Home / Romansa / Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan / 20. Bayang-Bayang di Antara kita

Share

20. Bayang-Bayang di Antara kita

Author: Lann
last update Last Updated: 2025-01-17 12:43:46

Hujan turun dengan deras malam itu, menciptakan tirai air yang hampir menghalangi pandangan ke luar. Alya berjalan dengan langkah tergesa, menghindari genangan air yang semakin meluas di sepanjang trotoar. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi pikirannya terlalu penuh untuk memedulikan rasa tidak nyaman itu. Amplop cokelat di dalam tasnya seperti beban tak kasatmata yang menarik setiap langkahnya lebih berat.

Setiap suara di sekitar, dari deru mobil yang melintas hingga bunyi payung orang-orang di jalan, terasa seperti ancaman. Ia merasa diikuti, meskipun ketika ia menoleh, yang terlihat hanyalah bayangan-bayangan orang berlalu-lalang.

Alya memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai kopi kecil di sudut jalan. Tempat itu tampak kosong, hanya diisi beberapa pelanggan yang sibuk dengan minuman panas mereka. Ia memilih meja di sudut ruangan, menghadap ke luar jendela. Pandangannya terpaku pada hujan yang terus mengguyur, tetapi pikirannya jauh dari situ.

Ia membuka tasnya perlahan,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    21. Jalan Merpati, Pertemuan dalam Bayang

    Alya berdiri di depan gedung kosong di Jalan Merpati, tempat yang disebutkan dalam pesan suara misterius itu. Hujan telah berhenti, menyisakan udara dingin yang menggigit kulitnya. Gedung itu tampak suram, dengan jendela-jendela pecah dan pintu kayu yang sudah lapuk oleh waktu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya suara angin yang berbisik di antara celah-celah bangunan."Ini tempatnya," gumam Alya pada dirinya sendiri, mencoba mengumpulkan keberanian.Ia melangkah masuk, mendapati lorong gelap yang dipenuhi debu dan puing-puing. Setiap langkahnya menggema, menciptakan suasana mencekam yang membuat bulu kuduknya berdiri. Di tangannya, ia menggenggam senter kecil yang diambil dari tasnya. Cahaya redup dari senter itu menyoroti dinding yang dipenuhi grafiti, sebagian besar berupa simbol-simbol yang tidak ia pahami.Tangga menuju lantai tiga tampak rapuh, tetapi Alya tetap melangkah dengan hati-hati. Dalam setiap langkah, ia merasa seperti ada mata yang mengawasinya, meskipun ia tidak

    Last Updated : 2025-01-17
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    22. Bayang-Bayang Akhir

    Langit malam menampakkan kegelapan yang mencekam. Hujan masih mengguyur deras, menciptakan harmoni yang menyeramkan dengan denting rintik air di atas atap kaca gedung tua tempat Alya kini berada. Tangannya gemetar, memegang dokumen-dokumen yang telah mengubah cara pandangnya terhadap Adrian untuk selamanya. Kata-kata pada lembaran itu membakar ingatannya, meninggalkan luka yang tak kasat mata. Adrian berdiri di seberang ruangan, wajahnya tegang. Udara di antara mereka seperti terhenti, tegang dengan keheningan yang penuh pertanyaan tak terjawab. Tidak ada yang berbicara, seolah-olah kata-kata telah lenyap dari dunia ini, meninggalkan hanya sorotan mata mereka yang saling bertemu dalam pertarungan emosional. "Alya," suara Adrian akhirnya memecah keheningan, berat dan penuh penyesalan. "Kau tidak seharusnya menemukan ini." Alya tertawa pelan, tapi tawanya dipenuhi kepahitan. "Tidak seharusnya? Adrian, aku sudah memberimu kepercayaan penuh, tapi ini? Ini yang kau sembunyikan dariku se

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    23. Di Antara Dua Kebenaran

