“Hei, kau tidur ya?!”Arsyila terkesiap mendengar suara teriakan dari dalam ponselnya. Zhou, mendengar suaranya jelas pria itu sedang kesal. Kesal karena Arsyila baru saja mengabaikannya. Entah kemana perginya pikiran Arsyila. Gadis itu tidak fokus untuk beberapa saat.“Ma-maaf. Tadi kau bilang apa?” tanya Arsyila tanpa merasa bersalah. Kali ini Arsyila memastikan telinganya benar-benar siap.“Astaga, kau benar-benar tidak mendengarkanku?! Sungguh sia-sia aku membacakan pidato panjang padamu!”“Apa? Pidato?” Arsyila tidak bisa menahan tawanya. Zhou yang marah memang menyeramkan saat dilihat secara langsung. Tapi hanya mendengar suara pria itu melalui telepon malah membuat Arsyila sedikit … terhibur? Apakah ini karena Arsyila sudah cukup sering mendengar pria itu marah-marah?“Jangan tertawa!”Arsyila segera melipat bibirnya. Berusaha mungkin menghentikan tawanya. Tidak ingin menambah kemarahan Zhou.“Baiklah. Aku sungguh
Arsyila duduk dengan canggung diatas sofa panjang di ruang kerja Reyga. Mata coklatnya beberapa kali melirik diam-diam Reyga yang duduk dengan wajah kusut di depan komputernya. Pria itu kesal. Itu tergambar jelas di wajahnya.Sebelumnya Reyga melarang Arsyila menelpon Zhou. Wajah pria itu mengeras dengan otot-otot wajah yang mencuat. Melihatnya tentu saja Arsyila segera menyembunyikan kembali ponselnya. Namun sebelum itu, tangan Syakila bergerak lebih cepat merampas ponsel Arsyila dan mengatakan bahwa dirinya sendiri yang akan menelpon Zhou. Ekspresi Reyga semakin buruk. Tentu saja, Arsyila bisa mengerti bahwa suaminya sedang cemburu. Fakta bahwa Reyga mencintai kakaknya, itu sesuatu yang tak lagi berusaha Arsyila sangkal. Itu pasti benar. Terlebih melihat kedekatan mereka. Bukankah mereka begitu serasi?Memikirkannya hati Arsyila kembali nyeri. Tanpa sadar Arsyila menghela napasnya kasar. Begitu mata coklatnya kembali menatap ke arah Reyga, gadis itu dik
“Jadi, kamu mengabaikan pendidikanmu selama aku tidak ada?! Kamu bahkan memilih universitas kecil di Belgum dari pada menerima tawaran di Aegyo!”“Kakak, Teroa tidak seburuk itu.”“Tetap saja! Pada akhirnya kamu tidak melanjutkan pendidikanmu dengan baik,kan?!”Arsyila menghela napas. Entah bagaimana percapan mereka berakhir jadi omelan panjang yang harus diterima telinga Arsyila. Arsyila tau kakaknya akan marah besar begitu tau tentang nasib perkuliahannya. Keputusan mengambil universitas Teroa memang keputusan yang diambil Arsyila dengan terburu-buru. Meski Syakila sebelumnya selalu berpesan pada Arsyila untuk mewujudkan impiannya, tapi bagi Arsyila saat itu tak ada yang lebih penting dari pada mengungkap alasan kematian Syakila. Kali ini Arsyila harus rela mengorbankan telinganya untuk mendengarkan omelan.“Kakak ….”“Haa … dasar keras kepala!” Arsyila tertawa. Gadis itu tau itu adalah ujung omelan panjang Syakila. Wanita ham
