrian membimbing Alya memasuki ruangan privat di lantai atas. Di dalam, sudah ada tiga pria dan satu wanita yang menunggu, semuanya berpakaian mahal dan memancarkan aura otoritas. Tatapan mereka langsung tertuju pada Alya saat ia melangkah masuk bersama Adrian. “Adrian,” sapa salah satu pria, pria paruh baya dengan rambut keperakan yang tampak seperti pemimpin di antara mereka. “Kau datang tepat waktu. Dan ini pasti tunanganmu yang terkenal.” Adrian tersenyum tipis, tetapi tidak menjawab langsung. Ia menarik kursi untuk Alya, memberi isyarat agar ia duduk. Alya mematuhi, meskipun ia bisa merasakan ketegangan di udara. "Perkenalkan, ini Alya," kata Adrian akhirnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    12. Jaring Intrik yang Semakin Menjerat

    Alya tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang terus menghantuinya sejak makan malam bersama Adrian dan para mitranya. Kata-kata Adrian tadi malam terus terngiang di kepalanya, seakan menjadi alarm yang tak henti-hentinya berdentang.Pagi itu, ia duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah mulai mendingin. Pikiran Alya melayang-layang, memikirkan semua pengakuan Adrian. Dia adalah kelemahan Adrian. Pernyataan itu terdengar indah sekaligus mengerikan. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan dalam badai yang sedang berkecamuk di sekitar mereka?"Alya," panggil Adrian, membuyarkan lamunannya.Alya mengangkat wajahnya. Adrian berdiri di dekat pintu dengan setelan jas abu-abu gelap yang membuatnya terlihat lebih berwibawa dari biasanya. Namun, ada lingkaran hitam di bawah matanya, tanda bahwa dia juga tidak tidur nyenyak."Aku harus pergi ke kantor," katanya. "Tapi aku sudah memerintahkan sopir untuk mengantarmu ke butik sore ini. Aku ingin kau memilih pakaian baru untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    13. Langkah di Tengah Bayangan

    Alya berjalan menyusuri trotoar yang sepi, mencoba mengatur napasnya yang tidak beraturan. Angin malam menusuk kulitnya, tetapi itu tidak sebanding dengan rasa dingin yang menguasai hatinya. Amplop yang tadi ia buka masih tergenggam erat di tangannya, seolah menjadi bukti nyata bahwa hidupnya tidak lagi sama.Di kejauhan, suara kendaraan dan hiruk pikuk kota terdengar samar, tetapi pikiran Alya terlalu bising untuk memproses apa pun. Wajah Adrian, pria yang ia percayai sepenuhnya, terus muncul di benaknya. Apakah semua ini kebohongan? Apakah seluruh perasaan yang ia bangun hanyalah sandiwara belaka?Alya berhenti di depan sebuah taman kecil, duduk di bangku kayu yang basah oleh embun malam. Tangannya bergetar saat membuka kembali amplop itu, memeriksa dokumen yang tadi membuatnya terpukul.Ada foto-foto Adrian bersama pria-pria berjas hitam, berdiri di depan pabrik yang terlihat seperti fasilitas ilegal. Beberapa dokumen menunjukkan aliran dana yang mencurigakan ke rekening luar neger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    14. Jejak dalam Kegelapan

    Alya terbangun di pagi hari dengan perasaan berat. Tidurnya semalam tidak nyenyak. Ingatan tentang pertemuan dengan pria misterius itu terus mengganggunya. Ia merasa seperti sedang bermain dalam permainan yang aturannya tidak ia pahami.Setelah mempersiapkan diri, Alya melangkah keluar dari apartemennya. Udara pagi terasa dingin, seolah-olah menyatu dengan kecemasan yang menghantui dirinya. Langkah kakinya menuju ke kantor Adrian terasa lebih lambat dari biasanya, seakan ada sesuatu yang menahannya.Ketika tiba di lobi gedung, senyum para resepsionis menyambutnya seperti biasa. Namun, di balik senyum itu, Alya merasa seperti ada bisikan-bisikan yang membicarakannya. Entah mengapa, ia merasa semua mata tertuju padanya.“Selamat pagi, Nona Alya,” sapa seorang resepsionis. “Tuan Adrian sudah menunggu Anda di ruangannya.”Alya mengangguk, membalas senyum tipis, lalu melangkah menuju lift. Di dalam lift, ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.Setibanya di lantai kantor Adrian

