Esok paginya Kania terbangun karena ada keributan di luar kamarnya, dengan kepala berat akibat baru tidur jam 3 dini hari setelah melarikan diri dari apartemen saat tunangan gadungannya baru terlelap, Kania bangkit dan keluar kamar, sebenarnya dia malas berurusan dengan mereka semua.
Betapa kagetnya Kania, karena dia melihat ayahnya sedang tergeletak di lantai.Mungkinkah ayahnya mencarinya?"Pa, kenapa Pa?" Kania segera bergegas mendekati ayahnya."Anak nggak berbakti, nggak bisa bikin hati orang tua senang, sejak kau menolak menikah dengan Bram ayahmu seperti orang stress, inilah yang terjadi akhirnya, anak durhaka!" cerocos Ibu tirinya menyudutkan Kania."Kenapa jadi Kania yang salah? Kalian yang tidak tahu diri!""Masih juga ngeles, kalau kamu setuju menikah dengan Bram, tidak akan begini jadinya!""Anak dan ibu sama saja!" Cetus Kania."Hei tidak usah sok alim ya, lihat aja di lehermu, ganjen pura-pura alim, huh!" Teriak ibu tirinya.Kania terkejut, teringat malam yang baru saja dilaluinya...karena terlalu cemas melihat ayahnya jatuh sampai dia lupa menutup lehernya, ah biarlah...ayahnya membutuhkan bantuan segera.Kania tidak lagi memperdulikan ibu tirinya, dia tidak repot-repot berkaca karena ayahnya lebih penting. Dia berlari mencari Pak Sur, sopir pribadi mereka.Dengan bantuan Pak Sur, Kania berhasil menaikkan ayahnya ke mobil dan segera membawanya ke rumah sakit.Seorang dokter wanita ahli jantung yang cukup senior menemui Kania."Sudah cukup lama, sejak serangan jantung menyerangnya, kenapa tidak langsung dibawa ke rumah sakit?""Saya tidak tahu awal jatuhnya ayah saya, Dok!" Dalam hati Kania menebak, pasti ibu tirinya tahu, tapi sengaja tidak segera membawa ayahnya, pasti ada unsur kesengajaan."Kami sedang berusaha." kemudian dokter itu pun berlalu.Selang dua jam kemudian, dokter itu kembali mendapatkan Kania.Mereka berhadapan, dokter itu belum mengucapkan sepatah katapun, tapi sinar matanya sudah berbicara banyak, Kania menitikkan air mata dengan tubuh yang gemetaran. Hatinya berteriak ... jangan lagi, aku sudah kehilangan ibuku, jangan lagi ayahku...Dokter wanita itu memegang kedua bahu Kania yang gemetaran, akhirnya Kania masuk dalam pelukan yang menenangkan dan menangis.MENANGISI hidupnya yang SUNYI.Setelah sedikit lega Kania melepaskan tubuhnya dari pelukan dokter itu, mengucapkan terima kasih, dan mohon diri untuk mempersiapkan pemakaman ayahnya.Kania berlalu diiringi pandangan prihatin dokter wanita itu.**SATU BULAN KEMUDIAN"Keluar kau dari rumah ini, aku kasih waktu 2 hari dari sekarang!" Teriak Sonya."Omong kosong, kalian hanya menggertakku, akulah ahli waris tunggal rumah ini!""Bebal sekali sih, semua surat kepemilikan sudah berpindah atas namaku, Emmy Damayani. Jadi kalau kamu mau menunggu hingga aku menggunakan jalur hukum untuk mengeluarkanmu, nggak masalah, tunggu aja!" Bantah ibu tirinya dengan wajah sombong."Kalian pasti menggunakan cara kotor untuk menguasai harta ayahku, kalian memang kotor." Tuduh Kania sambil memandang ibu dan adik tirinya."Ha ha masih juga menunjukkan taringnya, bahkan perusahaan itu sudah atas nama menantuku, apa lagi yang kamu punya?""Apa?" Kania tahu bahwa ayahnya terlalu percaya pada Bram, apa semudah itu memindahkan aset? pasti ada kerjasama kotor yang membuat semua ini jadi nyata.Pantas, biasa setiap bulan ada dana yang rutin masuk ke rekeningnya, bulan ini tidak ada karena Bram sudah mengendalikan semuanya.Untunglah selama ini Kania sudah menginvestasikan uangnya dengan benar.Perusahaan ayahnya bergerak dalam bidang tambang, cukup besar, dan membuat mereka bisa hidup berkecukupan, Kania bisa kuliah di luar negeri hingga dua jurusan dalam waktu yang bersamaan.Betapa hidupnya begitu indah saat ibunya masih hidup, walau saat itu ayahnya sudah sering