Semua orang yang saat ini sedang membuka internet, telah membaca berita kemiskinan keluarga Levrawnch Britama.
"Tidak menyangka yah Bu', keluarga Levrawnch Britama sekarang menjadi sangat miskin."
"Ho'oh!! Padahal kalau di pikir pikir, dulu mereka adalah orang terkaya nomor satu di Kota Hunan ini."
"Hidup tanpa seorang laki laki dan tinggal di rumah kobtrakan dengan ukuran kecil, apakah Nyonya dan Nona Levrawnch Britama bisa bertahan hidup, Bu'...?"
"Iya yah... Pak Levrawnch dan Tuan Levrawnch Britamakan sudah meninggal, jadi tidak ada lagi yang membantu mereka untuk mencari nafkah. Apalagi mereka sekarang tidak punya apa apa yah bu'..."
"Biar saja Bu, menurutku itu adalah karma mereka. Udah kaya tapi tidak pernah datang menengok orang miskin seperti kita. Iyakan??"
"Iya benar, setuju Bu'...."
Obrolan para ibu ibu yang saat ini sedang sibuk ngerumpi di salah satu rumah tetangga. Berbeda dengan Pak Harsono yang baru saja membaca
Bernand akhirnya menelpon Marsyalinda untuk meminta izin melakukan apa yang sudah mereka rencanakan pada keluarga Levrawnch Britama. Setelah itu, mereka akan menawarkan jumlah keuntungan pada para pemilik saham yang nantinya akan berpindah ke perusahaan Marsyalinda sesuai dengan planning mereka. Oleh sebab itu, Marsyalinda harus mengetahui terlebih dahulu.Marsyalinda yang mendengar ucapan Bernand melalui telepon langsung menyetujuinya. Marsyalinda juga sempat memberikan pujian pada Bernand sebelum menutup obrolan telepon.Bernand merasa bangga dan senang atas pujian Marsyalinda. Lalu dia berencana untuk segera melakukan planningnya bersama Farhan, Arka, Viktor, serta yang lainnya.Saat ini mereka tengah bersiap siap untuk membuat Video siaran langsung. Mereka menyiapkan topeng dan rambut palsu yang akan di pakai oleh Arka Abimayu. Mereka nantinya akan bergantian untuk membuat konten demi menjatuhkan keluarga Levrawnch Britama.Sementara Reyhan, saat ini
Saat ini Reyhan sudah sampai di depan kost tempat dia kuliah dulu. Dia kembali menanyakan kamar kost kosong dan ingin tinggal di kost itu. Sedangkan Jhon, akan terus memantau Reyhan dari kejauhan dan mengurus semua urusan yang nantinya akan di perintahkan oleh Reyhan."Aaa...apakkkkah, ini Tuan Levrawnch Britama???" Tanya pemilik kost kaget melihat Reyhan yang kini sudah berhadapan dengannya."Bu', jadi Ibu' benar benar sudah melupakan saya? Saya Reyhan, yang dulu ngekost disini juga." Jawab Reyhan pada Ibu' Malini sebagai pemilik kost tersebut."Ah iya, saya mengerti. Tapi bukankah Reyhan adalah mendiang Tuan Levrawnch Britama??" Tanya Ibu' Malini masih tidak percaya."Banyak yang berkata seperti itu Bu', tapi saya menaungi hidup saya sendiri. Tidak seperti Tuan Levrawnch yang punya segalanya. Hhmmppp..." Jawab Reyhan lagi."Ah sudahlah... Gak usah di pikirin pertanyaan saya. Mau Reyhan adalah Reyhan atau mendiang Tuan Levrawnch Britama, Reyhan te
Terasa lama tidak menghirup udara segar di Kota Hunan. Reyhan berdiri di halaman kost lalu menghadap ke atas agar mendapatkan sinar Ultra.Dalam hati terasa hampa nan jauh dari sang istri. Ingin rasanya kembali ke masa lalu dan jatuh cinta lagi. Tapi waktu berputar sangat cepat, sehingga tak terasa banyak hal yang di lewati, membuat dia sadar dan terbangun dari mimpi. Meski sakit yang di lalui istri, Reyhan berharap Gebriella selalu setia menanti."Eeeehhhh... Gak ada aktivitas sekarang yah?" Kata Ipul yang muncul dari belakang Rwyhan, membuat Reyhan jaget dan berhenti untuk menikmati suasana di kostnya yang lama.Tanpa menjawab, Reyhan langsung masuk ke dalam kamar. Sementara Lola yang melihat dari depan pintu kamarnya, tertawa kecut seolah merasa jijik melihat tingkah Reyhan yang langsung meninggalkan Ipul."Yuk Bro... Mending kita pergi secepatnya dari pada melihat wajah palsu mendiang Tuan Levrawnch." Ajak Lola kepada Ipul."Wajah palsu?? Hahah
Setelah sampai di kost Reyhan, Pak Harsono melihat Bu' Malini yang sedang menggunting bunga bunganya di halaman kost. "Permisi Bu'... Saya Rektor Universitas L Harvhard." Kata Pak Harsono pada Bu' Malini dengan sangat sopan. Karena Bu' Malini sudah terlihat tua. Umurnya sudah 62 tahun. "Oh iya Pak... Ayo masuk di dalam rumah dulu." "Ah, tidak usah repot repot Bu'. Saya kesini untuk mencari anak kost yang bernama Reyhan. Apakah dia ada??" Tanya Pak Harsono. "Oh, Reyhannnn??? Dia baru saja tiba kemaren sore. Tapi tadi saya sempat lihat dia keluar, Pak... Saya juga tidak tahu dia keluar kemana." Jelas Bu' Malini pada Rektor. "Oh iya Bu'... Nggak apa apa. Nanti besok saya akan mencoba datang lagi untuk mencari Reyhan. Tapi, kalau bisa saya titip pesan saja ke Ibu'. Jika Reyhan datang, tolong bilang kalau saya Pak Harsono kesini mencarinya." Jelas Pak Harsono. "Oh iya, bisa bisa. Nanti saya akan sampaikan." Balas Bu' Malini. P
15 Menit kemudian, Reyhan dan teman temannya terdiam dari canda dan tawa mereka. Mereka saling melihat antara satu dengan yang lainnya. Hingga akhirnya mereka semuanya melihat ke wajah Haikal, dan Adi bertanya pada Haikal seolah dia dan teman temannya baru saja menyadari bahwa ada hal penting yang telah di sampaikan oleh Haikal tadi. Namun sejak dari tadi mereka seperti telah mengabaikan pemberitahuan Haikal. Mereka akhirnya tersadar dan bertanya pada Haikal secara bersamaan, "APPPPPAAAAA????" "Uuummmmpppp, taaaaadi... Saya membaca koran Tuan." Jawab Haikal gugup melihat ekspresi Adi dan teman temannya. "Wah, gawat Bro!! Kita harus segera melihat berita apa lagi kali ini yang akan menimpah Reyhan." Jelas Reno. "Iya, benar Tuan. Lebih baik Tuan Tuan segera membaca sebelum terlambat untuk mengetahui semuanya." Kata Haikal lagi. Reyhan dan teman temannyapun ke ruang kerja. Sampai di ruangan, wajah wajah karyawan terlihat pada murung semua. Mereka
Marsyalinda merasa kecewa dan sangat sedih tanpa tahu apa yang seharusnya membuat dia diam termangu hingga meneteskan air mata tanpa sebab. Tangannya gemetar, seolah merasa sangat kesal. Dia merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Ingin rasanya dia menemui Reyhan dan bertanya tentangnya yang hilang selama ini. Namun hatinya berbeda dengan kemauannya. Sehingga diapun hanya mampu marah pada diri sendiri dan bertanya, "Kenapa sampai saat ini aku masih tak tega melihat kehidupanmu, Rey...?? Apa hatiku begitu kebal hingga tak bisa melupakanmu??" Tiba tiba terdengar suara Bram dari luar memanggil namanya. Marsyalinda kaget, lalu mengambil dua lembar tissu. Dia membashu pipi yang penuh dengan air mata, dan memakai bedak agar tidak ketahuan oleh ayahnya kalau dia baru saja kembali menjadi wanita yang lemah akibat lelaki yang sudah lama menjadi tujuan mereka. "Marsyaaaa...!!" "Iya Pi... Tunggu sebentar..." Jawab Marsya. Marsyalinda akhirnya membuka pintu.
Marsyalinda menyimpan semua berkas berkas itu di dalam lemarinya. Diapun bersiap untuk keluar mencari Reyhan dan berencana akan memantau Reyhan dari kejauhan.Sementara Bernand saat ini tengah menyusun rencana baru. Dia berharap Bram akan segera mengetahuinya. Agar dia mendapatkan bantuan penuh untuk membalas dendamnya pada keluarga Levrawnch Britama, terutama untuk membangkrutkan perusahaan mantan istrinya itu.Berbeda dengan Jayen dan juga Pevita yang saat ini sedang berada di Negara Guardan. Perusahaan CRB saat ini sedang meningkat pesat di bawah kendali Direktur Jayen. Jayen sangat tegas dan bijaksana. Para pemilik saham juga sedikit takut padanya. Terlebih para karyawan yang bekerja di perusahaan terkenal itu.Sementara Pevita yang kini sudah menjadi sombong, sangat jarang memberikan kabar pada teman temannya di Kota Hunan. Padahal teman temannya sangat menanti kabar darinya."Ver, kamukan sudah mau menikah... Apa Pevita sudah mengetahuinya??" Tanya
Marsyalinda sedang menunggu Reyhan di depan kost Ibu' Malini. Dia terus memantau dari dalam mobilnya dengan menggunakan masker, topi dan kacamata hitam. Namun sampai saat ini Marsyalinda tak kunjung melihat Reyhan. "Apakah benar disini adalah kost dia yang dulu?? Tapi sesuai dengan alamat yang di tulis Bernand dalam surat itu, dia tinggal di kost ini." Gumam Marsyalinda dalam hati sembari melihat ke arah kost Ibuk Malini. Sementara Ibuk Malini, mencurigai mobil Marsyalinda yang sudah dari tadi bolak balik di depan rumahnya yang tersambung dengan kost kostan itu. Ibuk Malini makin penasaran dan melihat mobil itu dari kaca riben yang ada di dalam rumahnya. "Kenapa mobil itu di parkir di depan kostan ini? Apakah dia adalah salah satu penjahat yang juga ikut mengincar Reyhan??" Kata Ibuk Malini bertanya tanya dalam hatinya. Hingga Ibuk Malini menekan layar handphonenya, lalu melakukan panggilan telepon untuk Reyhan. Akan tetapi, Reyhan tidak pernah mengan