    Alya berlari di tengah hujan deras, kaki-kakinya terpeleset di jalanan basah. Napasnya terengah-engah, dan detak jantungnya berdetak seperti genderang perang. Flash drive di genggamannya terasa seperti bara panas, tetapi ia tidak melepaskannya. Apa pun yang ada di dalam benda kecil itu, ia tahu bahwa isinya adalah kunci dari semua pertanyaan yang menghantuinya selama ini.Bayangan pria misterius yang tadi menolongnya masih terngiang-ngiang di benaknya. Siapa dia? Mengapa dia rela mempertaruhkan nyawanya demi memberikan flash drive itu? Dan yang lebih membingungkan, mengapa dia menyebut Adrian sebagai satu-satunya orang yang bisa melindunginya?“Adrian…” gumam Alya sambil terus berlari. Wajah pria itu memenuhi pikirannya, bercampur dengan rasa marah, curiga, dan rasa cinta yang sulit ia hilangkan.Langkahnya berhenti mendadak ketika ia mencapai sebuah persimpangan jalan. Di tengah hujan yang semakin deras, Alya mencoba berpikir jernih. Adrian saat ini berada di tempat yang tidak ia ket

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    24. Di Ambang Keputusasaan

    Adrian memutar otaknya dengan cepat, mencari celah untuk keluar dari situasi yang tampaknya tidak memiliki jalan keluar. Pria-pria bersenjata itu mendekat perlahan, senjata mereka diarahkan langsung kepadanya dan Alya. Dalam kegelapan ruangan yang hanya diterangi oleh kilatan petir dari luar, wajah mereka tampak seperti bayangan kematian yang siap menjemput. Alya berdiri di belakang Adrian, mencoba menahan napas agar tidak membuat suara yang dapat memancing agresi dari para pria tersebut. Tangannya mencengkeram erat lengan Adrian, seolah ia adalah satu-satunya penghalang antara nyawa dan bahaya yang mengintai. Sementara itu, Adrian mencoba menilai situasi di sekelilingnya. Ruangan itu sempit, dipenuhi oleh lemari-lemari kayu tua yang mengeluarkan aroma lapuk. Hanya ada satu jendela kecil di sudut, tetapi tertutup rapat oleh jeruji besi yang tidak mungkin diloloskan tanpa alat. Jalan keluar lainnya adalah pintu yang kini dijaga oleh dua pria dengan senjata. Ia memejamkan mata sejena

    Last Updated : 2025-01-20
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    25. Di Persimpangan Perasaan

    Alya melangkah keluar dari ruang makan dengan kepala yang penuh pikiran. Suara dentingan alat makan yang sebelumnya terdengar riuh kini terasa seperti gema dari kejauhan. Pertemuan terakhir dengan Adrian—dengan tatapan dingin dan kalimat tajamnya—masih membekas di hati Alya. "Alya, kenapa kamu membiarkan dirimu tenggelam sejauh ini?" bisiknya pada diri sendiri sambil menyandarkan punggung pada dinding koridor. Namun, sebelum ia bisa merenung lebih jauh, suara langkah kaki mendekat. Adrian berdiri di depannya dengan sorot mata yang tidak lagi menunjukkan kebekuan seperti tadi. Kali ini, ada sesuatu yang berbeda—campuran penyesalan dan kebimbangan. "Alya, kita perlu bicara," ujarnya pelan. Alya mengangkat dagunya, berusaha menunjukkan kekuatan, meski hatinya rapuh. "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Adrian? Bukankah semuanya sudah jelas?" Adrian menghela napas, wajahnya terlihat lebih lelah daripada biasanya. "Aku tahu aku telah memperlakukanmu dengan cara yang salah. Tapi... a

    Last Updated : 2025-01-21
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    26. Bayangan di Balik Kebenaran

    Hujan deras mengguyur kota malam itu, meninggalkan genangan air yang memantulkan lampu jalan yang berkilauan. Suara hujan yang menghantam atap rumah terasa menenangkan, tetapi bagi Alya, malam itu jauh dari kata damai. Ia duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke arah jendela. Pikirannya kembali pada percakapan yang ia dengar tadi di depan ruang kerja Adrian. Kata-kata itu terus berulang di kepalanya, mengusik hatinya. Apakah ia sudah terlalu percaya pada Adrian? Ataukah selama ini ia hanya melihat sisi yang ingin ia lihat? Handphone di tangannya bergetar. Pesan dari Adrian masuk, tetapi ia ragu untuk membacanya. Ia menatap layar itu cukup lama sebelum akhirnya membuka pesan tersebut. "Alya, aku perlu bicara denganmu. Tolong jangan salah paham." Hanya itu isi pesannya. Tidak ada penjelasan. Tidak ada permintaan maaf. Alya menghela napas panjang. Semakin ia mencoba memahami situasi ini, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Ia ingat kembali ekspresi wajah Adrian

    Last Updated : 2025-01-21
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan     27. Jejak di Balik Bayangan

    Suara sirine memecah keheningan malam, membangunkan penduduk kota yang sebelumnya terlelap dalam mimpi. Jalan-jalan yang biasanya sepi kini dipenuhi oleh kendaraan patroli yang berlalu lalang. Namun di dalam gedung tua yang sudah usang, keheningan terasa begitu menyesakkan. Alya berdiri di tengah ruangan itu, matanya memindai setiap sudut dengan hati-hati. Adrian berdiri di belakangnya, mengamati dengan tatapan tajam. “Kita harus cepat. Tempat ini tidak aman.” Alya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Di tangannya, ia menggenggam dokumen yang sudah lusuh, namun masih jelas terlihat tulisan di atasnya. Dokumen itu adalah bukti pertama yang ia temukan tentang keterlibatan Adrian dalam sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang selama ini ia hindari untuk percaya. “Apa sebenarnya tempat ini?” tanya Alya, suaranya terdengar pelan, nyaris berbisik. Adrian tidak segera menjawab. Ia hanya menatap sekeliling, memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka. “Ini adalah salah satu tempat persemb

    Last Updated : 2025-01-22
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    28. Tawanan dalam Bayangan

    Alya membuka matanya dengan perlahan. Nyeri di pelipisnya seperti mengingatkan bahwa ia baru saja melewati malam yang penuh dengan ketegangan. Di sekitarnya, suasana terasa sepi, hanya terdengar deru angin yang menyusup melalui celah-celah kecil di dinding. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun rasa sakit yang tajam di bahunya membuatnya meringis. Ia berada di sebuah ruangan sempit dengan dinding kayu yang mulai lapuk. Jendela kecil di sudut ruangan membiarkan sinar matahari masuk, memperlihatkan tumpukan barang-barang tua yang berdebu. Aroma lembap memenuhi udara, membuatnya merasa terjebak di tempat yang asing. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi pikirannya terasa kacau. "Adrian," gumam Alya, suaranya hampir tak terdengar. Ia memaksakan tubuhnya untuk bangun, meski setiap gerakan terasa seperti siksaan. Ia harus memastikan Adrian selamat. Ia tidak bisa membiarkan pikiran buruk mengambil alih dirinya. Langkah kakinya terdengar berat saat ia mendekati pintu k

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    43. Malam yang Mengubah Segalanya

    Alya menggenggam kemudi erat-erat, matanya menatap lurus ke depan sementara pikirannya berkecamuk. Jalanan malam yang sepi membentang di depannya, hanya diterangi oleh cahaya lampu jalan yang berpendar suram. Napasnya sedikit memburu, bukan karena ketakutan, tetapi karena antisipasi yang menggelitik dadanya. Pelabuhan lama. Tempat itu selalu menjadi perbincangan orang-orang, terkenal karena kisah-kisah kelam yang menyelimutinya. Tempat bagi mereka yang ingin menyembunyikan sesuatu, tempat pertemuan bagi orang-orang yang tidak ingin diketahui keberadaannya. Pikirannya masih melayang ke Adrian. Tatapan pria itu saat memergokinya tadi masih terukir jelas dalam ingatannya. Ketidakpercayaan, kemarahan, dan sesuatu yang lain—sesuatu yang tidak dapat Alya artikan dengan pasti. Tapi yang jelas, Adrian tidak menyukai kepergiannya. Tapi ia tidak peduli. Ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan saat ini. Setelah beberapa menit berkendara, ia akhirnya sampai di lokasi yang dituju. Pel

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    42. Rahasia di Balik Cinta yang Terpendam

    Hujan rintik-rintik mengguyur kota malam itu, seolah menjadi saksi bisu atas kekacauan yang baru saja terjadi. Alya duduk di tepi ranjangnya, matanya terpaku pada lantai kayu yang dingin. Suasana hatinya serupa badai, penuh dengan kekhawatiran dan pertanyaan yang tak terjawab.Wanita yang mengaku sebagai istri Adrian telah meninggalkan ruangan itu dengan senyuman penuh arti, menyisakan kebisuan yang menghantui. Adrian, seperti biasanya, memilih untuk tidak memberikan penjelasan apa pun. Hanya keheningan yang membuat Alya semakin tenggelam dalam labirin pikirannya.Namun malam itu berbeda. Alya tidak bisa lagi menelan diam Adrian seperti sebelumnya. Selama ini, ia telah mengorbankan banyak hal untuk hubungan yang penuh teka-teki ini, tetapi kehadiran wanita itu memecahkan sesuatu dalam dirinya. Ia tidak lagi bisa bersikap pasrah.Langkah kaki Adrian terdengar mendekat. Pintu kamar mereka terbuka perlahan, memperlihatkan sosok pria itu dengan wajah yang penuh dengan ketegangan. Ia berdi