bermain wanita.Saat itu Kania berpikir pacar-pacar ayahnya sungguh tidak punya harga diri, mau jadi orang ke-3, penggoda, perusak rumah tangga orang lain.Akan tetapi semakin dia dewasa dia jadi paham peran ayahnya dalam pengkhianatan itu SAMA BESARNYA dengan wanita-wanita selingkuhannya."Kamu sekarang udah miskin, papa, hina, tak punya daya apa-apa, jadi jangan sok jual mahal, jangan sok bener, cepat keluar dan cari kerja di toko kek, di pabrik kek, biar kamu bisa makan, karena kami akan menghentikan aliran dana ke rekeningmu!" kata Ibu tirinya yang ternyata sudah bekerja sama dengan Bram.Kania memandang Ibu mertuanya, dan Sonya yang sedang membelai-belai perutnya seakan ingin mengejek Kania."Aku akan keluar dari rumah ini, tapi aku akan membuktikan bahwa sertifikat kalian palsu, yang kalian buat ini melanggar hukum, kalian ingat baik-baik HARINYA akan TIBA, aku akan membuat kalian membusuk di penjara."Tawa kedua orang wanita itu terdengar membahana."Apa yang akan kamu lakukan? melaporkan kami? Pakai uang apa? Memangnya gratis bayar pengacara...atau bayar pakai tubuhmu yang sedingin es itu?" Ibu mertuanya tertawa sinis.Tertawalah sepuasmu, aku bukan wanita yang lemah, kata hati Kania.Kania masuk ke kamarnya, segera mengambil semua surat-surat penting, beberapa baju, memasukkannya ke dalam travel bag, saat itulah bik Sih menghampirinya, kemudian berdiri sambil menangis di samping Kania.bik Sih sudah ikut mereka sejak ibu Kania masih ada, bik Sih yang merawat dan menjaga Kania sejak kecil."Bibik ikut Non aja." Pinta bik Sih."Bi, tempat tinggal saja, saya masih bingung!""Di rumah lama aja Non, Bibik bersihkan pelan-pelan Non.""Ya udah Bi, kalau misalnya ada sedikit masalah keuangan, Bibi bersabar ya, tapi pasti saya akan perhatikan keperluan Bik Sih.""Non, yang penting bisa makan tiap hari, nggak usah bayar Bibik, Bibik juga hidup sendiri, temani Non aja, sekuatnya Bibik.""Ya udah Bi, bawa bajunya Bi, terus kita berangkat."Secepatnya bik Sih keluar dan kembali lagi sudah dengan tas pakaian di kedua tangannya.Kania sedang memasukkan barang-barang terakhir ke dalam tas saat teriakan ibu tirinya tedengar kencang."Bi, kamu dimana? makan siang belum disiapkan!" bentak Ibu tiri Kania.Kania memandang bik Sih."Yuk, kita berangkat Bi."Mereka pun berjalan melewati ibu dan adik tiri Kania.Mata ibu tiri Kania melotot melihat bik Sih membantu Kania."Ngapain bantuin orang miskin? Sana siapin makan siang cepat!" Bentak Sonya tak kalah kerasnya dari ibunya.Bibi tak bergeming malah langkahnya makin cepat mengikuti langkah Kania."Bibik mau ikut Non Kania, permisi."Tekejutlah ibu dan adik tiri Kania mendengar kalimat bik Sih."Apa-apaan ini, Kania kenapa kamu pakai ajak-ajak Bik Sih?""Bik Sih kenapa kamu ikut dia? dia itu sudah miskin papaaa, bayar gajimu aja pasti nggak cukup!" Ejek Sonya."Goblok banget sih Bik, enak-enak hidup tenang malah milih hidup susah, dia udah nggak punya pabrik, nggak punya rumah, nggak ada uang masuk sepeserpun, tahu nggak!"Kania tak menghiraukan ibu dan anak yang jahat luar biasa itu, ia menggandeng tangan bibi dan membawanya keluar dari rumah itu, diiringi tawa sinis mereka yang merasa sudah berhasil mengalahkannya.Di hadapan mereka Kania berusaha bertahan, tapi yang sebenarnya dia begitu sedih, dia akan HIDUP SENDIRI tanpa orang tua tanpa saudara, hanya ditemani bik Sih yang setia.'akankah dia bisa bertahan dalam kesunyian hidupnya? berhasilkah dia membalaskan dendamnya?'SATU TAHUN KEMUDIANNick Sebastian sedang dalam perjalanan ke kantor.Melihat kemacetan di jalan raya tidak mampu mengalihkan pikirannya dari seorang gadis yang dalam semalam telah berhasil mencuri hatinya satu tahun yang lalu. Dia teringat saat terbangun pagi hari Kania telah lenyap tanpa jejak. Percintaan mereka