"Masalahnya apa sampai Odelyn minta cerai?" Michael masih terduduk lesu dengan penampilan yang super berantakan. Saat ini dia sedang berada di dalam satu ruangan bersama ibunya."Aku juga gak tahu, bu. Itu yang bikin aku tambah frustasi karena aku gak tahu apa yang bikin Odelyn minta cerai. Ini kali kedua dia minta cerai dan aku tahu kalau yang kali ini Odelyn benar-benar serius." Seandainya saja Michael tidak memikirkan rasa malunya tentu saja dia sudah menangis saat ini. Pernikahan ini adalah dunianya, tempatnya pulang ketika merasa lelah dengan urusan di luaran sana, tempatnya memadu kebahagiaan bersama istrinya. Pernikahan ini dengan kebahagiaan dan kesedihan yang ada di dalamnya merupakan kehidupan Michael."Nak, ibu gak tahu apa masalah kalian. Tapi ibu rasa akan sangat buruk kalau kamu bahkan gak tahu apa yang menyebabkan Odelyn gak mau mempertahankan pernikahan ini lagi." Ibu berkata dengan nada yang penuh perhatian dan welas asih. Harusnya hari ini dia sudah berada di Makass
Odelyn tidak mengira bahwa Michael akan berlutut di hadapannya seperti ini. Sejenak Odelyn merasa dia adalah orang yang istimewa. Tapi perasaan itu langsung hilang secepat kilat ketika mengingat ucapan Michael tadi. Orang ini rupanya orang yang manipulatif. Ya iyalah, pembunuh kan memang orang yang manipulatif biasanya."Michael, aku mohon kamu berhenti. Aku gak akan ikut-ikutan berlutut supaya posisi kita sama, aku lagi hamil jadi gak mungkin berlutut kayak kamu begitu." Apakah Michael berpikir bahwa Odelyn akan ikut-ikutan berlutut dan ini semua akan selesai begitu saja? Hah, tentu saja tidak. Odelyn akan tetap berdiri karena saat ini yang tersisa pada dirinya hanyalah harga diri semata.Ibu yang melihat semua itu justru keluar dari ruangan itu seolah ingin anak dan menantunya menyelesaikan sendiri masalah ini. Sebelum keluar ibu hanya berpesan. "Jangan sampai ada kekerasan fisik ya, kalau bisa ucapan kalian pun juga dijaga. Ingat, masih ada anak kalian." Setelah berpesan seperti it
"Karena itu gue bahkan gak tahu salahnya dimana. Dimana salahnya?""Bro, stop. Sinting ya lo datang kesini malah buat berbuat hal kayak gini?! Lo bilang mau memperbaiki hubungan pernikahan lo. Tapi kalau kayak gini apanya yang bisa diperbaiki hah?!" Samuel, sahabat Michael selama kuliah kini sedang terduduk frustasi di sofa apartemen miliknya. Sore tadi Michael datang kesini dengan wajah yang amat terlihat frustasi dan untuk melampiaskan rasa frustasinya itu seperti biasa, Michael mengonsumsi obat-obatan terlarang yang berbentuk lintingan rokok."Kalau lo bisa kenapa gue gak bisa? Hah?! Kenapa cuma gue yang gak bisa?! Kenapa cuma gue yang gak ngerti apa-apa soal masalah pernikahan gue sendiri?!" Michael dengan nada yang melantur mulai berbicara dengan kasar. Sekilas orang akan melihat Michael sebagai orang yang mabuk karena minuman beralkohol. Hanya saja kalau mendekati Michael, maka orang-orang akan tahu kalau Michael bukan mabuk karena alkohol tapi sedang terbawa efek samping dari o
"Aku siap, bu." Tidak. Harusnya Odelyn tidak menjawab siap. Dulu saat dia mengatakan bahwa dia ingin menikah dengan Michael, yang terjadi justru adalah petaka. Siapa yang akan menjamin kalau setelah ini tidak ada petaka setelah Odelyn mengatakan siap? Tapi sama seperti dulu, kali ini pun hati kecil Odelyn mengatakan bahwa sebaiknya dia mengatakan siap. Mungkin memang hati kecilnya yang keliru tapi Odelyn tetap mengambil keputusan yang sama yaitu menurutinya."Saat Michael bilang Odelyn membicarakan mengenai detektif swasta dengan Mika, ibu tahu Odelyn mengetahui sesuatu. Mungkin Odelyn memang tidak tahu dengan jelas sehingga kamu memilih untuk menggunakan jasa detektif swasta dan akhirnya menjadi seperti ini. Ibu gak tahu apa saja yang Odelyn sudah ketahui dari detektif swasta tapi tolong izinkan ibu untuk mengatakan dari versi ibu sendiri. Dari versi ibu dari anak yang mengalami peristiwa kelam itu." Ibu menjeda ucapannya.Odelyn yang mendengar ucapan ibu sebenarnya ingin menyanggah
"Hei, kamu mabuk?" Odelyn tidak mengira akan menemukan Michael dalam keadaan seperti ini. Apa yang terjadi dengan suaminya?"Michael?" Tidak. Michael bukan mabuk karena minuman beralkohol. Tidak ada bau seperti itu dari tubuh Michael. Lalu kenapa dengan Michael sebenarnya? "Michael, kamu pakai apa hah?" Odelyn sudah punya prasangka tentang apa yang menyebabkan Michael menjadi seperti ini. Tapi Odelyn tidak mau membenarkan hal tersebut. Michael tidak mungkin kan seperti itu?"Odelyn, sayang. Sayangnya aku." Michael dalam kondisi yang tidak sadar langsung memeluk Odelyn dengan erat.Odelyn yang berada di dalam pelukan Michael bukannya merasa nyaman tapi merasa takut. Michael rupanya benar-benar menggunakan barang terlarang seperti itu."Lepas, lepasin Michael!" Odelyn dengan susah payah melepas pelukan Michael. Namun tanpa dia duga saking eratnya pelukan itu, yang terjadi adalah Odelyn yang jatuh terduduk ke lantai."Aduh." Odelyn langsung buru-buru memegangi perutnya. Tidak, perutnya
"Buat apa balas dendam?" Odelyn berkata dengan sinis. Dari cerita ibu Odelyn tahu bahwa anak itu memang pantas disingkirkan setelah segala perbuatan abnormalnya. Tapi siapa pembunuhnya? Ibu bilang bukan Michael tapi kata Laura itu adalah Michael."Laura, kita bisa pulang aja nggak? Maksudnya ayo ke hotel." Odelyn lupa kalau malam ini bisa jadi Michael ada di rumah dan dia sudah bilang pada Michael bahwa dia tidak akan pulang ke rumah itu lagi. Lagipula besok akan ada orang-orang yang akan membawa barang-barangnya ke rumah orang tuanya."Loh, kenapa ke hotel? Ke rumahku aja lho." Tampaknya Laura juga mengerti bahwa tidak memungkinkan untuk mereka membicarakan hal ini di rumah Odelyn. Selain itu Laura juga mengerti bahwa sahabatnya itu sedang bermasalah dalam rumah tangganya."Aku pengen nginap di hotel." Saat ini pikiran Odelyn sangat semrawut. Yang dia butuhkan adalah liburan yang menyenangkan. Proyek kerjasama nya dalam freelance juga sedang tidak ada. Jadi bukankah ini waktu yang te
Michael sempat membatu selama beberapa saat ketika mendengar permintaan Odelyn. Ah, tidak. Itu bukanlah permintaan tapi perintah. Tapi bagaimana ini? Darimana Odelyn tahu semua itu? Kenapa Edelyn bisa sampai ada di topik pembicaraan mereka?"Michael? Jangan bilang kamu perlu waktu?" Odelyn bertanya dengan sarkas dan sinis. Odelyn butuh berpikir selama ribuan kali untuk membicarakan Edelyn kepada Michael. Kalau sampai Michael menolak permintaannya, entah bagaimana perasaan Odelyn. Tapi bukankah memang wajar kalau sampai Michael menolak permintaannya? Namanya saja kenangan yang menyakitkan bukan?"Kamu tahu darimana?" Michael bertanya dengan lirih. Michael tidak mengira Odelyn akan tahu mengenai masa lalu yang kelam seperti ini."Bukannya gak penting ya aku tahu darimana. Yang penting itu sekarang adalah cerita dari kamu, supaya aku bisa memutuskan bagaimana pernikahan kita ke depannya." Odelyn sebenarnya tidak tega saat melihat wajah Michael yang memelas seperti itu. Tapi walaupun demi
Cerita Michael benar-benar membuat Odelyn mual sehingga dia memuntahkan seluruh isi perutnya."Odelyn, Odelyn!" Michael panik ketika mendengar Odelyn muntah-muntah. Astaga, jangan sampai Odelyn kenapa-kenapa. Tidak, jangan sampai Odelyn kenapa-kenapa karena istrinya itu tidak berhak mendapatkan rasa sakit yang luar biasa semacam ini."Sayang? Sayang, buka pintunya dong!" Michael mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan susah payah. Tidak ada tanda-tanda Odelyn akan membuka pintu kamar mandi ini."Sebentar, Michael. Bentar lagi aku keluar kok. Tolong ambilin air hangat aja ya." Suara Odelyn terdengar serak dari dalam kamar mandi. Hal itu mungkin dikarenakan Odelyn kebanyakan muntah."Oke-oke." Mendengar permintaan Odelyn, Michael buru-buru mengambilkan air hangat. Michael tidak ingin membuat Odelyn menunggu terlalu lama. Kasihan Odelyn kalau dia tersiksa seperti itu."Odelyn, ini air hangatnya." Michael memberitahu Odelyn letak air hangat itu berada."Makasih ya, Michael." Walaupun ter