"Nick nggak salah pilih? Masa gadis nggak bertata krama gini yang mau dijadikan kekasih!"
Wanita yang terlihat paling muda dari semua yang tadi dikenalkan Nick itu mencemooh, cemoohan pembukaan yang diikuti oleh rentetan ejekan dan hinaan, Kania menerima semuanya dalam diam, yang dia tangkap hanyalah pria itu bernama Nick, selebihnya hanya ejekan dan cemoohan yang tak bisa dicerna otaknya.Hari ini dia sudah mati rasa, apa yang dihadapinya saat ini sama kejamnya dengan ibu tiri, adik tiri dan tunangan pengkhianat. Kania melihat wajah mereka satu demi satu hingga sampai di wanita yang ditebaknya sebagai ibu dan ayah Nick yang terlihat tenang-tenang saja.Wajah mereka begitu teduh.Meninggalkan perdebatan yang tidak perlu, pria yang dipanggil Nick itu mengajaknya duduk bersama.Nick mengangsurkan gelas berisi sampanye untuk Kania lalu mengangkat gelasnya sendiri dan mengajak mereka semua bersulang."Untuk kebahagiaan."Kania mendengar Nick bergumam.Lalu Nick mendekatkan kepalanya dan berbisik mesra dengan suara yang sengaja dikeraskan."Aku sudah memberitahu Mom and Dad tentang hubungan kita, Honey."Berlawanan dengan apa yang nampak di permukaan, Kania merasa tangan Nick di bawah meja menekan pahanya sebagai tanda peringatan.Kania hanya bisa memandang orang tua Nick sambil menganggukkan kepalanya dengan senyum samar di bibir.Nampaknya Nick cukup puas dengan reaksi Kania karena tekanan di paha Kania mulai berkurang.Mereka semua mulai makan dalam diam, tak terkecuali Kania.Kania reflek membuka mulut saat Nickmenyuapkan roti, Kania mengunyah pelan tanpa ekspresi.Melihat hal itu, kembali Nick memotong garlic bread dan menyuapkannya kembali.Sepertinya Nick kasihan melihat dia yang harus menjadi bulan-bulanan gadis muda yang memandangnya dengan sorot membunuh di matanya!Mungkin karena itulah Nick menyuapinya, sepertinya untuk sedikit meringankan perasaan bersalahnya, bagaimanapun karena Nick lah Kania terjebak di tengah drama pacar yang cemburu!'atau mungkin mereka belum pacaran, kenapa tidak langsung terus terang bilang nggak mau!' kata Kania dalam hati.Kania memandang sekeliling lalu dia menyimpulkan kemungkinan besar kedua orang tua mereka bersahabat hingga masalahnya jadi rumit.Mungkin karena itu satu-satunya jalan menghentikan kejaran gadis itu adalah dengan menjatuhkan harga dirinya, gengsinya, bahwa dia kalah dengan gadis lain."Nggak bisa dandan, nggak modis, nggak mungkin bisa memuaskan suami! Terus apa yang bikin kamu pilih dia daripada aku?” Mata gadis itu mendelik tajam. “Jawab aku Nick, beri aku satu aja kelebihan dia!" gadis itu sengaja bersuara keras hingga menarik perhatian orang-orang yang ada di sekeliling mereka.Pria yang dipanggil Nick sudah mulai menipis kesabarannya."Diamlah Hen, kekasihku dari tadi tidak membalas sedikitpun ocehanmu, tapi bukan berarti kamu boleh terus menghina dia, cukup!"Nick berusaha meredam kegusarannya karena di sana ada orang tua yang sangat dihormatinya."Mi, Mas Nick kenapa kasar sekali sama Henny?" Henny merajuk dengan gaya manja yang di mata Nick sangat memuakkan."Sudahlah, diam Hen," kata Ayah Henny, merasa malu dengan ulah anak gadisnya."Memang dia nggak punya tata krama, Pi. Maklum kalangan bawah... kenalan aja nggak nyebut nama, memangnya sebenarnya nama dia siapa? Nggak ada yang tahu kan?”Kania sadar dia memang belum menyebutkan namanya, bagaimana cara memberitahu