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    15. Pesan Misterius

    Alya memandangi layar ponselnya dengan tatapan kosong, sementara pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang semakin membingungkan. Pesan singkat itu terasa seperti sebuah peringatan yang datang dari tempat gelap yang tidak ia pahami. "Kebenaran ada di kontrak itu. Jika kau ingin tahu siapa Adrian sebenarnya, jangan percaya kata-katanya." Kata-kata itu terus berulang di pikirannya, seperti gema yang tak kunjung berhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan ia bisa merasakan aliran adrenalin membanjiri tubuhnya. Ada sesuatu yang sangat salah, dan pesan ini hanya mempertegas perasaan itu. Namun, siapa yang mengirimnya? Dan mengapa mereka begitu yakin bahwa Adrian sedang menyembunyikan sesuatu darinya? Dengan tangan gemetar, Alya membuka pesan itu sekali lagi, memastikan bahwa ia tidak salah membaca. Nomor pengirimnya tidak dikenal, hanya deretan angka yang asing dan tak terlacak. Ia mencoba menelepon nomor itu, tetapi tidak ada jawaban. Panggilannya langsung masuk ke pesan sua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    16. Dalam Bayang-Bayang Kepalsuan

    Mobil melaju di tengah malam yang senyap, hanya diiringi suara hujan yang mengguyur keras. Di dalamnya, Alya dan Adrian duduk dalam keheningan yang begitu tegang, seolah-olah setiap tetes hujan menjadi saksi bisu dari ketegangan di antara mereka. Alya memandang jalan yang gelap melalui kaca jendela, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.Tas di pangkuannya terasa lebih berat dari biasanya, bukan karena fisiknya, tetapi karena amplop cokelat yang tersimpan di dalamnya. Di dalam amplop itu, mungkin terdapat kunci dari semua misteri yang menyelimuti Adrian dan hubungan mereka. Tapi Alya belum memiliki keberanian untuk membukanya, terlebih di depan Adrian.Adrian, di sisi lain, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wajahnya yang biasanya dingin kini terlihat lebih tegang. Tangan-tangannya menggenggam erat setir, dan tatapannya lurus ke depan, seolah menghindari kontak mata dengan Alya.Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Adrian akhirn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    43. Malam yang Mengubah Segalanya

    Alya menggenggam kemudi erat-erat, matanya menatap lurus ke depan sementara pikirannya berkecamuk. Jalanan malam yang sepi membentang di depannya, hanya diterangi oleh cahaya lampu jalan yang berpendar suram. Napasnya sedikit memburu, bukan karena ketakutan, tetapi karena antisipasi yang menggelitik dadanya. Pelabuhan lama. Tempat itu selalu menjadi perbincangan orang-orang, terkenal karena kisah-kisah kelam yang menyelimutinya. Tempat bagi mereka yang ingin menyembunyikan sesuatu, tempat pertemuan bagi orang-orang yang tidak ingin diketahui keberadaannya. Pikirannya masih melayang ke Adrian. Tatapan pria itu saat memergokinya tadi masih terukir jelas dalam ingatannya. Ketidakpercayaan, kemarahan, dan sesuatu yang lain—sesuatu yang tidak dapat Alya artikan dengan pasti. Tapi yang jelas, Adrian tidak menyukai kepergiannya. Tapi ia tidak peduli. Ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan saat ini. Setelah beberapa menit berkendara, ia akhirnya sampai di lokasi yang dituju. Pel

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    42. Rahasia di Balik Cinta yang Terpendam

    Hujan rintik-rintik mengguyur kota malam itu, seolah menjadi saksi bisu atas kekacauan yang baru saja terjadi. Alya duduk di tepi ranjangnya, matanya terpaku pada lantai kayu yang dingin. Suasana hatinya serupa badai, penuh dengan kekhawatiran dan pertanyaan yang tak terjawab.Wanita yang mengaku sebagai istri Adrian telah meninggalkan ruangan itu dengan senyuman penuh arti, menyisakan kebisuan yang menghantui. Adrian, seperti biasanya, memilih untuk tidak memberikan penjelasan apa pun. Hanya keheningan yang membuat Alya semakin tenggelam dalam labirin pikirannya.Namun malam itu berbeda. Alya tidak bisa lagi menelan diam Adrian seperti sebelumnya. Selama ini, ia telah mengorbankan banyak hal untuk hubungan yang penuh teka-teki ini, tetapi kehadiran wanita itu memecahkan sesuatu dalam dirinya. Ia tidak lagi bisa bersikap pasrah.Langkah kaki Adrian terdengar mendekat. Pintu kamar mereka terbuka perlahan, memperlihatkan sosok pria itu dengan wajah yang penuh dengan ketegangan. Ia berdi

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    41. Pelukan Dosa yang Tak Terhindarkan

    Alya memejamkan matanya, merasakan setiap helai udara yang dingin menyentuh kulitnya. Seluruh tubuhnya masih gemetar, bukan hanya karena hawa malam yang menusuk, tetapi juga akibat dari perasaan yang meluap-luap dalam hatinya. Kata-kata Adrian, pria yang selama ini ia anggap penyelamat sekaligus penjaranya, terus terngiang di benaknya.Langkah-langkah kecil Alya terdengar lemah saat ia melintasi koridor panjang rumah itu. Masing-masing langkahnya terasa berat, seolah ada rantai tak kasat mata yang mengikat kakinya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya penuh. Suara Adrian, perasaan pengkhianatan, dan wajah pria asing yang tiba-tiba muncul malam itu bercampur menjadi satu, menciptakan badai dalam hatinya.Ketika tiba di kamarnya, Alya mengunci pintu dan menyandarkan tubuhnya di baliknya. Nafasnya memburu, dan ia mencoba menenangkan dirinya. Namun, pikirannya kembali mengarah pada wajah Adrian—wajah yang penuh dengan kepedihan, penyesalan, dan cinta yang membingungkan."Apa yang sebenarnya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    40. Dosa yang Terungkap

    Alya berdiri di depan cermin besar di kamar mereka, matanya masih basah oleh air mata yang tak kunjung berhenti. Pikirannya penuh dengan kebenaran pahit yang baru saja ia temukan. Dokumen-dokumen itu masih berserakan di atas meja, seperti hantu yang terus mengejarnya. Setiap kata yang ia baca terasa seperti belati yang menusuk jantungnya berulang kali.Adrian, lelaki yang ia percayai, lelaki yang ia cintai, ternyata menyimpan rahasia yang begitu mengerikan. Rahasia yang bukan hanya menghancurkan kepercayaannya, tetapi juga seluruh kehidupannya. Alya menggigit bibirnya, mencoba menahan isak yang semakin keras. Namun, tubuhnya bergetar hebat, tangannya mengepal dengan kekuatan yang hampir melukai dirinya sendiri.Adrian berdiri di ambang pintu, diam dan penuh kehancuran. Tatapannya kosong, tapi wajahnya jelas menunjukkan penderitaan yang tak kalah dalam dari Alya. Ia ingin mendekat, ingin memeluk Alya, tapi langkahnya terasa begitu berat. Jarak di antara mereka kini lebih lebar dari sam

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    39. Nafsu dalam Bayang Kehancuran

    Denting jam di dinding terasa begitu menggema di ruangan yang sunyi. Alya duduk di sudut ruangan dengan tubuh gemetar, tangannya mencengkeram dokumen yang baru saja ia baca. Kata-kata dalam dokumen itu seakan menampar kenyataan yang selama ini ia pikir aman dan terkendali. Ia menatap Adrian dengan tatapan penuh kebingungan, namun lelaki itu tampak membisu, seolah waktu telah berhenti di antara mereka. "Apa maksud semua ini, Adrian?" Alya akhirnya bertanya dengan suara bergetar, mencoba mencari jawaban dari tatapan lelaki itu. "Kenapa semua ini terasa seperti jebakan yang kau buat sendiri?" Adrian tidak langsung menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, menatap langit malam yang kelam seakan mencari kekuatan di balik kegelapan itu. Sorot matanya menyiratkan campuran rasa bersalah, kemarahan, dan ketakutan. "Aku tidak pernah menginginkan ini terjadi," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan yang terbawa angin. "Jadi, kau tahu tentang ini?" Alya mendesak, nadanya meni

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    38. Dilema di Balik Janji yang Terselubung

    Hujan mengguyur deras di luar jendela, menciptakan simfoni yang menenangkan sekaligus penuh kecemasan di hati Alya. Ia duduk di sofa ruang kerja Adrian, tangannya menggenggam secangkir teh yang kini sudah mulai mendingin. Tatapannya terpaku pada tumpukan dokumen di meja Adrian, dokumen-dokumen yang sebagian besar bertuliskan nama yang tidak ia kenal.Adrian, yang biasanya begitu tenang dan terkendali, terlihat berbeda malam ini. Ia berjalan bolak-balik di ruang kerja dengan raut wajah tegang. Bibirnya terkatup rapat, seolah-olah ia sedang mencoba menahan kata-kata yang tak ingin diucapkan.“Adrian...” panggil Alya, suaranya terdengar ragu. “Ada apa sebenarnya? Kau tampak gelisah.”Adrian menghentikan langkahnya, menatapnya sejenak dengan tatapan yang sulit diartikan. “Ini bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan, Alya,” jawabnya, mencoba terdengar meyakinkan.Namun, Alya tahu lebih baik daripada percaya pada kata-kata itu. Selama beberapa minggu terakhir, ia telah belajar membaca emos

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    37. Bisikan Rahasia dalam Kegelapan

    Ruangan itu diterangi oleh lampu gantung kristal yang memancarkan kilau lembut, menciptakan bayangan samar di dinding. Alya berdiri di sudut ruangan, jantungnya berdegup cepat. Gaun hitam panjang yang ia kenakan malam itu menonjolkan keanggunannya, tetapi juga membuatnya merasa rentan di tengah keramaian. Semua mata seolah tertuju padanya, atau lebih tepatnya, pada pria yang kini berdiri di sampingnya—Adrian.Pria itu mengenakan setelan jas yang sempurna, dengan dasi sutra yang senada dengan warna mata tajamnya. Senyum kecil yang menghiasi bibirnya seperti sebuah peringatan tersembunyi, membuat siapa pun yang menatapnya berpikir dua kali sebelum mendekat. Namun, Alya tahu bahwa senyum itu adalah bagian dari topeng yang Adrian kenakan. Di balik itu, ada badai yang siap menghancurkan siapa saja yang berani menantangnya.“Tenanglah,” bisik Adrian di telinganya, suaranya rendah tetapi penuh otoritas. “Ini hanya pesta.”Alya mengangguk pelan, meskipun tubuhnya kaku. “Hanya pesta?” tanyanya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    36. Gairah yang Bersembunyi

    Alya berdiri di depan cermin besar yang terpajang di sudut kamar. Kilauan lampu remang menyentuh kulitnya yang tampak bersinar, seolah membungkusnya dalam suasana yang memancarkan kemewahan dan ketegangan. Gaun sutra biru tua yang ia kenakan membalut tubuhnya dengan sempurna, setiap lekuknya diperlihatkan tanpa berlebihan. Namun, bukan penampilannya yang membuatnya terdiam di depan cermin. Pikirannya melayang pada kejadian-kejadian yang baru saja terjadi, terutama saat Adrian memandangnya dengan sorot mata yang tak biasa.“Apa yang sebenarnya dia pikirkan?” gumamnya pelan, suaranya hampir tidak terdengar di tengah heningnya ruangan. Ia teringat bagaimana Adrian, yang biasanya dingin dan tak tersentuh, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang berbeda saat mereka berada di ruang makan tadi.Adrian, dengan jas hitam yang begitu rapi, terlihat seperti seorang raja di tengah kerajaan kecilnya. Tatapan tajamnya, senyum simpul yang sesekali muncul, dan caranya mengamati Alya—semuanya membuatnya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    35. Sentuhan di Batas Malam

    Cahaya pagi menyelinap perlahan melalui celah tirai, memantulkan bayangan samar di dinding kamar yang hening. Alya masih terbaring di ranjang, matanya tertutup, tetapi tubuhnya terasa lelah meski semalam ia memejamkan mata lebih lama dari biasanya. Dalam kepalanya, berbagai potongan kejadian terus berputar, membuat dadanya terasa sesak.Suara ketukan pintu yang lembut membangunkannya. Ia membuka mata dengan perlahan, membiarkan pandangannya beradaptasi dengan cahaya yang mulai memenuhi ruangan. Hanya beberapa detik berlalu sebelum ia menyadari bahwa ketukan itu berasal dari Adrian.“Alya, aku perlu bicara,” suara Adrian terdengar lebih tegas dari biasanya, seperti seseorang yang mencoba menutupi gejolak emosi di dalam dirinya.Alya bangkit dari ranjang, merapikan rambutnya yang sedikit kusut dengan jari-jarinya. Tanpa banyak berpikir, ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di sana berdiri Adrian, mengenakan kemeja hitam yang membuat aura maskulinnya semakin mencolok. Matanya yang t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status