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    41. Pelukan Dosa yang Tak Terhindarkan

    Alya memejamkan matanya, merasakan setiap helai udara yang dingin menyentuh kulitnya. Seluruh tubuhnya masih gemetar, bukan hanya karena hawa malam yang menusuk, tetapi juga akibat dari perasaan yang meluap-luap dalam hatinya. Kata-kata Adrian, pria yang selama ini ia anggap penyelamat sekaligus penjaranya, terus terngiang di benaknya.Langkah-langkah kecil Alya terdengar lemah saat ia melintasi koridor panjang rumah itu. Masing-masing langkahnya terasa berat, seolah ada rantai tak kasat mata yang mengikat kakinya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya penuh. Suara Adrian, perasaan pengkhianatan, dan wajah pria asing yang tiba-tiba muncul malam itu bercampur menjadi satu, menciptakan badai dalam hatinya.Ketika tiba di kamarnya, Alya mengunci pintu dan menyandarkan tubuhnya di baliknya. Nafasnya memburu, dan ia mencoba menenangkan dirinya. Namun, pikirannya kembali mengarah pada wajah Adrian—wajah yang penuh dengan kepedihan, penyesalan, dan cinta yang membingungkan."Apa yang sebenarnya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    40. Dosa yang Terungkap

    Alya berdiri di depan cermin besar di kamar mereka, matanya masih basah oleh air mata yang tak kunjung berhenti. Pikirannya penuh dengan kebenaran pahit yang baru saja ia temukan. Dokumen-dokumen itu masih berserakan di atas meja, seperti hantu yang terus mengejarnya. Setiap kata yang ia baca terasa seperti belati yang menusuk jantungnya berulang kali.Adrian, lelaki yang ia percayai, lelaki yang ia cintai, ternyata menyimpan rahasia yang begitu mengerikan. Rahasia yang bukan hanya menghancurkan kepercayaannya, tetapi juga seluruh kehidupannya. Alya menggigit bibirnya, mencoba menahan isak yang semakin keras. Namun, tubuhnya bergetar hebat, tangannya mengepal dengan kekuatan yang hampir melukai dirinya sendiri.Adrian berdiri di ambang pintu, diam dan penuh kehancuran. Tatapannya kosong, tapi wajahnya jelas menunjukkan penderitaan yang tak kalah dalam dari Alya. Ia ingin mendekat, ingin memeluk Alya, tapi langkahnya terasa begitu berat. Jarak di antara mereka kini lebih lebar dari sam

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    39. Nafsu dalam Bayang Kehancuran

    Denting jam di dinding terasa begitu menggema di ruangan yang sunyi. Alya duduk di sudut ruangan dengan tubuh gemetar, tangannya mencengkeram dokumen yang baru saja ia baca. Kata-kata dalam dokumen itu seakan menampar kenyataan yang selama ini ia pikir aman dan terkendali. Ia menatap Adrian dengan tatapan penuh kebingungan, namun lelaki itu tampak membisu, seolah waktu telah berhenti di antara mereka. "Apa maksud semua ini, Adrian?" Alya akhirnya bertanya dengan suara bergetar, mencoba mencari jawaban dari tatapan lelaki itu. "Kenapa semua ini terasa seperti jebakan yang kau buat sendiri?" Adrian tidak langsung menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, menatap langit malam yang kelam seakan mencari kekuatan di balik kegelapan itu. Sorot matanya menyiratkan campuran rasa bersalah, kemarahan, dan ketakutan. "Aku tidak pernah menginginkan ini terjadi," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan yang terbawa angin. "Jadi, kau tahu tentang ini?" Alya mendesak, nadanya meni

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    38. Dilema di Balik Janji yang Terselubung

    Hujan mengguyur deras di luar jendela, menciptakan simfoni yang menenangkan sekaligus penuh kecemasan di hati Alya. Ia duduk di sofa ruang kerja Adrian, tangannya menggenggam secangkir teh yang kini sudah mulai mendingin. Tatapannya terpaku pada tumpukan dokumen di meja Adrian, dokumen-dokumen yang sebagian besar bertuliskan nama yang tidak ia kenal.Adrian, yang biasanya begitu tenang dan terkendali, terlihat berbeda malam ini. Ia berjalan bolak-balik di ruang kerja dengan raut wajah tegang. Bibirnya terkatup rapat, seolah-olah ia sedang mencoba menahan kata-kata yang tak ingin diucapkan.“Adrian...” panggil Alya, suaranya terdengar ragu. “Ada apa sebenarnya? Kau tampak gelisah.”Adrian menghentikan langkahnya, menatapnya sejenak dengan tatapan yang sulit diartikan. “Ini bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan, Alya,” jawabnya, mencoba terdengar meyakinkan.Namun, Alya tahu lebih baik daripada percaya pada kata-kata itu. Selama beberapa minggu terakhir, ia telah belajar membaca emos

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    37. Bisikan Rahasia dalam Kegelapan

    Ruangan itu diterangi oleh lampu gantung kristal yang memancarkan kilau lembut, menciptakan bayangan samar di dinding. Alya berdiri di sudut ruangan, jantungnya berdegup cepat. Gaun hitam panjang yang ia kenakan malam itu menonjolkan keanggunannya, tetapi juga membuatnya merasa rentan di tengah keramaian. Semua mata seolah tertuju padanya, atau lebih tepatnya, pada pria yang kini berdiri di sampingnya—Adrian.Pria itu mengenakan setelan jas yang sempurna, dengan dasi sutra yang senada dengan warna mata tajamnya. Senyum kecil yang menghiasi bibirnya seperti sebuah peringatan tersembunyi, membuat siapa pun yang menatapnya berpikir dua kali sebelum mendekat. Namun, Alya tahu bahwa senyum itu adalah bagian dari topeng yang Adrian kenakan. Di balik itu, ada badai yang siap menghancurkan siapa saja yang berani menantangnya.“Tenanglah,” bisik Adrian di telinganya, suaranya rendah tetapi penuh otoritas. “Ini hanya pesta.”Alya mengangguk pelan, meskipun tubuhnya kaku. “Hanya pesta?” tanyanya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    36. Gairah yang Bersembunyi

    Alya berdiri di depan cermin besar yang terpajang di sudut kamar. Kilauan lampu remang menyentuh kulitnya yang tampak bersinar, seolah membungkusnya dalam suasana yang memancarkan kemewahan dan ketegangan. Gaun sutra biru tua yang ia kenakan membalut tubuhnya dengan sempurna, setiap lekuknya diperlihatkan tanpa berlebihan. Namun, bukan penampilannya yang membuatnya terdiam di depan cermin. Pikirannya melayang pada kejadian-kejadian yang baru saja terjadi, terutama saat Adrian memandangnya dengan sorot mata yang tak biasa.“Apa yang sebenarnya dia pikirkan?” gumamnya pelan, suaranya hampir tidak terdengar di tengah heningnya ruangan. Ia teringat bagaimana Adrian, yang biasanya dingin dan tak tersentuh, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang berbeda saat mereka berada di ruang makan tadi.Adrian, dengan jas hitam yang begitu rapi, terlihat seperti seorang raja di tengah kerajaan kecilnya. Tatapan tajamnya, senyum simpul yang sesekali muncul, dan caranya mengamati Alya—semuanya membuatnya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    35. Sentuhan di Batas Malam

    Cahaya pagi menyelinap perlahan melalui celah tirai, memantulkan bayangan samar di dinding kamar yang hening. Alya masih terbaring di ranjang, matanya tertutup, tetapi tubuhnya terasa lelah meski semalam ia memejamkan mata lebih lama dari biasanya. Dalam kepalanya, berbagai potongan kejadian terus berputar, membuat dadanya terasa sesak.Suara ketukan pintu yang lembut membangunkannya. Ia membuka mata dengan perlahan, membiarkan pandangannya beradaptasi dengan cahaya yang mulai memenuhi ruangan. Hanya beberapa detik berlalu sebelum ia menyadari bahwa ketukan itu berasal dari Adrian.“Alya, aku perlu bicara,” suara Adrian terdengar lebih tegas dari biasanya, seperti seseorang yang mencoba menutupi gejolak emosi di dalam dirinya.Alya bangkit dari ranjang, merapikan rambutnya yang sedikit kusut dengan jari-jarinya. Tanpa banyak berpikir, ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di sana berdiri Adrian, mengenakan kemeja hitam yang membuat aura maskulinnya semakin mencolok. Matanya yang t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status