namanya kepada Nick?Tiba-tiba, terdengar suara dari arah panggung kafe yang justru menyelamatkan Kania.Di sana, berdiri seorang temannya yang dulu satu asrama ketika mereka sama-sama mengenyam pendidikan di University of Adelaide."Malam ini kita kedatangan tamu, pemain piano handal, kita sambut Kania Saraswati..."Mereka semua bertepuk tangan.Kania yang tadinya kesal, tersenyum samar dan menghampiri panggung kafe untuk menunjukkan kebolehannya.Sebelum menunjukkan bakatnya, Kania menyempatkan diri menatap lekat pada pria yang membawanya pada masalah baru. Inilah KALI PERTAMA dia menatap keseluruhan pria itu, yang ternyata memiliki tampang yang luar biasa tampan.Merasa sudah terlanjur masuk pada skenario Nick, Kania memutuskan untuk mengikuti arus. Untuk itu, dia berujar jika penampilannya kali ini dipersembahkan untuk sang calon suami ‘dadakannya’.Kania pun hanyut dalam permainan indahnya.“Luar biasa.”“Dia punya bakat yang indah.”"Pasti dia akan terkenal."Tepukan dan pujian mengiringi Kania saat permainan pianonya berakhir. Bahkan, orangtua Nick ikut melakukan standing applause hingga Kania sampai di mejanya, tentu saja kecuali Henny yang makin cemburu dan berusaha menyakiti hati Kania."Mungkin itu pekerjaannya, bermain dari satu club ke club yang lain, wanita malam!!"Dia masih terus mencari celah untuk mengubah pandangan orangtua Nick pada Kania."Bisa tolong kamu jaga ucapanmu? Dari tadi kau menghinanya, salah dia apa? Kalian baru kenal kan? Kasar sekali," tegur Nick yang mulai bosan menahan dirinya melihat keculasan Henny."Halah, paling kamu juga baru ketemu dia kan, Mas? Kamu main comot biar aku kepanasan? Cemburu? Aku berani taruhan nanti kalian akan pulang ke rumah masing-masing! Kalian akan berpisah di pelataran parkir!" Nyerocoslah Henny sesuka hatinya."Kau pikirlah sesukamu," jawab Nick yang sudah sangat muak. "Mom, Dad, Nick pulang dulu. Ayo Honey, kita pulang!"Kemudian Kania merasa Nick mendorong lembut pinggangnya, tanpa berpamitan pada Henny dan kedua orang tua Henny, Nick mengarahkan Kania menuju mobil, sambil tetap memeluknya dengan mesra.Awalnya Kania tahu mereka memang harus tetap terlihat mesra, terlihat bersama, hingga mereka menghilang dari pandangan.Akan tetapi saat mereka telah jauh Kania masih juga tidak berusaha membebaskan dirinya. Ditambah dengan sampanye yang memenuhi perutnya dan mempengaruhi otaknya, kewaspadaan Kania mulai menurun.Kania ingin dipeluk seperti saat dia datang, rasanya MENENANGKAN.Dia memang sangat membutuhkan PELUKAN!Setelah mengalami kejadian demi kejadian yang menghantamnya hari ini, merasakan pelukan kuat di bahunya, tangan besar yang merengkuh pinggangnya membuatnya terharu hingga ia nyaris meneteskan air mata."Kita kembali ke apartemenku dulu, kemudian aku akan mengantarmu pulang."Nick menawarkan tempat istirahat terdekat dan untuk memastikan jika Henny mengirim seseorang untuk mengawasi maka laporan yang diterimanya adalah mereka berdua menginap di apartemen Nick.Kania terdiam."Mana kunci mobilmu, aku sudah menyuruh sopirku pulang."Nick mengulurkan tangannya.Kania memberikan kuncinya, Kania seperti orang yang berjalan dalam keadaan tidak sadar, tidak ada keinginan, tidak punya kemauan, dia hanya ingin MENGHAPUS semua peristiwa hari ini."Kau baik-baik saja?"Kania mendengar Nick bertanya kepadanya dengan suara maskulin yang berat."It's oke," Kania berusaha