bagaikan mimpi.Awalnya Nick berusaha mengenyahkan bayangan percintaan mereka dan berusaha menganggap itu sama seperti percintaan-percintaannya terdahulu.Akan tetapi walau Nick berusaha keras, ingatan tentang kenikmatan luar biasa yang dirasakannya enggan untuk pergi. Nick berusaha menelaah apa yang beda hingga pandangannya tertumbuk pada noda merah di sprei. PERAWAN(?)Pantas nikmatnya tak terperi.Penggalan-penggalan adegan malam panas itu masih begitu nyata terpatri di memori Nick. Betapa Kania yang dalam keadaan setengah sadar sudah sangat menghibur Nick dengan jawabannya yang lucu dan polos. Berbanding terbalik dengan saat dia bercinta, begitu LIAR dan BINAL...ter
Di sebuah kamar yang cukup besar, terdapat ranjang kecil dan juga box bayi. Ditepi ranjang, Kania sedang menimang bayinya yang baru berusia tiga bulan. Bayi jagoan yang persis Nick! "Anaknya Mommy haus yaa, yuk sayang kita minum susu dulu yuk," ucap Kania dan mulai menyusui bayinya.Matanya nanar menatap sang buah hati yang begitu tampan. Mata, hidung, bibir bahkan alisnya sama sekali tak mirip dirinya. Kania mengernyitkan dahinya, ia baru menyadari jika wajah bayinya itu sangat mirip dengan ayahnya, Nick.Kania heran dia masih bisa membayangkan wajah pria itu walau satu tahun telah berlalu. Wajah tampan dengan rahang kokoh yang mencerminkan pribadi yang kuat.Selama ini Kania terus memutar otak, menimbang di sana sini dalam rangka menemukan cara yang tepat untuk memberitahu tentang keberadaan Nicholas kepada ayahnya. Sejak tahu dirinya hamil, Kania sudah ingin memberitahu Nick hanya saja saat dia sampai di area parkir kompleks apartement Nick, tanpa sengaja Kania melihat Nick
Pagi ini terasa begitu berbeda, Kania yang biasanya pagi-pagi sudah sibuk dengan Nicholas, kali ini menyerahkan Nicho pada bik Sih.Kania yang mendapatkan jadwal untuk interview CV SayOnTrack memulai aktifitas paginya dengan mengecek ulang segala persiapan dan berkas-berkas yang harus dibawanya. Setelahnya Kania sedikit melakukan perawatan wajah yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena kulitnya sudah sehalus baby.Sambil mengoleskan lotion, tiba-tiba Kania teringat ucapan sahabatnya...."Di sana bosnya tampann dan buaikkkk banget, cuma nggak suka cewek!" Senyum terbit di sudut bibirnya, seandainya pria itu adalah bosnya alangkah bahagia hatinya, dia bisa bekerja dengan super tenang karena tahu tidak akan ada rayuan murahan di antara mereka. 'mimpi Nia, nggak mungkin kan, itu bos nya Antampura bukan SayOnTrack!' Dalam hati Kania menertawakan impiannya yang mustahil itu. Kania membuka lemarinya dan mengambil beberapa kemeja dan rok selutut. Awalnya dia akan memakai kemeja pu
Pria itu sudah tua! Kania memaki kebodohannya sendiri, dari kemaren dia selalu membayangkan cerita sahabatnya padahal ini bukan PT Antampura! Jelas saja dia tidak bertemu BOS MUDA yang tampan. Astagaaaaa...'kania fokus! Kania fokus!' Kania berusaha berkonsentrasi pada apa yang dihadapinya.Kania pun berjalan masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu."Selamat pagi Pak Mochtar,” ucap Kania dengan sangat sopan."Oh ya, silahkan duduk. Apa bawa berkas CV nya?” tanya Pak Mochtar Ulin.Kania segera menyerahkan map-nya. "Oke, tunggu sebentar yaa.”Kania pun duduk dengan tegak dan menunggu dengan sabar melihat Pak Mochtar Ulin yang sedang membaca lamaran dan semua dokumen pendukung yang dibawa oleh Kania.“Semua data yang kau berikan sangat berguna dan cocok dengan salah satu posisi yang sedang kosong saat ini.”“Terimakasih Pak.”“Jika saya boleh tahu, kenapa Kania ingin bekerja di sini?”“Saya ingin bergabung dengan per
