Share

BAB 4: Aliansi Tak Terduga

Malam itu, Lara merasa semakin terbebani oleh kenyataan yang dihadapinya. Dengan bukti baru di tangan, dia tahu mereka sedang melawan sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Dia dan Maya menghabiskan malam dengan menyusun rencana dan memastikan semua bukti yang mereka temukan tersimpan dengan aman.

Keesokan paginya, Arman datang dengan kabar baru.

"Aku berhasil menghubungi beberapa teman lama. Mereka setuju untuk membantu kita, tapi kita harus berhati-hati. Banyak yang takut pada Riko," kata Arman saat mereka berkumpul di ruang tamu.

"Siapa saja yang mau membantu kita?" tanya Lara, berharap ini bisa menjadi titik balik.

"Namanya Budi dan Toni. Mereka dulu bekerja dengan ayahmu, tapi sekarang mereka punya kehidupan normal. Mereka setuju untuk bertemu dan mendiskusikan rencana kita lebih lanjut," jawab Arman.

Mereka sepakat untuk bertemu dengan Budi dan Toni di sebuah kafe yang cukup terpencil. Saat mereka tiba di sana, Budi, seorang pria berpenampilan sederhana dengan mata tajam, dan Toni, yang lebih muda dan terlihat lebih rapi, sudah menunggu.

"Lara, ini Budi dan Toni. Mereka bisa dipercaya," kata Arman memperkenalkan.

"Senang bertemu dengan kalian. Aku sangat menghargai bantuan kalian," kata Lara dengan tulus.

Budi mengangguk. "Kami juga ingin menyelesaikan urusan lama ini. Fajar adalah teman baik kami, dan apa yang dilakukan Riko tidak bisa dimaafkan."

Mereka mulai berdiskusi tentang langkah-langkah yang bisa diambil. Budi dan Toni memberikan informasi tentang operasi Riko dan bagaimana mereka bisa menyusup ke dalam jaringan tersebut.

"Kita harus mengumpulkan bukti yang cukup untuk menyeret Riko ke pengadilan. Jika kita bisa mengungkap korupsi di kepolisian yang terlibat dengan Riko, itu akan memperkuat kasus kita," kata Toni.

"Bagaimana caranya? Mereka pasti sudah sangat berhati-hati," tanya Lara.

"Aku punya beberapa kontak di dalam kepolisian yang tidak setuju dengan korupsi ini. Kita bisa minta bantuan mereka untuk mendapatkan bukti lebih lanjut," jawab Budi.

Mereka merencanakan serangan terkoordinasi untuk mengumpulkan bukti dan melindungi diri mereka sendiri dari ancaman Riko. Lara merasa sedikit lega karena sekarang mereka memiliki sekutu yang berpengalaman.

Beberapa hari kemudian, saat Lara dan Maya sedang berjalan pulang dari sekolah, mereka merasa diawasi. Lara merasa tidak nyaman dan berbisik kepada Maya, "Kita diikuti. Jangan panik, ayo masuk ke toko itu."

Mereka berdua masuk ke sebuah toko kecil di pinggir jalan dan berpura-pura melihat-lihat barang. Dari sudut matanya, Lara melihat seorang pria berbadan besar berdiri di luar toko, memperhatikan mereka.

"Tunggu di sini, Maya. Aku akan coba cari tahu siapa dia," kata Lara sambil berjalan ke bagian belakang toko. Dia mengintip dari jendela kecil dan melihat pria itu berbicara dengan seseorang di telepon.

Beberapa menit kemudian, pria itu pergi, meninggalkan Lara dan Maya dengan banyak pertanyaan. Mereka segera kembali ke rumah dan melaporkan kejadian itu kepada Arman.

"Kita harus lebih waspada. Riko mungkin sudah tahu kita semakin dekat dengan rahasianya," kata Arman dengan serius.

Sore itu, Arman menerima telepon dari kontaknya di kepolisian. "Mereka setuju untuk bertemu malam ini. Mereka punya informasi penting tentang jaringan Riko."

Malam itu, Lara, Maya, dan Arman pergi ke tempat pertemuan yang disepakati. Mereka bertemu dengan dua polisi yang terlihat tegang, tetapi bertekad membantu.

"Kami punya bukti bahwa Riko sudah menyuap beberapa petinggi di kepolisian. Ini akan cukup untuk menangkapnya, tapi kita butuh saksi yang bisa menguatkan bukti ini," kata salah satu polisi.

"Kami bisa menjadi saksi. Tapi kita harus pastikan keamanan kita terjamin," jawab Arman.

Pertemuan itu memberikan harapan baru bagi Lara dan timnya. Mereka sekarang memiliki bukti yang cukup untuk menyeret Riko ke pengadilan, tapi mereka tahu ini akan menjadi pertarungan yang panjang dan berbahaya.

Saat mereka pulang, Lara merasa sedikit lega, tetapi juga khawatir. Dia tahu bahwa setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka semakin dekat ke bahaya.

Keesokan harinya, saat Lara sedang bersiap untuk sekolah, dia menerima pesan singkat di ponselnya. Pesan itu tidak dikenal, tetapi isinya membuat darahnya membeku: "Berhenti sekarang, atau kamu akan menyesal. Kami selalu mengawasi."

Lara menunjukkan pesan itu kepada Arman dan Ratna. Mereka menyadari bahwa waktu mereka semakin terbatas. Mereka harus bergerak cepat dan hati-hati.

Dengan ancaman yang semakin dekat, bagaimana Lara dan timnya akan menghadapi situasi ini? Akankah mereka berhasil membawa Riko ke pengadilan dan mengungkap korupsi di kepolisian? Atau akankah bahaya mengalahkan mereka sebelum mereka mencapai tujuan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status