menjawab sebisanya."Kita hanya akan masuk sebentar, hanya agar sandiwara kita nampak nyata, kamu tidak usah mengkhawatirkan apapun.""Aku tidak lagi mengkhawatirkan apa-apa. Lagi pula aku sudah tidak punya apa-apa!" bisik Kania parau."Apa maksudmu?""Lupakan.”Kania tidak tahu itu akibat efek sampanye yang diminumnya atau pelukan kuat dari pria yang baru dua jam dikenalnya.Sebelumnya dia sangat muak dengan sekelilingnya, tapi saat ini perasaannya sudah jauh lebih ringan, bahkan dia merasa setengah melayang, begitu menyenangkan.Kania diam saja mengikuti Nick yang membawanya masuk ke sebuah apartemen. Kompleks apartemen termahal yang ada di kota ini.Kania begitu lelah jiwa raga hingga tidak ingat hal lain, saat mereka memasuki kamar Nick dan pria itu bergegas ke kamar mandi … Kania langsung mencari tempat datar terdekat, merebahkan dirinya dan langsung terlelap.Tengah malam Kania terbangun karena merasa ada yang membelitnya.Setengah sadar Kania merasa ada tangan kekar melingkari pinggangnya, kaki panjang yang menyusup di antara betisnya.Ada yang mendesak perutnya... anehnya, dia tidak merasa jijik seperti biasa, dia justru merasa seperti ada jutaan kupu-kupu menari di perutnya."Nia…." bisikan parau seorang pria terdengar sayup-sayup oleh Kania.“Hemm.” Dia hanya bergumam, lalu menyusupkan wajahnya lebih dalam ke relung di antara leher dan bahu Nick.Kania dapat merasakan tubuh pria itu begitu hangat dan juga harum. Tanpa sadar, dia terus menjejaki hidungnya ke kulit hangat itu.Erangan dan geraman halus terdengar, seiring dengan degup jantung yang memacu lebih cepat.Jika Kania menemukan sebuah kedamaian dengan berlama-lama menghidu aroma Nick, pria itu justru tengah mati-matian melawan hasrat.“Kania, berhenti.”Nick adalah pria dewasa yang punya sisi liar. Namun, dia sadar, wanita yang ditemuinya ini tidak dikenalnya. Dia tidak ingin bercinta dengan orang asing, tetapi kalau wanita itu terus saja merangsek ke dalam pelukannya … pertahanannya bisa kapan saja tumbang!Jakun Nick bergerak cepat.Hasratnya sudah naik ke ubun-ubun. Sesuatu di bawah sana sudah meronta ingin dilepas.“Kania, kuperingatkan kau untuk berhenti, sebelum aku—”"Tidak...bisa...berhenti.”Suara parau dari Kania seolah menambah bahan bakar hasrat Nick yang semakin menggebu.Tak ingin melakukan kesalahan, Nick kembali mengulang pertanyaannya untuk yang terakhir kali. "Kau yakin?""Kenapa bertanya lagi?" gumaman lembut itu terdengar tidak sabar."Aku ingin kau sadar sepenuhnya dengan pilihanmu." Sebagai seorang pria, Nick tidak pernah memaksa wanita, apalagi memanfaatkan wanita yang tengah mabuk. Makanya, dia berkali-kali bertanya untuk meyakinkan Kania, dan meyakinkan dirinya bahwa Kania tidak mabuk, karena dia tidak ingin dihadiahi drama di pagi hari usai mereka bercinta habis-habisan.“Kita punya waktu semalaman. Aku tidak akan mudah berhenti ketika aku sudah memulai.”Nick mulai memanjakan tubuh indah yang disembunyikan dibalik pakaian rumahan kebesaran yang biasa-biasa saja.Kania yang masih perawan merasa asing dengan gairah yang di rasakannya.Dalam benak Kania, tiba-tiba melintas perkataan adik tirinya. Kania yang dicap terlalu dingin
