Hari-hari setelah penemuan kotak kayu itu dipenuhi dengan rasa penasaran dan kegelisahan bagi Lara. Setiap kali dia melihat kotak itu, pikirannya penuh dengan pertanyaan tentang ayahnya. Siapakah sebenarnya Fajar? Kenapa dia terlibat dalam dunia mafia? Dan mengapa rahasia ini disembunyikan darinya selama ini?
Suatu pagi, di sekolah, Lara bertemu dengan sahabatnya, Maya, di kantin. "Lara, kamu kelihatan nggak tenang belakangan ini. Ada apa?" tanya Maya sambil menyesap jus jeruknya. Lara menarik napas dalam-dalam dan menceritakan semuanya. Tentang kotak kayu, foto-foto, dan rahasia yang diungkapkan ibunya. "Jadi, ayahmu dulu mafia? Gila, Lara. Ini kayak di film!" kata Maya dengan mata terbuka lebar. "Iya, tapi ini nyata, May. Aku nggak tahu harus bagaimana. Aku mau tahu lebih banyak, tapi Ibu nggak mau cerita lebih jauh," jawab Lara dengan wajah serius. "Kita harus cari tahu sendiri. Kita mulai dari mana?" Maya terlihat antusias, seolah-olah mereka sedang merencanakan petualangan besar. "Aku nggak tahu, May. Ibuku menyebut nama Arman, teman lama ayahku. Mungkin kita bisa mulai dari situ," kata Lara sambil memandangi sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar. Sepulang sekolah, Lara dan Maya pergi ke rumah Lara. Ratna sedang duduk di ruang tamu, tampak lelah dan cemas. "Bu, aku perlu tahu lebih banyak tentang Arman. Di mana kita bisa menemukannya?" tanya Lara dengan nada memohon. Ratna menatap Lara sejenak sebelum menjawab. "Arman tinggal di daerah Kota Tua. Dia bekerja di sebuah bengkel di sana. Tapi, Lara, ini bisa sangat berbahaya." "Aku harus melakukannya, Bu. Aku harus tahu tentang Ayah," kata Lara dengan tekad yang kuat. Ratna akhirnya menyerah dan memberikan alamat bengkel Arman. "Hati-hati, Lara. Dan jangan pergi sendirian." Maya, yang mendengarkan dari samping, segera berkata, "Aku akan ikut dengan Lara, Tante. Kita akan baik-baik saja." Lara dan Maya berangkat ke bengkel Arman dengan perasaan campur aduk antara takut dan penasaran. Setibanya di sana, mereka disambut oleh suara denting logam dan bau oli mesin. Seorang pria paruh baya dengan rambut beruban dan wajah keras sedang bekerja di bawah kap mobil. "Maaf, ini bengkel Pak Arman?" tanya Lara dengan suara sedikit gemetar. Pria itu berdiri dan menatap mereka. "Iya, saya Arman. Kalian siapa?" "Aku Lara, anak Fajar. Aku butuh bantuanmu," kata Lara dengan tegas. Arman terkejut mendengar nama itu. "Lara? Sudah lama sekali. Apa yang bisa saya bantu?" Lara menjelaskan tentang kotak kayu dan foto-foto yang ditemukannya. Arman mendengarkan dengan seksama, wajahnya menunjukkan campuran emosi yang sulit dijelaskan. "Ayahmu memang pernah terlibat, tapi dia meninggalkan semua itu demi keluarganya. Namun, masih ada musuh yang tidak pernah melupakan dia," kata Arman dengan suara berat. "Siapa musuh itu?" tanya Lara, semakin penasaran. "Ada banyak, tapi yang paling berbahaya sekarang adalah Riko. Dia merasa ayahmu mengkhianati keluarga mafia," jawab Arman sambil menghela napas. "Riko? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Lara, merasa beban di pundaknya semakin berat. "Kita harus berhati-hati. Kamu dan ibumu dalam bahaya. Aku akan membantu kalian semampu yang aku bisa," kata Arman dengan tegas. Lara merasa sedikit lega mendengar itu, tapi juga semakin sadar bahwa ini bukan sekadar petualangan remaja biasa. Ini adalah dunia yang penuh dengan bahaya nyata. Mereka kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Di rumah, Ratna sudah menunggu dengan cemas. "Bagaimana, Lara? Apa yang kamu temukan?" tanya Ratna. "Kita harus berhati-hati, Bu. Arman bilang Riko sangat berbahaya. Tapi dia akan membantu kita," jawab Lara. Ratna mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Kita akan melewati ini bersama, Lara. Kita harus kuat." Malam itu, Lara tidak bisa tidur. Pikirannya penuh dengan gambaran masa lalu dan bayangan ancaman yang mengintai mereka. Namun, dia tahu satu hal: dia harus menemukan kebenaran tentang ayahnya, bagaimanapun caranya. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana Lara dan keluarganya akan menghadapi ancaman yang datang? Siapa sebenarnya Riko, dan apa yang dia inginkan dari mereka? Lara tahu ini baru permulaan, dan perjalanan mencari jawaban ini akan semakin berbahaya.Malam itu, setelah berjam-jam terjaga, Lara akhirnya terlelap dengan pikiran penuh kekhawatiran. Keesokan paginya, dia terbangun dengan tekad baru. Dia tahu bahwa menemukan kebenaran adalah satu-satunya cara untuk melindungi keluarganya dan mungkin menemukan kedamaian bagi dirinya sendiri.Sepulang sekolah, Lara dan Maya kembali ke rumah Lara untuk berdiskusi lebih lanjut tentang langkah berikutnya."Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Riko dan bagaimana dia terlibat dengan ayahmu," kata Maya, membuka laptopnya."Iya, tapi di mana kita mulai? Ini bukan sesuatu yang bisa kita temukan di Google," jawab Lara, merasa putus asa."Tunggu sebentar. Bagaimana kalau kita mulai dari artikel lama atau berita tentang kejadian kriminal di masa lalu? Mungkin ada petunjuk tentang Riko di sana," saran Maya.Lara mengangguk setuju. Mereka mulai mencari artikel lama tentang kejahatan di Jakarta pada tahun 90-an, terutama yang terkait dengan nama Fajar atau keluarga mafia lainnya. Setelah beber
Malam itu, Lara merasa semakin terbebani oleh kenyataan yang dihadapinya. Dengan bukti baru di tangan, dia tahu mereka sedang melawan sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Dia dan Maya menghabiskan malam dengan menyusun rencana dan memastikan semua bukti yang mereka temukan tersimpan dengan aman.Keesokan paginya, Arman datang dengan kabar baru."Aku berhasil menghubungi beberapa teman lama. Mereka setuju untuk membantu kita, tapi kita harus berhati-hati. Banyak yang takut pada Riko," kata Arman saat mereka berkumpul di ruang tamu."Siapa saja yang mau membantu kita?" tanya Lara, berharap ini bisa menjadi titik balik."Namanya Budi dan Toni. Mereka dulu bekerja dengan ayahmu, tapi sekarang mereka punya kehidupan normal. Mereka setuju untuk bertemu dan mendiskusikan rencana kita lebih lanjut," jawab Arman.Mereka sepakat untuk bertemu dengan Budi dan Toni di sebuah kafe yang cukup terpencil. Saat mereka tiba di sana, Budi, seorang pria berpenampilan sederhana de
Pagi itu, setelah menerima pesan ancaman, Lara tahu bahwa mereka harus bergerak cepat. Bersama dengan Arman, Budi, dan Toni, mereka menyusun rencana untuk menghadapi Riko dan memastikan keselamatan mereka."Saat ini, yang paling penting adalah menyembunyikan bukti dan memastikan kita tidak terjebak. Kita akan membuat jebakan untuk Riko," kata Arman."Bagaimana cara kita melakukannya?" tanya Lara, masih merasa tegang."Kita akan memanfaatkan pertemuan yang sudah kita atur dengan polisi. Kita akan membuat seolah-olah kita akan menyerahkan semua bukti di sana, tetapi sebenarnya itu hanya umpan," jawab Arman.Malam itu, mereka menyusun rencana detail untuk menjebak Riko. Mereka memilih tempat pertemuan yang sudah disepakati dengan polisi, sebuah gudang tua yang jarang digunakan. Arman, Budi, dan Toni mengatur agar polisi yang bersekutu dengan mereka menunggu di dekat lokasi, siap untuk menangkap Riko dan orang-orangnya."Kita harus berhati-hati. Riko pasti tidak akan datang sendiri. Dia a
Meski Riko telah ditangkap, Lara dan timnya tidak bisa berpuas diri. Mereka tahu bahwa sisa-sisa kekuatan Riko masih berkeliaran dan bisa menyerang kapan saja. Mereka terus bekerja sama dengan polisi untuk memastikan keamanan dan mengungkap lebih banyak bukti.Beberapa hari setelah penangkapan Riko, Arman menerima telepon dari salah satu kontaknya di kepolisian."Arman, kami mendapat kabar bahwa ada seorang pejabat tinggi yang masih bekerja sama dengan Riko dari dalam kepolisian. Kami belum tahu siapa, tapi dia bisa menjadi ancaman besar bagi kalian," kata kontak tersebut."Terima kasih atas informasinya. Kami akan lebih berhati-hati," jawab Arman, merasa kekhawatiran semakin meningkat.Arman segera memberitahu Lara dan timnya tentang ancaman baru ini. Mereka semua menyadari bahwa musuh mereka mungkin lebih dekat dari yang mereka kira."Kita harus menemukan siapa pejabat tinggi ini dan bagaimana dia bekerja dengan Riko. Jika kita bisa mengungkapnya, kita bisa mengurangi ancaman yang t
Beberapa minggu setelah penangkapan Riko dan pejabat korup yang bersekutu dengannya, kehidupan Lara dan keluarganya mulai perlahan kembali normal. Namun, ketenangan ini terasa rapuh. Mereka tahu bahwa meskipun ancaman terbesar telah diatasi, bayang-bayang masa lalu masih mengintai.Suatu pagi, saat Lara sedang bersiap untuk sekolah, dia menemukan sebuah paket kecil di depan pintu rumah. Paket itu tidak memiliki pengirim yang jelas, hanya berisi sebuah catatan singkat: "Jangan pernah lupa dari mana kamu berasal."Lara merasa cemas. "Arman, lihat ini," katanya sambil menunjukkan paket tersebut.Arman memeriksa paket itu dengan hati-hati. "Ini bisa jadi pesan dari seseorang yang tahu tentang masa lalu ayahmu. Kita harus sangat berhati-hati."Hari itu di sekolah, Lara mencoba fokus pada pelajaran, tetapi pikirannya terus melayang pada pesan yang dia terima. Saat istirahat, dia berbicara dengan Maya di taman sekolah."Maya, aku merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. Sepert
Ledakan mobil yang mengejutkan mereka membuat Lara dan timnya sadar bahwa mereka tidak punya banyak waktu. Mereka segera kembali ke dalam rumah Bima, mencari cara untuk melarikan diri dan menyusun rencana berikutnya."Bima, kamu tahu siapa yang bisa melakukan ini?" tanya Arman dengan nada tegas.Bima mengangguk. "Kemungkinan besar itu adalah anak buah Riko yang masih bebas. Mereka pasti tahu bahwa kalian mencari saya.""Kita harus segera meninggalkan tempat ini. Mereka pasti akan kembali," kata Budi sambil melihat ke arah pintu.Mereka dengan cepat mengemas barang-barang penting dan memutuskan untuk meninggalkan desa secepat mungkin. Bima, yang telah lama bersembunyi, setuju untuk ikut dengan mereka dan membantu mengungkap jaringan kejahatan yang lebih luas.Saat mereka melaju meninggalkan desa, Lara merasa ketegangan semakin meningkat. "Apa rencana kita sekarang?" tanya Lara sambil menatap Arman."Kita harus mencari tempat aman terlebih dahulu. Setelah itu, kita akan menghubungi poli
Setelah penangkapan Surya, kehidupan Lara dan keluarganya mulai kembali stabil. Namun, mereka sadar bahwa ancaman dari sisa-sisa jaringan Surya masih ada. Mereka harus tetap waspada dan melanjutkan kerja sama dengan polisi untuk mengungkap semua yang terlibat.Pagi itu, Lara duduk di ruang tamu bersama Arman, Budi, Toni, dan Maya. Mereka membahas langkah-langkah berikutnya."Penangkapan Surya adalah langkah besar, tapi kita tidak bisa berhenti di sini. Kita harus terus menggali informasi dan memastikan tidak ada lagi ancaman," kata Arman dengan tegas."Setuju. Kita juga harus memastikan bahwa semua bukti yang kita miliki diproses dengan benar oleh pihak berwenang," tambah Budi.Maya, yang biasanya diam, berbicara dengan suara pelan, "Aku merasa ada yang belum terungkap. Beberapa informasi dari Bima masih samar. Kita harus menggali lebih dalam tentang orang-orang yang bekerja dengan Surya."Lara mengangguk. "Benar. Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang jaringan ini. Siapa tahu m
Keesokan harinya, Lara merenungkan ancaman yang baru saja diterimanya melalui telepon. Meskipun mereka telah menangkap beberapa tokoh penting dalam jaringan kriminal, masih ada banyak yang harus mereka lakukan. Dia tahu bahwa kedamaian yang mereka rasakan saat ini sangat rapuh.Di rumah, mereka berkumpul untuk membahas langkah selanjutnya. Arman membuka pertemuan dengan serius. "Ancaman ini berarti kita masih memiliki musuh yang belum kita ketahui. Kita tidak bisa lengah.""Kita perlu memperkuat perlindungan dan menggali lebih dalam tentang siapa yang mungkin masih terlibat," kata Budi sambil memandang dokumen yang mereka temukan dari Bima.Maya menambahkan, "Mungkin kita bisa menggunakan Anton untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Dia pasti tahu banyak tentang jaringan ini."Arman mengangguk. "Ide bagus. Kita akan berbicara dengan polisi untuk menginterogasi Anton lebih lanjut. Sementara itu, kita harus memastikan bahwa keluarga kita tetap aman."Selama beberapa hari berikutnya,