“Erin!”Syakila langsung berlari menghambur ke dalam pelukan Yerina begitu dua sahabat itu bertemu. Arsyila sempat panik saat melihat kakaknya yang tiba-tiba berlari. Tapi gadis itu segera tersenyum melihat reuni dua orang itu.Saat ini mereka ada di kota Aston, tepatnya di depan warung ramen di seberang Delyan bar.“Haruskah aku membeli tisu?” tanya Zhou yang sudah berdiri tepat di samping Arsyila. Arsyila terkekeh pelan. Zhou sepertinya sudah tau jika reuni dua sahabat itu akan membuahkan air mata.“Aku bersyukur Kila masih mau bertemu denganku,” gumam Zhou membuat Arsyila menoleh ke arah pria itu. “Apa menurutmu Kila masih memiliki perasaan terhadapku?” tanya Zhou sedikit mencondongkan tubuhnya. “Apa?” Arsyila pura-pura tidak mendengarnya. Meskipun perasaannya terhadap Zhou sudah berlalu, tapi tetap saja menyebalkan saat pria itu terang-terangan menunjukkan perasaannya. Mungkinkah Zhou lupa jika dia bertanya pada gadis yang
“Syila, tenanglah!”Arsyila menatap Reyga dengan linglung. Pandangannya buram. Air mata terus bercucuran dari sepasang mata coklatnya. Tanpa gadis itu sadari, tubuhnya sudah gemetar hebat dan pernapasannya tersengal-sengal.“K-kak Kila, kakak. Aku harus mencari kakak.” Arsyila bangun dengan terburu-buru. Mengabaikan Reyga dan Yerina yang menatap cemas padanya. Gadis itu berjalan terhuyung-huyung sebelum akhirnya kembali jatuh ke tanah.“Syila!” Reyga segera membawa Arsyila dalam pelukannya. Gadis itu tidak baik-baik saja. Keadaan cukup keruh untuk berpikir jernih sekarang. Zhou yang tumbang, Yerina yang babak belur, dan Arsyila yang terkena serangan panik. Sepertinya hanya Reyga saja yang dapat diandalkan sekarang.Menyelamatkan Syakila sangatlah penting. Tapi lebih penting untuk menyelamatkan orang-orangnya dulu. Reyga membawa semua orang dalam mobilnya. Pergi menuju klinik terdekat.“Syila, minumlah lebih dulu.” Reyga menyodorkan air mineral pada Arsyila yang sudah sedikit lebih ten
“Aku akan kesana sebagai pelanggan. Lalu akan memesan Nora. Itu jauh lebih aman. Kalian setuju dengan rencanaku?” “Y—““Tidak!” Arsyila berteriak kencang membuat semua orang menatapnya penuh keterkejutan. Bahkan beberapa perawat sampai datang untuk memeriksa keadaan mereka.“Ma-maaf, kami akan memelankan suara kami,” ucap Yerina merasa tak enak hati. Wanita itu lantas memicingkan matanya pada Arsyila yang sudah cukup sadar dengan kehebohan yang dia buat. Gadis itu menutup mulutnya. Wajahnya menunjukkan raut menyesal.“Kau tidak setuju? Kenapa? Kupikir itu rencana yang bagus.” Zhou bertanya lebih dulu. Arsyila menelan salivanya. Arsyila tau diantara mereka berempat, hanya dirinya sendiri yang tidak menyetujuinya. Arsyila melirik ke arah Reyga. Tentu saja pria itu adalah alasannya. Arsyila merasa tidak terima jika sampai Reyga disentuh oleh para wanita di Borya. Tidak, Arsyila tidak akan rela! Sayangnya tidak mungkin Arsyila akan blak-bl
“Wanita ini Nora yang Anda inginkan, Tuan:”Reyga mengedipkan matanya. Dia memang pernah mendengar jika gambar dengan wajah orang aslinya kadang sedikit berbeda. Mata kelabu itu kembali memandang wanita di depannya dari ujung kepala hingga kaki. Sungguh perbedaan itu terlalu besar.Bukan itu saja masalahnya. Nora yang ada dalam gambar itu terlihat dewasa. Tapi Nora yang ada di depannya ini, bukankah dia masih anak-anak?!“Tuan, apa Anda meragukan saya karena penampilan saya? Kalau begitu kenapa kita tidak segera masuk ke kamar saja. Saya pasti akan menunjukkan keterampilan saya.” Nora mengambil langkah maju. Mengambil kunci dari bartender dan segera menempel di lengan Reyga. Ini tangkapan besarnya. Karena jarang ada pelanggan yang mau dengannya, jadi kali ini Nora tidak akan melepaskannya. Terlebih mangsanya kali ini terlihat muda dan tampan. Satu lagi, juga kaya raya.Reyga terlihat risih saat sesuatu yang empuk menyentuh lengannya. Matanya kemba
Segalanya tidak bisa dibeli dengan uang. Tapi segalanya bisa lebih mudah tercapai dengan uang. Sekarang Arsyila tau alasan kenapa manusia harus bekerja keras mengumpulkan banyak uang selama hidupnya. Karena uang adalah salah satu bahan bakar kehidupan. Tanpa uang kehidupan tidak berjalan. Karena itulah banyak manusia-manusia yang rela melakukan apapun demi uang. Baik itu pekerjaan yang berat bahkan pekerjaan yang hina dan kotor sekalipun.Arsyila tak pernah berpikir menggunakan jalur uang sebelumnya. Atau Arsyila bisa sebut itu jalur sogokan? Suap? Yah, Arsyila cukup miskin untuk melakukannya. Karena itulah cara itu sama sekali tak terlintas dalam pikirannya. Arsyila cukup terkejut dangan jumlah nominal yang ditawarkan Reyga pada Nora. Lebih mengejutkan lagi reaksi Nora yang langsung jatuh bersujud di hadapan mereka semua.Mungkin Nora adalah pemuja uang. Pemikiran konyol Arsyila segera dipatahkan saat melihat Nora menangis sejadi-jadinya. Itu sempat membuat Arsyil
Arsyila selalu merasa senang menghabiskan waktu bersama Syakila. Apalagi semenjak penculikan yang dilakukan tuan Derin terakhir kali. Arsyila jadi over protektif pada kakaknya. Arsyila terus mengekor kemanapun Syakila pergi, kecuali saat bersama Zhou tentunya. Arsyila yakin Zhou bisa menjaga kakaknya. Yah, walaupun Arsyila seringkali memprotes Zhou karena Zhou suka memonopoli Syakila. Arsyila cemburu karena waktu yang Zhou habiskan bersama Syakila lebih banyak dari dirinya. “Kakak, padahal di taman rumah kita juga memiliki bunga. Kenapa kita harus jauh-jauh datang kemari hanya untuk melihat bunga? Lagi pula bunga ini terlihat biasa saja.” Arsyila menyentuh kelopak bunga daisy dengan telunjuknya. Semalam dia sempat berdebat dengan Syakila hanya karena masalah bunga. Beberapa hari terakhir Syakila dengan keras kepala ingin pergi ke Ossy Blossom, rumah kaca terbesar di Oswald. Arsyila tentu saja menentangnya. Usia kandungan Syakila yang sudah tua membuat Arsyila merasa was-was membawa
Arsyila bangun dengan rasa pegal di seluruh tubuhnya. Rasanya seperti dia baru saja mengikuti lomba lari berpuluh-puluh kilo meter dan lomba angkat beban puluhan kilo dalam waktu bersamaan. Sebenarnya apa yang dilakukannya kemarin sampai tubuhnya sakit semua seperti ini? Terlebih, rasa tidak nyaman pada selakangannya benar-benar mengganggunya. Arsyila menggeliat dalam selimutnya. Gadis itu masih enggan untuk membuka kedua matanya yang masih berat. Arsyila berniat untuk melanjutkan tidurnya sampai sebuah suara mengejutkannya.“Kamu sudah bangun?”Seketika kedua mata Arsyila terbuka lebar. Bola mata Arsyila rasanya hampir melompat melihat sosok Reyga yang terlihat sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dengan wajah pucat, Arsyila menatap horor suaminya. Ketika Arsyila mengingat apa yang sudah terjadi semalam, gadis itu terbengong dengan wajah yang sulit dibaca.“Kamu terlihat pucat. Apa kamu merasa sakit?” Ibu jari Reyga mengusap wajah Arsyila perlahan. Pria itu terlihat cemas. Sentuhan R
“Ka-karena kita suami istri, kita harus tidur satu ranjang!”Arsyila ingat bagaimana dirinya dengan percaya diri mengatakan itu pada Reyga. Tapi kemana perginya rasa percaya dirinya itu sekarang?! Arsyila yakin Reyga pasti memandangnya sebagai gadis yang agresif. Dan juga … tak tau malu. Kenyataannya Arsyila benar-benar serakah. Tak cukup dengan meminta Reyga berjanji tak akan meninggalkannya. Selanjutnya Arsyila meminta Reyga berbagi ranjang dengannya. Setelah berbagi ranjang, mungkin selanjutnya Arsyila akan meminta ruang di hati Reyga? Entahlah, Arsyila sendiri tak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya. Gadis itu sungguh-sungguh tergila-gila pada suaminya.Rasa ingin memiliki, rasa ingin dicintai, rasa ingin menguasai. Perasaan semacam itu terus berkembang hingga tak terbendung. Mereka mengendap di dasar kemudian tiba-tiba muncul di permukaan dengan membabi buta. Seperti tanaman eceng gondok yang dengan cepat menyelimuti seluruh permukaan sungai. Se
“Kakak, kakak cantik sekali!” puji Arsyila kesekian kalinya. Di depannya, Syakila tengah mematut dirinya di depan cermin. Dalam balutan kain warna putih, Syakila terlihat sangat anggun dengan gaun pengantin.Lima bulan telah berlalu sejak persidangan tuan dan nyonya Derin. Syakila telah melahirkan bayinya sebulan kemudian. Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan Syakila telah lahir ke dunia. Namanya Aluna, itu adalah nama yang telah diberikan Zhou untuk putri Syakila.Arsyila sendiri sudah memulai kembali kehidupan kampusnya. Arsyila keluar dari universitas Teroa, lalu berpindah ke universitas Aegyo di Oswald yang tidak begitu jauh dari rumah. Berbeda dengan saat di Teroa, di Aegyo Arsyila lebih rajin dan benar-benar fokus pada cita-citanya menjadi designer profesional.“Aluna sayang, lihat mamamu terlihat gugup sekali.” Aluna terlihat tertawa di dalam gendongan Arsyila. Bayi tiga bulan itu seolah mengerti apa yang dikatakan Arsyila.“Lihatlah, bahkan putrimu mentertawakan mamany
“Mari kita bahas perceraian kita.”Tubuh Arsyila menegang. Mata coklatnya melebar penuh keterkejutan. Persidangan tuan Derin sudah selesai, dan tak ada alasan lagi untuk mereka menunda perceraian. Arsyila bahkan sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Namun hatinya tetap terguncang saat kata perceraian keluar dari mulut Reyga sendiri.“Be-benar.” Sulit untuk mengendalikan perasaannya. Rasanya Arsyila ingin menangis. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh dari kedua matanya. Tidak, Arsyila merasa sangat tidak siap sekarang!“Syila, aku—“Suara perut Arsyila yang nyaring menginterupsi pembicaraan mereka. Arsyila menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika memerah. Air mata lolos dari mata coklatnya. “Uhh, a-aku sangat lapar!”Ini memalukan! “Lapar! Waaa!” Karena terlanjur malu, lebih baik totalitas saja. Jika itu bisa menghentikan perceraianannya, Arsyila pasti rela melakukannya. Arsyila menangis keras seperti anak-anak. Berti
“Kak Reyga, kakak jadi lebih tampan!”“Aku rindu kak Reyga!”“Kak Reyga, mana permen yang kakak janjikan bulan lalu?!”“Kak Reyga, ayo menikah denganku!”Reyga hanya tertawa menanggapi anak-anak yang mengerubunginya. Suasana hati pria itu terlihat bagus. Ekspresi senangnya berbanding terbalik dengan wajah yang ditunjukan Arsyila sekarang. Gadis itu terlihat masam dan semakin masam. Tanpa disadari Arsyila, bibirnya telah cemberut melihat para anak perempuan centil yang menggoda suaminya.Mereka hanya anak-anak. Benar, mereka hanya anak-anak!Arsyila berusaha menenangkan hatinya. Sedikit konyol memikirkan dirinya yang merasa cemburu hanya karena anak kecil. Tapi begitu melihat salah satu anak perempuan yang berusia sekitar tujuh tahun mencium pipi suaminya, Arsyila tak bisa lagi mempertahankan ketenangannya. Tidak, dia tak bisa diam saja! Arsyila tak bisa membiarkan ini lebih lama!Anak-anak itu bukan sekedar anak-anak kec
Hakim telah menjatuhkan hukuman untuk Tuan dan Nyonya Derin atas kasus penculikan anak. Dua belas tahun penjara untuk Nyonya Derin. Sedang tuan Derin mendapatkan hukuman dua kali lipat dari istrinya karena kejahatan berlapis yang dilakukannya. Semua orang hadir, termasuk Nora dan Yerina yang datang sebagai saksi.Borya telah ditutup. Reyga memberikan tempat kerja yang layak untuk para mantan pekerja Borya. Beberapa orang mengikutinya, sedang beberapa seperti Yerina menolak tawaran pekerjaan yang telah diberikan Reyga. Yerina lebih suka memilih sendiri jalannya.Arsyila menatap tuan dan nyonya Derin. Mereka berdua tampak lebih kurus dari yang terakhir Arsyila lihat. Arsyila tak akan bisa melupakan kejahatan yang telah diperbuat tuan Derin terhadap kakaknya dan dirinya. Jadi sampai kapan pun Arsyila tak akan bisa memaafkan pria paruh baya itu. Bahkan setelah semua ini tak ada sedikit pun raut bersalah di wajah tuan Derin.Berbeda dari tuan Derin, Arsyila bis
Malam itu Arsyila dan Syakila tidur di kamar nyonya Sisilia. Berkumpul dalam selimut yang sama merayakan kembalinya keluarga mereka. Syakila dan nyonya Sisilia terlihat sudah jauh berlayar dalam alam mimpinya, berbeda dengan Arsyila yang masih terjaga. Sekeras apapun Arsyila berusaha menutup matanya, gadis itu sama sekali tak bisa terlelap. Hatinya terasa tidak tenang. Kantuk sama sekali tak menghampirinya. Ini sudah lewat tengah malam. Tapi kedua matanya justru semakin segar. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagianya karena akhirnya dia bisa berkumpul bersama kakak dan ibu kandungnya. Tapi ternyata Arsyila tidak sepenuhnya merasa demikian. Arsyila merasa senang, tentu saja. Tapi disaat yang sama Arsyila juga merasa gelisah. Ini tentang hubungannya dengan Reyga. Setelah hari ini, Arsyila tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan dari hubungan mereka.Mendesah dengan frustasi. Arsyila pikir dirinya tidak bisa berdiam diri seperti ini. Arsyila akhirny
“A-apa ini?” Arsyila menatap amplop coklat di tangannya dengan wajah kebingungan. Begitu dirinya dan Syakila datang dan ikut berkumpul, Reyga sama sekali tak menjelaskan apa-apa. Pria itu justru memanggil Roby yang membawa beberapa tumpukan dokumen. Amplop coklat yang ada di tangan Arsyila saat ini adalah salah satunya.Arsyila mengedarkan tatapannya pada semua orang yang ada di ruangan itu. Arsyila bisa menangkap raut tegang dari semua wajah itu. Tak terkecuali Reyga, bahkan nyonya Sisilia juga. Mata amber nyonya Sisilia terlihat berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu terlihat menahan berbagai emosi dalam dirinya. Ketika Arsyila melihat kakaknya, dia cukup heran dengan sikap tenang sang kakak. Tidakkah Syakila juga merasa bingung dengan situasi yang mereka hadapi sekarang? Bagaimana kakaknya bisa setenang itu? Arsyila bertanya-tanya dalam hatinya.“Aku tau kamu pasti merasa bingung. Jadi bukalah itu, itu adalah kebenaran yang harus kamu ketahui.”“Kebenaran?