Walau enggan berdandan, Kania mengganti baju rumahnya dengan dress one piece simplicity berwarna hijau daun yang makin menonjolkan keindahan kulit Asia-nya. Kania bermaksud memakai baju yang sederhana akan tetapi dia tidak tahu efex gaun itu di tubuhnya. Saat Kania berpamitan dengan bik Sih terdengar bunyi decit halus ban mobil. Sebuah mobil terparkir di depan rumah Kania, Bella turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu. Bella belum sempat mengetuk pintu karena Kania sudah membukanya dan langsung menarik Bella untuk segera naik mobil."Eh kok langsung berangkat aja, aku mau lihat Nicholas dulu loh," ucap Bella yang tetep duduk di kursi supir tanpa menyalakan mesin."Lagi tidur, yuk ah keburu macet entar," ajak Kania lembut sambil memasang seatbelt-nya."Macet apaan malam-malam begini, semua orang udah pada diem di rumah," jawab Bella sambil membawa mobilnya keluar dari rumah Kania."Nah itu baru bener. Malam itu di rumah bukannya berkeliaran di jalan kek kita."Bella tertawa."Ak
Sambil makan mereka menikmati dentingan piano, Kania teringat saat dia bermain piano dulu.Ada perasaan yang janggal dalam hatinya, perasaan rindu seseorang namun segera Kania tepis jauh-jauh.Hanya satu malam...sepanjang malam tapi kenangannya masih begitu kuat terpatri dalam hatinya!Dia masih harus fokus dengan tujuan hidupnya semula yaitu membalas sakit hatinya, mengambil kembali perusahaan keluarga dari tangan ibu tiri dan mantan tunangannya. Tujuan yang harus ia atur secermat mungkin untuk meminimalkan resiko kegagalan. Kania memandang pemain piano, ia melihat seorang wanita yang dengan lihainya memainkan jemari lentiknya. Namun Kania tak mengenali pemain piano itu. Dulu Dilla yang menjadi pemain piano, sekarang nampaknya sudah tidak lagi."Hmm, berarti sudah ganti orang," pikir Kania lalu melanjutkan makannya. "Nanti mau pesen buat bawa pulang gak?" Tanya Bella."Buat Bibik?""Ya iyalah, ada siapa lagi emang di rumah huh? Ada penghuni lain yang aku nggak tahu?" Tanya Bel
"Siapa dia?" "Aku tidak terlalu kenal sebenarnya..." Jawab Dilla."Dia jelas tidak menginginkan aku, dia hanya membutuhkan sesuatu dariku." Makin lama makin pelan suara Dilla. "Dia ingin kau mengandung anaknya?” tebak Bella yang penasaran karena menurut Bella cerita Dilla bak cerita dongeng.Dilla memanyunkan bibirnya."Kalau cuma mengandung anaknya yah bukan masalah, pasti aku langsung okelah." "Hitung-hitung memperbaiki keturunan kan?""Bener banget, jika kalian bertemu dengan pria itu aku yakin kalian akan langsung jatuh cinta padanya seperti snow white,” ucap Dilla sambil dengan keras menghembuskan napasnya."Jadi kamu lagi jatuh cinta? Happy end dong.” ucap Kania menanggapi cerita Dilla. "Aku belum selesai, kalian harus tunggu sampai ceritaku berakhir, ini bukan cerita bahagia makanya aku tidak terlalu menyukai cerita ini.""Baiklah, jadi gimana kelanjutannya?" tanya Bella. "Awas kalau nggak denger baik baik." Ancam Dil
"Bagaimana penampilannya? Apa dia benar-benar tampan?" Sahut Bella tanpa menghiraukan sekeliling. "Wah kau harus melihatnya sendiri, kalau cuma diceritain gak akan kebayang."“Kalau begitu kenapa tidak kau rayu saja? Mungkin saja jika dia sudah bersamamu dia akan lupa dengan obsesinya terhadap Kania,”saran Bella. “Hei, jika semudah itu aku tidak akan sampai mengganti penampilan bukan? Hanya dengan melihatnya sekali, kau akan tahu kalau dia benar-benar hanya ingin menemukan Kania. Jelas aku enggan bersama dengan pria yang hatinya sudah terpaut wanita lain.”“Oh yaa? Kania GAYA PANAS apa yang kau lakukan hingga membuat pria kaya itu tergila-gila padamu?” tanya Bella dengan nada bercanda. Kania melempar serbet hingga mengenai wajah Bella."Mesum!""Aku nanya beneran Nia.""Aku pakai ilmu sihir!" "Oh ya?" "Kau gila, aku bahkan tidak mengerti kenapa dia sampai melakukan hal itu,” ucap Kania dan melirik ke arah lain. Seolah ada kegelisahan
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba