Share

15. Pesan Misterius

Penulis: Lann
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 15:16:42

Alya memandangi layar ponselnya dengan tatapan kosong, sementara pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang semakin membingungkan. Pesan singkat itu terasa seperti sebuah peringatan yang datang dari tempat gelap yang tidak ia pahami.

"Kebenaran ada di kontrak itu. Jika kau ingin tahu siapa Adrian sebenarnya, jangan percaya kata-katanya."

Kata-kata itu terus berulang di pikirannya, seperti gema yang tak kunjung berhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan ia bisa merasakan aliran adrenalin membanjiri tubuhnya. Ada sesuatu yang sangat salah, dan pesan ini hanya mempertegas perasaan itu. Namun, siapa yang mengirimnya? Dan mengapa mereka begitu yakin bahwa Adrian sedang menyembunyikan sesuatu darinya?

Dengan tangan gemetar, Alya membuka pesan itu sekali lagi, memastikan bahwa ia tidak salah membaca. Nomor pengirimnya tidak dikenal, hanya deretan angka yang asing dan tak terlacak. Ia mencoba menelepon nomor itu, tetapi tidak ada jawaban. Panggilannya langsung masuk ke pesan sua
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    16. Dalam Bayang-Bayang Kepalsuan

    Mobil melaju di tengah malam yang senyap, hanya diiringi suara hujan yang mengguyur keras. Di dalamnya, Alya dan Adrian duduk dalam keheningan yang begitu tegang, seolah-olah setiap tetes hujan menjadi saksi bisu dari ketegangan di antara mereka. Alya memandang jalan yang gelap melalui kaca jendela, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.Tas di pangkuannya terasa lebih berat dari biasanya, bukan karena fisiknya, tetapi karena amplop cokelat yang tersimpan di dalamnya. Di dalam amplop itu, mungkin terdapat kunci dari semua misteri yang menyelimuti Adrian dan hubungan mereka. Tapi Alya belum memiliki keberanian untuk membukanya, terlebih di depan Adrian.Adrian, di sisi lain, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wajahnya yang biasanya dingin kini terlihat lebih tegang. Tangan-tangannya menggenggam erat setir, dan tatapannya lurus ke depan, seolah menghindari kontak mata dengan Alya.Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Adrian akhirn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    17. Rahasia di Balik Cermin

    Alya duduk di dalam ruangan yang dingin dan minim pencahayaan, hanya diterangi oleh lampu gantung kecil yang menggantung di langit-langit. Amplop cokelat yang selama ini ia simpan erat kini tergeletak di atas meja di depannya, terbuka lebar. Isi dari amplop itu membuat tubuhnya membeku, seolah darahnya berhenti mengalir. Di dalamnya terdapat sejumlah dokumen yang berisi rincian transaksi bisnis Adrian, foto-foto dengan beberapa orang yang tak dikenal, dan, yang paling menghancurkan, sepucuk surat yang jelas ditulis dengan tangan Adrian sendiri. Surat itu mengindikasikan adanya sebuah kesepakatan gelap yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Alya menatap surat itu dengan tangan gemetar. Tulisan Adrian yang rapi itu seolah berbicara langsung kepadanya. Namun, setiap kalimat yang ia baca hanya membuat hatinya semakin berat. "Kesepakatan ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga mereka tetap diam." "Aku tahu ini akan membahayakan Alya, tetapi aku tidak punya pilihan." Mata Alya mul

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    18. Titik Balik dalam Kegelapan

    Adrian berlari sekuat tenaga melewati lorong gelap gedung tua itu. Suara hujan deras di luar bercampur dengan suara langkah kakinya yang memantul di lantai beton, menciptakan gema yang menyeramkan. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat, seolah-olah udara dingin di sekitar mencengkeram tubuhnya, membuat napasnya terengah-engah.Ia tidak punya waktu untuk berhenti atau ragu. Informasi yang ia dapatkan beberapa jam sebelumnya cukup untuk membuatnya panik. Alya berada dalam bahaya, dan ia tahu bahwa ini bukan sekadar ancaman biasa. Ini adalah hasil dari semua kesalahan masa lalunya, rahasia yang telah ia sembunyikan begitu rapat mulai terungkap, menyeret Alya ke dalam pusaran kekacauan.Tangannya menggenggam erat senter kecil yang ia bawa. Cahaya kuning redupnya berusaha menembus kegelapan, tetapi hanya mampu menyinari beberapa langkah ke depan. Lorong itu panjang dan sempit, dengan dinding-dinding yang dipenuhi coretan graffiti dan poster-poster lusuh yang sebagian besar suda

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan     19. Jejak Api yang Tersisa

    Alya melangkah pelan di dalam ruangan yang sepi itu. Suara gemuruh hujan di luar jendela yang retak memberikan suasana yang semakin mencekam. Ruangan itu dingin, aroma debu bercampur dengan bau kayu lapuk menyeruak. Ia memegang amplop cokelat di tangannya, tetapi langkahnya terasa berat. Seolah setiap langkah membawa beban yang tak kasat mata.Perasaan ganjil menyelimuti Alya sejak ia menemukan tempat ini. Sebuah gudang tua di pinggiran kota yang seolah telah lama ditinggalkan. Namun, sesuatu tentang tempat ini terasa salah. Seolah-olah ruangan ini pernah menjadi saksi bisu dari banyak hal yang seharusnya tidak pernah terjadi.Ia berhenti di tengah ruangan, menatap meja kayu besar yang berada di sudut. Di atasnya terdapat tumpukan dokumen, peta, dan foto-foto yang berserakan. Alya tidak tahu harus mulai dari mana. Namun, rasa ingin tahunya lebih kuat daripada rasa takutnya. Ia membuka amplop cokelat itu dan mengeluarkan isinya—selembar surat dengan tulisan tangan Adrian, beberapa lemb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    20. Bayang-Bayang di Antara kita

    Hujan turun dengan deras malam itu, menciptakan tirai air yang hampir menghalangi pandangan ke luar. Alya berjalan dengan langkah tergesa, menghindari genangan air yang semakin meluas di sepanjang trotoar. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi pikirannya terlalu penuh untuk memedulikan rasa tidak nyaman itu. Amplop cokelat di dalam tasnya seperti beban tak kasatmata yang menarik setiap langkahnya lebih berat.Setiap suara di sekitar, dari deru mobil yang melintas hingga bunyi payung orang-orang di jalan, terasa seperti ancaman. Ia merasa diikuti, meskipun ketika ia menoleh, yang terlihat hanyalah bayangan-bayangan orang berlalu-lalang.Alya memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai kopi kecil di sudut jalan. Tempat itu tampak kosong, hanya diisi beberapa pelanggan yang sibuk dengan minuman panas mereka. Ia memilih meja di sudut ruangan, menghadap ke luar jendela. Pandangannya terpaku pada hujan yang terus mengguyur, tetapi pikirannya jauh dari situ.Ia membuka tasnya perlahan,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    21. Jalan Merpati, Pertemuan dalam Bayang

    Alya berdiri di depan gedung kosong di Jalan Merpati, tempat yang disebutkan dalam pesan suara misterius itu. Hujan telah berhenti, menyisakan udara dingin yang menggigit kulitnya. Gedung itu tampak suram, dengan jendela-jendela pecah dan pintu kayu yang sudah lapuk oleh waktu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya suara angin yang berbisik di antara celah-celah bangunan."Ini tempatnya," gumam Alya pada dirinya sendiri, mencoba mengumpulkan keberanian.Ia melangkah masuk, mendapati lorong gelap yang dipenuhi debu dan puing-puing. Setiap langkahnya menggema, menciptakan suasana mencekam yang membuat bulu kuduknya berdiri. Di tangannya, ia menggenggam senter kecil yang diambil dari tasnya. Cahaya redup dari senter itu menyoroti dinding yang dipenuhi grafiti, sebagian besar berupa simbol-simbol yang tidak ia pahami.Tangga menuju lantai tiga tampak rapuh, tetapi Alya tetap melangkah dengan hati-hati. Dalam setiap langkah, ia merasa seperti ada mata yang mengawasinya, meskipun ia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    22. Bayang-Bayang Akhir

    Langit malam menampakkan kegelapan yang mencekam. Hujan masih mengguyur deras, menciptakan harmoni yang menyeramkan dengan denting rintik air di atas atap kaca gedung tua tempat Alya kini berada. Tangannya gemetar, memegang dokumen-dokumen yang telah mengubah cara pandangnya terhadap Adrian untuk selamanya. Kata-kata pada lembaran itu membakar ingatannya, meninggalkan luka yang tak kasat mata. Adrian berdiri di seberang ruangan, wajahnya tegang. Udara di antara mereka seperti terhenti, tegang dengan keheningan yang penuh pertanyaan tak terjawab. Tidak ada yang berbicara, seolah-olah kata-kata telah lenyap dari dunia ini, meninggalkan hanya sorotan mata mereka yang saling bertemu dalam pertarungan emosional. "Alya," suara Adrian akhirnya memecah keheningan, berat dan penuh penyesalan. "Kau tidak seharusnya menemukan ini." Alya tertawa pelan, tapi tawanya dipenuhi kepahitan. "Tidak seharusnya? Adrian, aku sudah memberimu kepercayaan penuh, tapi ini? Ini yang kau sembunyikan dariku se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    23. Di Antara Dua Kebenaran

    Alya berlari di tengah hujan deras, kaki-kakinya terpeleset di jalanan basah. Napasnya terengah-engah, dan detak jantungnya berdetak seperti genderang perang. Flash drive di genggamannya terasa seperti bara panas, tetapi ia tidak melepaskannya. Apa pun yang ada di dalam benda kecil itu, ia tahu bahwa isinya adalah kunci dari semua pertanyaan yang menghantuinya selama ini.Bayangan pria misterius yang tadi menolongnya masih terngiang-ngiang di benaknya. Siapa dia? Mengapa dia rela mempertaruhkan nyawanya demi memberikan flash drive itu? Dan yang lebih membingungkan, mengapa dia menyebut Adrian sebagai satu-satunya orang yang bisa melindunginya?“Adrian…” gumam Alya sambil terus berlari. Wajah pria itu memenuhi pikirannya, bercampur dengan rasa marah, curiga, dan rasa cinta yang sulit ia hilangkan.Langkahnya berhenti mendadak ketika ia mencapai sebuah persimpangan jalan. Di tengah hujan yang semakin deras, Alya mencoba berpikir jernih. Adrian saat ini berada di tempat yang tidak ia ket

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan     27. Jejak di Balik Bayangan

    Suara sirine memecah keheningan malam, membangunkan penduduk kota yang sebelumnya terlelap dalam mimpi. Jalan-jalan yang biasanya sepi kini dipenuhi oleh kendaraan patroli yang berlalu lalang. Namun di dalam gedung tua yang sudah usang, keheningan terasa begitu menyesakkan. Alya berdiri di tengah ruangan itu, matanya memindai setiap sudut dengan hati-hati. Adrian berdiri di belakangnya, mengamati dengan tatapan tajam. “Kita harus cepat. Tempat ini tidak aman.” Alya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Di tangannya, ia menggenggam dokumen yang sudah lusuh, namun masih jelas terlihat tulisan di atasnya. Dokumen itu adalah bukti pertama yang ia temukan tentang keterlibatan Adrian dalam sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang selama ini ia hindari untuk percaya. “Apa sebenarnya tempat ini?” tanya Alya, suaranya terdengar pelan, nyaris berbisik. Adrian tidak segera menjawab. Ia hanya menatap sekeliling, memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka. “Ini adalah salah satu tempat persemb

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    26. Bayangan di Balik Kebenaran

    Hujan deras mengguyur kota malam itu, meninggalkan genangan air yang memantulkan lampu jalan yang berkilauan. Suara hujan yang menghantam atap rumah terasa menenangkan, tetapi bagi Alya, malam itu jauh dari kata damai. Ia duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke arah jendela. Pikirannya kembali pada percakapan yang ia dengar tadi di depan ruang kerja Adrian. Kata-kata itu terus berulang di kepalanya, mengusik hatinya. Apakah ia sudah terlalu percaya pada Adrian? Ataukah selama ini ia hanya melihat sisi yang ingin ia lihat? Handphone di tangannya bergetar. Pesan dari Adrian masuk, tetapi ia ragu untuk membacanya. Ia menatap layar itu cukup lama sebelum akhirnya membuka pesan tersebut. "Alya, aku perlu bicara denganmu. Tolong jangan salah paham." Hanya itu isi pesannya. Tidak ada penjelasan. Tidak ada permintaan maaf. Alya menghela napas panjang. Semakin ia mencoba memahami situasi ini, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Ia ingat kembali ekspresi wajah Adrian

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    25. Di Persimpangan Perasaan

    Alya melangkah keluar dari ruang makan dengan kepala yang penuh pikiran. Suara dentingan alat makan yang sebelumnya terdengar riuh kini terasa seperti gema dari kejauhan. Pertemuan terakhir dengan Adrian—dengan tatapan dingin dan kalimat tajamnya—masih membekas di hati Alya. "Alya, kenapa kamu membiarkan dirimu tenggelam sejauh ini?" bisiknya pada diri sendiri sambil menyandarkan punggung pada dinding koridor. Namun, sebelum ia bisa merenung lebih jauh, suara langkah kaki mendekat. Adrian berdiri di depannya dengan sorot mata yang tidak lagi menunjukkan kebekuan seperti tadi. Kali ini, ada sesuatu yang berbeda—campuran penyesalan dan kebimbangan. "Alya, kita perlu bicara," ujarnya pelan. Alya mengangkat dagunya, berusaha menunjukkan kekuatan, meski hatinya rapuh. "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Adrian? Bukankah semuanya sudah jelas?" Adrian menghela napas, wajahnya terlihat lebih lelah daripada biasanya. "Aku tahu aku telah memperlakukanmu dengan cara yang salah. Tapi... a

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    24. Di Ambang Keputusasaan

    Adrian memutar otaknya dengan cepat, mencari celah untuk keluar dari situasi yang tampaknya tidak memiliki jalan keluar. Pria-pria bersenjata itu mendekat perlahan, senjata mereka diarahkan langsung kepadanya dan Alya. Dalam kegelapan ruangan yang hanya diterangi oleh kilatan petir dari luar, wajah mereka tampak seperti bayangan kematian yang siap menjemput. Alya berdiri di belakang Adrian, mencoba menahan napas agar tidak membuat suara yang dapat memancing agresi dari para pria tersebut. Tangannya mencengkeram erat lengan Adrian, seolah ia adalah satu-satunya penghalang antara nyawa dan bahaya yang mengintai. Sementara itu, Adrian mencoba menilai situasi di sekelilingnya. Ruangan itu sempit, dipenuhi oleh lemari-lemari kayu tua yang mengeluarkan aroma lapuk. Hanya ada satu jendela kecil di sudut, tetapi tertutup rapat oleh jeruji besi yang tidak mungkin diloloskan tanpa alat. Jalan keluar lainnya adalah pintu yang kini dijaga oleh dua pria dengan senjata. Ia memejamkan mata sejena

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    23. Di Antara Dua Kebenaran

    Alya berlari di tengah hujan deras, kaki-kakinya terpeleset di jalanan basah. Napasnya terengah-engah, dan detak jantungnya berdetak seperti genderang perang. Flash drive di genggamannya terasa seperti bara panas, tetapi ia tidak melepaskannya. Apa pun yang ada di dalam benda kecil itu, ia tahu bahwa isinya adalah kunci dari semua pertanyaan yang menghantuinya selama ini.Bayangan pria misterius yang tadi menolongnya masih terngiang-ngiang di benaknya. Siapa dia? Mengapa dia rela mempertaruhkan nyawanya demi memberikan flash drive itu? Dan yang lebih membingungkan, mengapa dia menyebut Adrian sebagai satu-satunya orang yang bisa melindunginya?“Adrian…” gumam Alya sambil terus berlari. Wajah pria itu memenuhi pikirannya, bercampur dengan rasa marah, curiga, dan rasa cinta yang sulit ia hilangkan.Langkahnya berhenti mendadak ketika ia mencapai sebuah persimpangan jalan. Di tengah hujan yang semakin deras, Alya mencoba berpikir jernih. Adrian saat ini berada di tempat yang tidak ia ket

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    22. Bayang-Bayang Akhir

    Langit malam menampakkan kegelapan yang mencekam. Hujan masih mengguyur deras, menciptakan harmoni yang menyeramkan dengan denting rintik air di atas atap kaca gedung tua tempat Alya kini berada. Tangannya gemetar, memegang dokumen-dokumen yang telah mengubah cara pandangnya terhadap Adrian untuk selamanya. Kata-kata pada lembaran itu membakar ingatannya, meninggalkan luka yang tak kasat mata. Adrian berdiri di seberang ruangan, wajahnya tegang. Udara di antara mereka seperti terhenti, tegang dengan keheningan yang penuh pertanyaan tak terjawab. Tidak ada yang berbicara, seolah-olah kata-kata telah lenyap dari dunia ini, meninggalkan hanya sorotan mata mereka yang saling bertemu dalam pertarungan emosional. "Alya," suara Adrian akhirnya memecah keheningan, berat dan penuh penyesalan. "Kau tidak seharusnya menemukan ini." Alya tertawa pelan, tapi tawanya dipenuhi kepahitan. "Tidak seharusnya? Adrian, aku sudah memberimu kepercayaan penuh, tapi ini? Ini yang kau sembunyikan dariku se

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    21. Jalan Merpati, Pertemuan dalam Bayang

    Alya berdiri di depan gedung kosong di Jalan Merpati, tempat yang disebutkan dalam pesan suara misterius itu. Hujan telah berhenti, menyisakan udara dingin yang menggigit kulitnya. Gedung itu tampak suram, dengan jendela-jendela pecah dan pintu kayu yang sudah lapuk oleh waktu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya suara angin yang berbisik di antara celah-celah bangunan."Ini tempatnya," gumam Alya pada dirinya sendiri, mencoba mengumpulkan keberanian.Ia melangkah masuk, mendapati lorong gelap yang dipenuhi debu dan puing-puing. Setiap langkahnya menggema, menciptakan suasana mencekam yang membuat bulu kuduknya berdiri. Di tangannya, ia menggenggam senter kecil yang diambil dari tasnya. Cahaya redup dari senter itu menyoroti dinding yang dipenuhi grafiti, sebagian besar berupa simbol-simbol yang tidak ia pahami.Tangga menuju lantai tiga tampak rapuh, tetapi Alya tetap melangkah dengan hati-hati. Dalam setiap langkah, ia merasa seperti ada mata yang mengawasinya, meskipun ia tidak

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    20. Bayang-Bayang di Antara kita

    Hujan turun dengan deras malam itu, menciptakan tirai air yang hampir menghalangi pandangan ke luar. Alya berjalan dengan langkah tergesa, menghindari genangan air yang semakin meluas di sepanjang trotoar. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi pikirannya terlalu penuh untuk memedulikan rasa tidak nyaman itu. Amplop cokelat di dalam tasnya seperti beban tak kasatmata yang menarik setiap langkahnya lebih berat.Setiap suara di sekitar, dari deru mobil yang melintas hingga bunyi payung orang-orang di jalan, terasa seperti ancaman. Ia merasa diikuti, meskipun ketika ia menoleh, yang terlihat hanyalah bayangan-bayangan orang berlalu-lalang.Alya memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai kopi kecil di sudut jalan. Tempat itu tampak kosong, hanya diisi beberapa pelanggan yang sibuk dengan minuman panas mereka. Ia memilih meja di sudut ruangan, menghadap ke luar jendela. Pandangannya terpaku pada hujan yang terus mengguyur, tetapi pikirannya jauh dari situ.Ia membuka tasnya perlahan,

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan     19. Jejak Api yang Tersisa

    Alya melangkah pelan di dalam ruangan yang sepi itu. Suara gemuruh hujan di luar jendela yang retak memberikan suasana yang semakin mencekam. Ruangan itu dingin, aroma debu bercampur dengan bau kayu lapuk menyeruak. Ia memegang amplop cokelat di tangannya, tetapi langkahnya terasa berat. Seolah setiap langkah membawa beban yang tak kasat mata.Perasaan ganjil menyelimuti Alya sejak ia menemukan tempat ini. Sebuah gudang tua di pinggiran kota yang seolah telah lama ditinggalkan. Namun, sesuatu tentang tempat ini terasa salah. Seolah-olah ruangan ini pernah menjadi saksi bisu dari banyak hal yang seharusnya tidak pernah terjadi.Ia berhenti di tengah ruangan, menatap meja kayu besar yang berada di sudut. Di atasnya terdapat tumpukan dokumen, peta, dan foto-foto yang berserakan. Alya tidak tahu harus mulai dari mana. Namun, rasa ingin tahunya lebih kuat daripada rasa takutnya. Ia membuka amplop cokelat itu dan mengeluarkan isinya—selembar surat dengan tulisan tangan Adrian, beberapa lemb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status