แชร์

Ancaman

ผู้เขียน: Sri_Eahyuni
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-04 07:30:36

Seusai salat Magrib, Reva baru saja diantarkan Nathan pulang ke kosannya. Nathan ingin menemui Bu Sarah, dan Reva berinisiatif untuk memanggilkannya.

"Aku ke atas dulu, naruh barang-barang ini sebentar. Nanti aku panggilkan Bu Sarah," ujar Reva berpamitan.

"Iya, Sayang. Aku tunggu, ya. Semoga masih ada kamar kosong, biar aku nggak jauh dari kamu," balas Nathan penuh harap.

"Amin. Bentar, ya," sahut Reva sambil tersenyum.

Reva berjalan masuk ke halaman kos, sementara Nathan menunggu di luar gerbang. Selama menunggu, Nathan tak henti-hentinya menatap punggung sang kekasih.

"Mas, udah yuk. Rumah Bu Sarah ada di sebelah sana, jadi motornya bawa ke sana aja, ya," ujar Reva, menunjuk ke arah barat setelah kembali.

"Iya," balas Nathan singkat.

Setibanya di rumah Bu Sarah, Reva menghampiri Pak Beni, penjaga keamanan rumah tersebut, dan menanyakan keberadaan Bu Sarah. Namun, ternyata Bu Sarah sedang berada di luar kota dan belum pulang.

"Oh, begitu ya, Pak. Saya mau tanya, apa masih ada kamar
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tekad Reva

    "Silakan adukan sama tantemu, aku nggak takut! Jangan mentang-mentang kamu keponakan Bu Sarah, terus bisa berbuat seenaknya. Aku di sini bayar, bukan numpang, jadi aku nggak bakal takut! Lagi pula, aku bukan kerja jadi wanita panggilan. Aku kerja di restoran bakso Dua Putra, yang di seberang mal itu!" ujar Reva dengan tegas, menyebutkan tempat kerjanya.Meysa tertawa meremehkan."Elo pikir gue percaya? Cewek kampung kayak elo, cuma lulusan SMA, bisa kerja di restoran mewah? Paling-paling juga cuma jadi tukang bersih-bersih atau cuci piring.""Iya! Memang kenapa kalau aku cuma jadi tukang bersih-bersih? Yang penting kerjaanku halal! Nggak kayak kamu, bisanya cuma halo Mama, halo Papa—minta ini itu. Meski aku anak orang nggak punya, setidaknya aku masih punya harga diri. Dan bisa nikmatin segala sesuatu dari hasil keringat sendiri tuh rasanya spesial banget! Jadi daripada ngurusin hidup orang lain yang nggak penting, mending kamu pakai waktumu buat hal yang bermanfaat. Biar kamu bisa ba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-05
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Angin tak Boleh Mendengar

    “Kita duduk di sini saja. Di sana itu khusus untuk orang-orang kaya, biasanya ruangan privat, jadi memang disediakan bagi yang mau membayar mahal. Kalau di sini untuk kalangan menengah ke bawah, kita bebas, apalagi kita juga bisa menikmati alunan musik,” ujar Nathan. “Kamu kenapa, Dek? Kok banyak diam? Apa kamu nggak suka tempat ini? Kalau kamu nggak suka, kita bisa cari tempat lain," tawar Nathan sebab ia melihat sang kekasih yang hanya diam bahkan seperti tak nyaman.Seketika Reva tersadar dari lamunannya dan mengalihkan fokusnya pada lelaki di hadapannya kembali.“Enggak kok, Mas. Aku suka tempatnya,” balas Reva sambil tersenyum. “Aku diam bukan karena nggak suka, tapi aku kagum banget sama tempat ini. Mungkin kamu udah terbiasa ya datang ke tempat kayak gini. Kalau aku, ini baru pertama kali. Jadi aku kelihatan katrok, ya?”Nathan tertawa kecil. Tak lama kemudian pelayan datang menghampiri mereka. Nathan memesan makanan dan menawari Reva untuk memilih menu yang diinginkannya. Nam

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-07
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Jalan Raya Pemisah Cinta

    Jalan Raya Pemisah Cinta "Wis mulai belajar nakal, to?!" Suara Rindi melengking dari ambang pintu kamar Reva. Tangannya mencengkeram daun pintu erat, tubuhnya sedikit bergetar menahan amarah. "Sudah Ibu bilang, kamu itu nggak boleh hubung-hubungan sama Nathan! Kamu pikir kamu siapa? Dia itu anak orang kaya, Reva! Nduk, Ibu ini nggak mau kamu ngelakoni urip sengsara! Ibu nggak mau kamu dihinak-hinakan keluargane Nathan!" Napas Rindi mulai tersengal. Suaranya parau karena terlalu banyak berteriak. Tapi kali ini, bukan hanya dia yang menangis. Reva juga sudah tak sanggup lagi menahan air matanya. Isaknya tertahan di balik bantal, tubuhnya gemetar. Pintu kamar yang tak terkunci membuat Rindi dengan mudah menerobos masuk. Matanya merah, napasnya naik-turun, tanda emosinya sudah di ubun-ubun. "Wis pirang-pirang wong teko melamar kamu! Tapi kamu nolak kabeh! Ngene iki jebule alesane?!" Reva semakin menggigit bibirnya, mencoba menahan sesak di dadanya yang makin menjadi-jadi.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Sebelum Tragedi

    Pagi datang lebih cepat dari yang ia harapkan. Reva terbangun karena suara orang berbicara di luar kamarnya. Biasanya, bapak dan ibunya sudah membangunkannya sejak subuh. Tapi kali ini, tidak ada suara yang memanggilnya, tidak ada ketukan di pintu kamarnya. Ia melirik jam dinding. Setengah enam. Jantungnya mencelos. Sudah nyaris kesiangan. Reva bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudu. Setelah itu, ia berdiri di ruang tengah, siap menunaikan salat subuh. Tapi suara sinis tiba-tiba menyelusup ke telinganya. "Oalah, anak perawan jam segini baru bangun? Baru mau salat subuh?" Reva menoleh, mendapati Imam—kakak sepupunya—menatapnya dengan seringai usil. "Lihat jam, udah hampir jam enam. Salatmu itu nggak bakal diterima," lanjut Imam, tertawa mengejek. Reva mengembuskan napas kasar. "Nyebelin banget sih, Mas! Pagi-pagi udah di sini, mau minta sarapan?!" Imam terkekeh, tapi Reva tak lagi memperdulikannya. Ia segera masuk ke ruang salat, buru-buru melaks

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Cemohan Tetangga

    Langkah Rindi terhenti di depan rumah. Sebuah motor asing terparkir di sana. Dahinya mengernyit. Bukan motor tetangga, bukan pula milik saudara. Dengan gerakan hati-hati, ia masuk lewat pintu belakang, mengintip dari dapur. Suara tawa lelaki terdengar dari dalam rumahnya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Sudah bisa ia tebak, pasti Reva lagi-lagi menerima tamu lelaki. "Ibu sudah pulang?" tanya Reva saat Rindi melepas sepatu dengan gerakan sedikit kasar. "Heemmm..." jawab Rindi, malas meladeni. "Ada temanku yang main, Bu, tapi mereka belum dijamu. Aku mau beli ke warung, tapi nggak ada uang. Boleh minta duit?" Reva memasang wajah memohon, berharap ibunya luluh. "Nggak boleh!" jawab Rindi tegas tanpa kompromi. Sudah bukan sekali dua kali Reva membawa teman lelaki ke rumah. Selalu berbeda orang, berganti-ganti seperti baju. Rindi sampai malu diomongin para tetangga. "Anakmu lho, Rin, laris manis. Setiap hari kok ada saja lelaki yang datang." Rasanya telinganya sudah panas mendengar

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nasib Cinta Reva dan Nathan

    Saat sampai rumah, Rindi tak bersemangat untuk memasak. Ia hanya mengambil kacang panjang yang ada di kulkas hasil panennya sendiri ia akan menumisnya dengan tempe. Siang ini dan nanti sore akan makan pakai menu itu sedangkan ikan asin akan ia masak besok pagi untuk sarapan.Sedangkan di luar rumah Tina merengek minta jajan karena dari tadi pagi ia belum jajan. Alhasil Reva harus minta uang sama Ibunya yang, padahal ia ingin marah sama sang ibu."Bu, Tina minta beli jajan," ucap Reva saat menemui ibunya.Rindi hanya diam saja tetapi ia menyodorkan uang dua ribu untuk Reva sisa belanjanya tadi. Reva menerima begitu saja tanpa peduli dengan wajah sang ibu yang terlihat masam."Ayo beli jajan, tapi jalan kaki ya. Kakak capek kalau harus gendong kamu," ujar Reva."Asyik..." seru Tina kegirangan.Reva dan Tina menuju warungnya Aris yang tak jauh dari rumahnya. "Sana mau beli apa??" Sampai di warung Reva meminta sang adik memilih jajan."Mau beli apa, Tin??" Sapa Aris."Beli jajan, Mbak,"

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Diam-diam

    Hari-hari terus berlalu, Reva dan Nathan menjalani hubungan dengan tersembunyi, namun komunikasi merak tetap lancar. Hingga tiba waktunya pergantian tahun pun telah tiba."Dek, malam tahun baru ke alun-alun yuk." Nathan mengirim pesan pada Reva. Ia sudah sibuk mencari cara dari jauh-jauh hari untuk bisa membawa Reva ke luar rumah."Aku harus alasan apa, Mas, sama Ibu dan Bapak??" Reva mengirim pesan balasan, ia benar-benar tak bisa menjahui Nathan meski sebisa mungkin dia menghidarinya justru semakin kuat rasa cinta dan rindunya kepada Nathan."Gimana ya, Dek, aku juga bingung. Padahal aku udah jauh-jauh hari nyari cara biar kamu bisa keluar, tapi sampai sekarang belum ketemu. Aku malah semakin pusing," ujar Nathan.Kini mereka sedang melakukan panggilan vidio call, mereka tak lagi bisa bertemu karena Siti mengawasi Nathan sangat ketat. Ia tak mengijinkan Nathan sama sekali untuk bertemu Reva.Reva terkekeh ia tak percaya Nathan sudah merencanakan ini semua dari jauh hari, " Masak sih

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-31
  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ciuman di Bawah Kembang Api

    Malam pergantian tahun begitu riuh. Reva, yang baru pertama kali lepas dari aturan ketat rumah, takjub melihat betapa ramainya perbatasan kota. Apalagi, artis viral Denny Cicak turut diundang, membuat penggemarnya berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru kecamatan dan kabupaten."Ini lebih dari ekspektasiku, Fit. Ternyata semeriah ini, ya," gumam Reva."Ini belum seberapa, Mbak. Nanti kalau kembang api sudah dinyalakan, pasti lebih ramai lagi," balas Fitri sambil menggendong putranya."Wah, aku makin tak sabar," Reva semakin bersemangat."Bunda beli itu," Salmi menunjuk sebuah makanan khas turkey."Mbak Reva, aku mau kesana. Salmi minta kebab," ucap Fitri."Aku nunggu di sini aja deh," balas Reva. Sedangkan Faiz dan Dani sudah maju ke depan untuk menyaksikan dangdut.Di sekitar mereka, suara musik dangdut menggelegar. Faiz dan Dani sudah maju ke depan, menikmati hiburan. Sementara itu, Fitri dan Reva memilih tetap di belakang, menghindari desakan orang banyak, apalagi Fitri mem

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-31

บทล่าสุด

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Angin tak Boleh Mendengar

    “Kita duduk di sini saja. Di sana itu khusus untuk orang-orang kaya, biasanya ruangan privat, jadi memang disediakan bagi yang mau membayar mahal. Kalau di sini untuk kalangan menengah ke bawah, kita bebas, apalagi kita juga bisa menikmati alunan musik,” ujar Nathan. “Kamu kenapa, Dek? Kok banyak diam? Apa kamu nggak suka tempat ini? Kalau kamu nggak suka, kita bisa cari tempat lain," tawar Nathan sebab ia melihat sang kekasih yang hanya diam bahkan seperti tak nyaman.Seketika Reva tersadar dari lamunannya dan mengalihkan fokusnya pada lelaki di hadapannya kembali.“Enggak kok, Mas. Aku suka tempatnya,” balas Reva sambil tersenyum. “Aku diam bukan karena nggak suka, tapi aku kagum banget sama tempat ini. Mungkin kamu udah terbiasa ya datang ke tempat kayak gini. Kalau aku, ini baru pertama kali. Jadi aku kelihatan katrok, ya?”Nathan tertawa kecil. Tak lama kemudian pelayan datang menghampiri mereka. Nathan memesan makanan dan menawari Reva untuk memilih menu yang diinginkannya. Nam

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Tekad Reva

    "Silakan adukan sama tantemu, aku nggak takut! Jangan mentang-mentang kamu keponakan Bu Sarah, terus bisa berbuat seenaknya. Aku di sini bayar, bukan numpang, jadi aku nggak bakal takut! Lagi pula, aku bukan kerja jadi wanita panggilan. Aku kerja di restoran bakso Dua Putra, yang di seberang mal itu!" ujar Reva dengan tegas, menyebutkan tempat kerjanya.Meysa tertawa meremehkan."Elo pikir gue percaya? Cewek kampung kayak elo, cuma lulusan SMA, bisa kerja di restoran mewah? Paling-paling juga cuma jadi tukang bersih-bersih atau cuci piring.""Iya! Memang kenapa kalau aku cuma jadi tukang bersih-bersih? Yang penting kerjaanku halal! Nggak kayak kamu, bisanya cuma halo Mama, halo Papa—minta ini itu. Meski aku anak orang nggak punya, setidaknya aku masih punya harga diri. Dan bisa nikmatin segala sesuatu dari hasil keringat sendiri tuh rasanya spesial banget! Jadi daripada ngurusin hidup orang lain yang nggak penting, mending kamu pakai waktumu buat hal yang bermanfaat. Biar kamu bisa ba

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Ancaman

    Seusai salat Magrib, Reva baru saja diantarkan Nathan pulang ke kosannya. Nathan ingin menemui Bu Sarah, dan Reva berinisiatif untuk memanggilkannya."Aku ke atas dulu, naruh barang-barang ini sebentar. Nanti aku panggilkan Bu Sarah," ujar Reva berpamitan."Iya, Sayang. Aku tunggu, ya. Semoga masih ada kamar kosong, biar aku nggak jauh dari kamu," balas Nathan penuh harap."Amin. Bentar, ya," sahut Reva sambil tersenyum.Reva berjalan masuk ke halaman kos, sementara Nathan menunggu di luar gerbang. Selama menunggu, Nathan tak henti-hentinya menatap punggung sang kekasih."Mas, udah yuk. Rumah Bu Sarah ada di sebelah sana, jadi motornya bawa ke sana aja, ya," ujar Reva, menunjuk ke arah barat setelah kembali."Iya," balas Nathan singkat.Setibanya di rumah Bu Sarah, Reva menghampiri Pak Beni, penjaga keamanan rumah tersebut, dan menanyakan keberadaan Bu Sarah. Namun, ternyata Bu Sarah sedang berada di luar kota dan belum pulang."Oh, begitu ya, Pak. Saya mau tanya, apa masih ada kamar

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Penyesalan

    "Iya, Bu, aku juga nggak nyangka. Pokoknya aku nggak mau buru-buru punya anak. Aku mau bersenang-senang dulu dengan hartanya Mas Nathan," ucap Kinez, bibirnya melengkung dalam senyum penuh kemenangan."Iya, itu harus! Dan jangan lupa, kamu harus selalu mengajak Ibu serta adikmu. Kamu harus bisa menguras harta orang tua Nathan dan membalikkan nama semua harta mereka menjadi milikmu dan milik Ibu," balas Yati, suaranya dipenuhi ambisi. Kinez mengangguk yakin. "Itu pasti, Bu. Aku janji akan membuat Ibu bahagia.""Pintar! Anak Ibu memang benar-benar cerdas," puji sang Ibu dengan senyum lebar."Kurang ajar!! Dasar manusia jahanam!!" teriak Siti.Tanpa aba-aba, plak!! plak!! Dua tamparan mendarat di pipi Yati. Suara benturan telapak tangan dengan kulit menggema di ruangan. Yati tersentak, kepalanya menoleh ke samping akibat kerasnya tamparan."Awww! Lepasin! Sakit!!" jerit Yati, berusaha melepaskan diri.Kinez hanya menangis ketakutan, tubuhnya gemetar melihat ibunya diamuk Siti dengan br

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Rencana Pembalasan

    Seketika semua orang memandang ke arah Nandra yang melongo. Ada yang merasa kasihan, sementara yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala."Ya sudah kalau begitu, ayo segera berangkat! Tunggu apalagi?" seru Parto dengan semangat."I-iya, ayo semuanya berangkat. Nandra, cepat! Kasihan mereka yang sudah menunggu lama," ujar Jeki.Namun, bukannya bergegas, Nandra justru memprotes. "Bapak, kenapa nggak minta persetujuanku dulu? Aku nggak mau, ya, nikah sekarang! Apalagi sama Kinez! Kalau Bapak mau, Bapak aja yang nikah sama Kinez!""Heh! Jangan ngadi-ngadi kamu, Le! Bapak itu sudah punya Ibu! Bisa-bisanya kamu nyuruh Bapak menikahi Kinez!" seru Siti geram."Ya sudah, kalau gitu jangan paksa aku!" balas Nandra keras kepala.Ibu dan anak itu kini saling beradu pandang dengan sengit. Dalam hati, Nandra merasa seperti berada di posisi Nathan yang selalu menurut dan tak pernah membantah, sehingga mendapat lebih banyak kasih sayang dari ora

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suami Pengganti

    Tanpa aba-aba, Siti mendorong tubuh Rindi dengan kasar."Bu, awas!!" seru beberapa orang saat Rindi kehilangan keseimbangan.Tangannya refleks memeluk Tina lebih erat, melindungi gadis kecilnya agar tidak terjatuh. Wajahnya memucat, napasnya memburu."Astaghfirullah, Siti! Kamu sudah gila?!" suara Jeki meledak, membuat ruangan semakin sunyi.Di luar, beberapa tetangga mulai berkumpul, penasaran dengan kegaduhan yang terjadi. Mereka berbisik-bisik, membahas kaburnya Nathan yang kini menjadi perbincangan seluruh kampung.Angin siang bertiup pelan, menggoyangkan daun-daun di halaman. Namun, hawa di dalam rumah tetap terasa panas, bukan karena cuaca, tetapi karena emosi yang semakin membara.Rumah Jeki semakin riuh. Bisikan para tetangga semakin kencang, membentuk lingkaran gosip yang mengelilingi keluarga itu. Wajah-wajah penuh rasa ingin tahu menatap Rindi yang masih berdiri di tempatnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Suasana Panas di Rumah Nathan

    Suasana Panik di Rumah Jeki"Mungkin dia lagi di kamar mandi, atau keluar sebentar. Memangnya kamu udah mencarinya?" tanya salah satu kerabat yang lain.Siti menggeleng. "Aku cuma lihat di kamarnya, nggak sempat cari ke tempat lain."Kakak Jeki, Warsih, yang mendengar kegaduhan itu langsung berseru lantang, "Coba cari lagi! Kalian yang di luar ada lihat Nathan nggak?"Sekejap suasana berubah semakin riuh. Semua orang yang ada di rumah mulai berhamburan ke luar, mencari Nathan di setiap sudut rumah dan halaman."Nathan...!!""Nathan...!!!""Kamu di mana, Nathan? Kita semua udah siap, tinggal nunggu kamu aja!"Beberapa tamu yang baru datang ikut kebingungan melihat keluarga Jeki berteriak-teriak mencari seseorang. Para tetangga yang sedang berkumpul di depan rumah pun mulai ikut mencari, memeriksa ke pekarangan, ke belakang rumah, bahkan ke jalanan sekitar.Di tengah kekacauan itu, Suri—adik Nathan—berlar

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Nathan Kabur

    Nathan membawa Reva keluar dari area restoran. Sejak bertemu kekasihnya, ia sampai lupa kalau perutnya sudah lama meronta minta diisi."Sayang, kita beli makan dulu, ya? Aku laper banget, dari pagi belum makan," ucap Nathan sambil mengelus perutnya. Ia tahu betul akibat telat makan bisa bikin tubuhnya drop. Sekarang hatinya sudah lega setelah berhasil kabur dari rumah dan bertemu Reva. Baginya, ini anugerah luar biasa. Ia harus tetap sehat agar bisa terus menjaga gadisnya."Mau, tapi aku nggak punya uang," sahut Reva polos.Nathan terkekeh, lalu mengacak pelan rambut Reva. "Yang ngajak kan aku, jadi ya aku yang bayar, Sayang. Masa iya aku suruh kamu bayar sendiri? Aku ini pacar kamu, lho."Reva tersenyum. "Ya udah deh, makasih ya.""Iya, Sayang."Nathan menoleh ke kanan dan kiri, mencari tempat makan yang nyaman, bersih, dan nggak terlalu ramai."Mas, kelewat! Tadi ada kedai penjual nasi, lho," ujar Reva sambil menepuk p

  • Rahasia Panas Cinta Terlarang   Bertemu

    "Duh, Rev, kok elo nolak tawaran Pak Aaris sih? Harusnya elo terima aja. Lumayan kan, dapat tumpangan gratis daripada jalan kaki mulu. Gue nggak nyangka, lho, Pak Aaris nawarin elo pulang bareng. Di dalam tadi kalian ngobrolin apa aja sih? Gue kepo," ujar Keysa dengan antusias."Nggak lah, Kak, aku nggak enak sama Pak Aaris. Tadi kita nggak ngobrolin apa-apa kok, cuma bahas soal hadiah dan aku ngucapin terima kasih. Udah gitu doang," balas Reva, berusaha menutupi kegugupannya."Elo pakai pelet apa sih sampai Pak Aaris bisa nyantol sama elo?" Nita menyela dengan nada geram, matanya menatap tajam ke arah Reva.Reva hanya tersenyum tipis, sudah mulai terbiasa dengan sikap Nita yang selalu sinis padanya."Udah nyadar belum kalau Pak Aaris nggak pernah ngelirik elo, Nit? Justru malah nyantol sama Reva yang orang baru! Kesaing, kan? Kasihan!" ledek Keysa sambil tertawa kecil."Udah, kalian nggak usah ngomongin Pak Aaris terus. Ntar kuping Pak A

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status