Esok paginya Kania terbangun karena ada keributan di luar kamarnya, dengan kepala berat akibat baru tidur jam 3 dini hari setelah melarikan diri dari apartemen saat tunangan gadungannya baru terlelap, Kania bangkit dan keluar kamar, sebenarnya dia malas berurusan dengan mereka semua.Betapa kagetnya Kania, karena dia melihat ayahnya sedang tergeletak di lantai.Mungkinkah ayahnya mencarinya?"Pa, kenapa Pa?" Kania segera bergegas mendekati ayahnya."Anak nggak berbakti, nggak bisa bikin hati orang tua senang, sejak kau menolak menikah dengan Bram ayahmu seperti orang stress, inilah yang terjadi akhirnya, anak durhaka!" cerocos Ibu tirinya menyudutkan Kania."Kenapa jadi Kania yang salah? Kalian yang tidak tahu diri!" "Masih juga ngeles, kalau kamu setuju menikah dengan Bram, tidak akan begini jadinya!" "Anak dan ibu sama saja!" Cetus Kania. "Hei tidak usah sok alim ya, lihat aja di lehermu, ganjen pura-pura alim, huh!" Teriak ibu tirinya. Kania terkejut, teringat malam yang baru s
SATU TAHUN KEMUDIANNick Sebastian sedang dalam perjalanan ke kantor.Melihat kemacetan di jalan raya tidak mampu mengalihkan pikirannya dari seorang gadis yang dalam semalam telah berhasil mencuri hatinya satu tahun yang lalu. Dia teringat saat terbangun pagi hari Kania telah lenyap tanpa jejak. Percintaan mereka bagaikan mimpi.Awalnya Nick berusaha mengenyahkan bayangan percintaan mereka dan berusaha menganggap itu sama seperti percintaan-percintaannya terdahulu.Akan tetapi walau Nick berusaha keras, ingatan tentang kenikmatan luar biasa yang dirasakannya enggan untuk pergi. Nick berusaha menelaah apa yang beda hingga pandangannya tertumbuk pada noda merah di sprei. PERAWAN(?)Pantas nikmatnya tak terperi.Penggalan-penggalan adegan malam panas itu masih begitu nyata terpatri di memori Nick. Betapa Kania yang dalam keadaan setengah sadar sudah sangat menghibur Nick dengan jawabannya yang lucu dan polos. Berbanding terbalik dengan saat dia bercinta, begitu LIAR dan BINAL...ter
Di sebuah kamar yang cukup besar, terdapat ranjang kecil dan juga box bayi. Ditepi ranjang, Kania sedang menimang bayinya yang baru berusia tiga bulan. Bayi jagoan yang persis Nick! "Anaknya Mommy haus yaa, yuk sayang kita minum susu dulu yuk," ucap Kania dan mulai menyusui bayinya.Matanya nanar menatap sang buah hati yang begitu tampan. Mata, hidung, bibir bahkan alisnya sama sekali tak mirip dirinya. Kania mengernyitkan dahinya, ia baru menyadari jika wajah bayinya itu sangat mirip dengan ayahnya, Nick.Kania heran dia masih bisa membayangkan wajah pria itu walau satu tahun telah berlalu. Wajah tampan dengan rahang kokoh yang mencerminkan pribadi yang kuat.Selama ini Kania terus memutar otak, menimbang di sana sini dalam rangka menemukan cara yang tepat untuk memberitahu tentang keberadaan Nicholas kepada ayahnya. Sejak tahu dirinya hamil, Kania sudah ingin memberitahu Nick hanya saja saat dia sampai di area parkir kompleks apartement Nick, tanpa sengaja Kania melihat Nick
Pagi ini terasa begitu berbeda, Kania yang biasanya pagi-pagi sudah sibuk dengan Nicholas, kali ini menyerahkan Nicho pada bik Sih.Kania yang mendapatkan jadwal untuk interview CV SayOnTrack memulai aktifitas paginya dengan mengecek ulang segala persiapan dan berkas-berkas yang harus dibawanya. Setelahnya Kania sedikit melakukan perawatan wajah yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena kulitnya sudah sehalus baby.Sambil mengoleskan lotion, tiba-tiba Kania teringat ucapan sahabatnya...."Di sana bosnya tampann dan buaikkkk banget, cuma nggak suka cewek!" Senyum terbit di sudut bibirnya, seandainya pria itu adalah bosnya alangkah bahagia hatinya, dia bisa bekerja dengan super tenang karena tahu tidak akan ada rayuan murahan di antara mereka. 'mimpi Nia, nggak mungkin kan, itu bos nya Antampura bukan SayOnTrack!' Dalam hati Kania menertawakan impiannya yang mustahil itu. Kania membuka lemarinya dan mengambil beberapa kemeja dan rok selutut. Awalnya dia akan memakai kemeja pu
Pria itu sudah tua! Kania memaki kebodohannya sendiri, dari kemaren dia selalu membayangkan cerita sahabatnya padahal ini bukan PT Antampura! Jelas saja dia tidak bertemu BOS MUDA yang tampan. Astagaaaaa...'kania fokus! Kania fokus!' Kania berusaha berkonsentrasi pada apa yang dihadapinya.Kania pun berjalan masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu."Selamat pagi Pak Mochtar,” ucap Kania dengan sangat sopan."Oh ya, silahkan duduk. Apa bawa berkas CV nya?” tanya Pak Mochtar Ulin.Kania segera menyerahkan map-nya. "Oke, tunggu sebentar yaa.”Kania pun duduk dengan tegak dan menunggu dengan sabar melihat Pak Mochtar Ulin yang sedang membaca lamaran dan semua dokumen pendukung yang dibawa oleh Kania.“Semua data yang kau berikan sangat berguna dan cocok dengan salah satu posisi yang sedang kosong saat ini.”“Terimakasih Pak.”“Jika saya boleh tahu, kenapa Kania ingin bekerja di sini?”“Saya ingin bergabung dengan per
Walau enggan berdandan, Kania mengganti baju rumahnya dengan dress one piece simplicity berwarna hijau daun yang makin menonjolkan keindahan kulit Asia-nya. Kania bermaksud memakai baju yang sederhana akan tetapi dia tidak tahu efex gaun itu di tubuhnya. Saat Kania berpamitan dengan bik Sih terdengar bunyi decit halus ban mobil. Sebuah mobil terparkir di depan rumah Kania, Bella turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu. Bella belum sempat mengetuk pintu karena Kania sudah membukanya dan langsung menarik Bella untuk segera naik mobil."Eh kok langsung berangkat aja, aku mau lihat Nicholas dulu loh," ucap Bella yang tetep duduk di kursi supir tanpa menyalakan mesin."Lagi tidur, yuk ah keburu macet entar," ajak Kania lembut sambil memasang seatbelt-nya."Macet apaan malam-malam begini, semua orang udah pada diem di rumah," jawab Bella sambil membawa mobilnya keluar dari rumah Kania."Nah itu baru bener. Malam itu di rumah bukannya berkeliaran di jalan kek kita."Bella tertawa."Ak
Sambil makan mereka menikmati dentingan piano, Kania teringat saat dia bermain piano dulu.Ada perasaan yang janggal dalam hatinya, perasaan rindu seseorang namun segera Kania tepis jauh-jauh.Hanya satu malam...sepanjang malam tapi kenangannya masih begitu kuat terpatri dalam hatinya!Dia masih harus fokus dengan tujuan hidupnya semula yaitu membalas sakit hatinya, mengambil kembali perusahaan keluarga dari tangan ibu tiri dan mantan tunangannya. Tujuan yang harus ia atur secermat mungkin untuk meminimalkan resiko kegagalan. Kania memandang pemain piano, ia melihat seorang wanita yang dengan lihainya memainkan jemari lentiknya. Namun Kania tak mengenali pemain piano itu. Dulu Dilla yang menjadi pemain piano, sekarang nampaknya sudah tidak lagi."Hmm, berarti sudah ganti orang," pikir Kania lalu melanjutkan makannya. "Nanti mau pesen buat bawa pulang gak?" Tanya Bella."Buat Bibik?""Ya iyalah, ada siapa lagi emang di rumah huh? Ada penghuni lain yang aku nggak tahu?" Tanya Bel
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba