Di sebuah kamar yang cukup besar, terdapat ranjang kecil dan juga box bayi.
Ditepi ranjang, Kania sedang menimang bayinya yang baru berusia tiga bulan.Bayi jagoan yang persis Nick!"Anaknya Mommy haus yaa, yuk sayang kita minum susu dulu yuk," ucap Kania dan mulai menyusui bayinya.Matanya nanar menatap sang buah hati yang begitu tampan.Mata, hidung, bibir bahkan alisnya sama sekali tak mirip dirinya.Kania mengernyitkan dahinya, ia baru menyadari jika wajah bayinya itu sangat mirip dengan ayahnya, Nick.Kania heran dia masih bisa membayangkan wajah pria itu walau satu tahun telah berlalu.Wajah tampan dengan rahang kokoh yang mencerminkan pribadi yang kuat.Selama ini Kania terus memutar otak, menimbang di sana sini dalam rangka menemukan cara yang tepat untuk memberitahu tentang keberadaan Nicholas kepada ayahnya.Sejak tahu dirinya hamil, Kania sudah ingin memberitahu Nick hanya saja saat dia sampai di area parkir kompleks apartement Nick, tanpa sengaja Kania melihat Nick sedang bersama seorang wanita.Mereka terlihat dekat!Seketika Kania yang harus mengumpulkan keberanian untuk datang ke sana sontak mundur teratur.Hari itu dia batal memberitahu Nick bahwa dia memiliki keturunan, bahwa mereka terhubung dalam diri seorang baby.Kania tahu, dia salah karena sampai detik ini belum juga mempertemukan bayinya dengan sang ayah, akan tetapi Kania yang memang sama sekali tidak mengenali karakter Nick membuatnya terus berpikir maju mundur hingga detik ini.Banyak hal yang menjadi bahan pertimbangannya karena bagaimana pun dia tidak tahu sifat Nick yang sebenarnya.Apakah dia akan menerimanya dengan tangan terbuka? Atau malah menyudutkannya? menuduhnya ingin menjebak Nick untuk mendapatkan uang? Banyak kemungkinan yang bisa terjadi.'Ah tidak, aku tidak bisa gegabah. Aku akan melihat nanti saja,' batin Kania.Akhirnya dia putuskan lebih baik menunggu dan melihat keadaan."Tuan muda nggak mirip Non sama sekali ya." Kata bik Sih yang entah sejak kapan sudah ada di dekatnya dan sedang memperhatikan Nicholas."Masa Bik?” Kania menanggapi dengan senyuman pahit di sudut bibirnya."Iya Non, kalau orang yang tidak lihat sendiri pasti mengira bukan anak, Non.""Bik Sih."Bik Sih terdiam, berarti memang majikannya masih belum ingin memberi kabar tentang hal ini dan bukan urusan bik Sih juga untuk ikut campur, beruntung Kania tak marah karena ia bertanya perihal tadi."Non, sini Bibik kasih tuan muda Nick susu yang di botol, Non siap-siap aja katanya mau ngantor Non."Kania tertawa lembut."Bik, panggil Nicholas jangan Nick ya Bik, panggil aja Nico.""Oh iya Non, jadi panggilannya Nico ya Non."Dalam hati bibik heran tumben si non ngatur, biasanya majikannya yang baik hati ini terserah aja, apa-apa selalu santai, nggak pernah ribet.Mungkin karena den Nico anak semata wayang.Bibik nggak pernah bertanya tentang ayah Nicholas tapi si non sendiri yang pernah ngomong, kalau suatu hari non Kania akan cerita tentang ayah Nicholas.Tugas bibik hanya membantu untuk mengurus Nicholas yang masih sangat kecil, meskipun tanpa kehadiran sang ayah bukan berarti ia kekurangan kasih sayang.Lamunan bibik terpotong oleh suara Kania."Bibik sendiri sama Nico nggak apa apa ya?""Nggak Non, tuan Nick eh Nico puinterrr kok."Mereka tertawa, saling pengertian terjalin.Keadaanlah yang membuat mereka berdua yang awalnya sudah dekat kini makin dekat. Kania begitu nyaman karena bibik sangat pengertian dan tak pernah bertanya yang macam-macam.Kania tahu jika bibik akan menunggu sampai Kania siap untuk menceritakan semuanya."Ya udah kalau begitu, Kania siap siap ya, Bik."Kania masuk ke kamarnya , membuka laptop dan mulai melanjutkan apa yang sudah dikerjakannya beberapa bulan lamanya.Dia mengamati berita tentang PT Nikelindo, perusahaan ayahnya yang diambil alih oleh Bram dan ibu tirinya.Lalu Kania memutuskan akan melamar ke perusahaan kompetitor yang bergerak di bidang yang sama, dia akan berusaha mengambil alih perusahaan ayahnya, dan itu akan terjadi jika dia SUDAH mengetahui segala sesuatunya.Kania mencari beberapa informasi yang sedang membuka lowongan pekerjaan dengan penuh percaya diri Kania pun mulai menelepon beberapa perusahaan untuk menanyakan tentang lowongan tersebut.Beberapa hanya menerima teleponnya dengan bercanda, mungkin mereka capek karena banyak menerima telepon iseng menanyakan lowongan padahal tidak ada kelanjutannya.Kania terus mencoba, hingga akhirnya ada yang berhasil ditembusnya.“Benarkah? Tentu saja bisa. Ya besok saya akan datang. Terimakasih.” Kania tersenyum senang. Akhirnya dia membuat janji untuk interview besok dengan outsourching yang melayani PT Antampura yang sangat cocok dengan apa yang Kania inginkan.Memang dia tidak berhasil melamar ke PT Antampura akan tetapi kalau dia berhasil masuk ke outsourcing yang melayaniPT Antampura itu sudah bagus, dia semakin dekat dengan tujuannya.Kania meletakkan telepon sambil tersenyum karena dia tahu PT Antampura lebih besar dari PT Nikelindo, jadi dia akan belajar banyak saat melayani segala kebutuhan PT Antampura.Kania teringat akan temannya, ia pun kembali mengambil ponselnya dan menelpon Bella.“Hai Bel, gimana kabarnya?”“Baik menurut standartku, Nia. Ada apa nih? Kok kayaknya lagi seneng banget ya,” tanya Bella yang bisa merasakan aura bahagia yang sedang temannya rasakan.“Hehe, iya nih. Aku ada interview besok.”“Oh ya? Wah selamat. Aku pikir kau tidak mau bekerja lagi.”“Ya kerjalah, aku nggak mau terlalu bergantung sama orang lain.”“Okee siaap, eh ngomong-ngomong kau ngelamar di perusahaan mana?”“CV SayOnTrack.”"Ehm...kenapa nggak ke perusahaan besar sekalian biar bisa memuluskan rencana mu!" tanya Bella penasaran."Perusahaan kecil ini melayani semua kebutuhan PT Antampura!""Wah..ini baru hebat! Itu perusahaan yang sangat besar. Ah di sana ada temanku yang juga baru aja kerja di sana katanya si bosnya luar biasa tampan dan buaikkkk banget, tapi nggak suka cewek!”Terdengar gelak tawa Kania.“Masa? Sok tahu temenmu.""Iya, jadi nggak bisa genit-genit deh.”"Kan memang maunya kerja, yah nggak usah menyimpang dari tujuan asal kan."“Siapa tahu kamu mau membuatnya kembali ke jalan yang normal!”“Siapa? Aku? Buat apa ngelurusin yang udah bengkok? Nanti yang ada...aku diajak bengkok juga! Kau saja yang lurusin, mungkin kalau Bella bisa meluruskan yang bengkok dengan pesonanya.”“Ogah! Aku lebih baik jomblo seumur hidup dari pada berurusan sama yang begitu. Gak ada obat!”“Tadi nyuruh aku yang lurusin.”“Yah kan siapa tahu, Kania yang polos ini bisa membuat pria itu tersadar kalau lurus itu lebih enak dari pada bengkok.”"Polos?”"Iya polos, sahabatku yang santun lembut dan sangat tidak berpengalaman.""Sembarangan, kalau sepolos itu terus Nicholas muncul dari mana? Dari sumber mata air?""Bukan begitu...""Bukan begitu gimana?"“Haha ... tapi sebenarnya bukan dia suka cowok maksudnya dia tuh dinginnn banget sama cewek!""Oh..btw ngapain kita bahas ini ya?" "Sorry, jadi gimana apa perusahaan itu akan memberikan pekerjaan yang cocok buat kamu?”“Aku rasa begitu, kalau pun tidak terlalu cocok tapi aku akan belajar banyak hal di sana. Aku ... akan mengambil sebuah tantangan.”“Itu bagus, aku harap kau berhasil.”“Makasih Bell, gimana kalau aku sudah resmi diterima kita makan di resto. Aku yang traktir.”“Siip ... aku tunggu traktirannya. Tapi, jangan makanan yang murah ya.”“Tenang aja, pasti di atas lima ribu.”“Hah? Bakso aja sekarang udah lima belas ribu, Cing.”"Yang penting lezat."“Kania ...mahalan dikit dong .”“Makanan tuh nggak harus mahal ya Sistha ...”“Okelah kalau begitu, sipp! kita makan seblak akhir minggu ini.” tukas Bella.Terdengar tawa lembut Kania.“Haha ... aku ingin sekali bertemu. Pasti seru kalau kita bisa berkumpul seperti biasa.”“Makanya cari pacar biar seru tiap hari! Cari aja calon suami yang kaya raya dan baik hatinya, jadi kan nggak harus capek-capek kerja.”“Memang gampang cari pasangan hidup?”“Harusnya bagi kamu GUAMPANGGG kalau mau memanfaatkan wajah secantik bidadarimu itu.""Ngomong belepotan, udah besok aku kabari.""Yakin kamu diterima?"Pagi ini terasa begitu berbeda, Kania yang biasanya pagi-pagi sudah sibuk dengan Nicholas, kali ini menyerahkan Nicho pada bik Sih.Kania yang mendapatkan jadwal untuk interview CV SayOnTrack memulai aktifitas paginya dengan mengecek ulang segala persiapan dan berkas-berkas yang harus dibawanya. Setelahnya Kania sedikit melakukan perawatan wajah yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena kulitnya sudah sehalus baby.Sambil mengoleskan lotion, tiba-tiba Kania teringat ucapan sahabatnya...."Di sana bosnya tampann dan buaikkkk banget, cuma nggak suka cewek!" Senyum terbit di sudut bibirnya, seandainya pria itu adalah bosnya alangkah bahagia hatinya, dia bisa bekerja dengan super tenang karena tahu tidak akan ada rayuan murahan di antara mereka. 'mimpi Nia, nggak mungkin kan, itu bos nya Antampura bukan SayOnTrack!' Dalam hati Kania menertawakan impiannya yang mustahil itu. Kania membuka lemarinya dan mengambil beberapa kemeja dan rok selutut. Awalnya dia akan memakai kemeja pu
Pria itu sudah tua! Kania memaki kebodohannya sendiri, dari kemaren dia selalu membayangkan cerita sahabatnya padahal ini bukan PT Antampura! Jelas saja dia tidak bertemu BOS MUDA yang tampan. Astagaaaaa...'kania fokus! Kania fokus!' Kania berusaha berkonsentrasi pada apa yang dihadapinya.Kania pun berjalan masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu."Selamat pagi Pak Mochtar,” ucap Kania dengan sangat sopan."Oh ya, silahkan duduk. Apa bawa berkas CV nya?” tanya Pak Mochtar Ulin.Kania segera menyerahkan map-nya. "Oke, tunggu sebentar yaa.”Kania pun duduk dengan tegak dan menunggu dengan sabar melihat Pak Mochtar Ulin yang sedang membaca lamaran dan semua dokumen pendukung yang dibawa oleh Kania.“Semua data yang kau berikan sangat berguna dan cocok dengan salah satu posisi yang sedang kosong saat ini.”“Terimakasih Pak.”“Jika saya boleh tahu, kenapa Kania ingin bekerja di sini?”“Saya ingin bergabung dengan per
Walau enggan berdandan, Kania mengganti baju rumahnya dengan dress one piece simplicity berwarna hijau daun yang makin menonjolkan keindahan kulit Asia-nya. Kania bermaksud memakai baju yang sederhana akan tetapi dia tidak tahu efex gaun itu di tubuhnya. Saat Kania berpamitan dengan bik Sih terdengar bunyi decit halus ban mobil. Sebuah mobil terparkir di depan rumah Kania, Bella turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu. Bella belum sempat mengetuk pintu karena Kania sudah membukanya dan langsung menarik Bella untuk segera naik mobil."Eh kok langsung berangkat aja, aku mau lihat Nicholas dulu loh," ucap Bella yang tetep duduk di kursi supir tanpa menyalakan mesin."Lagi tidur, yuk ah keburu macet entar," ajak Kania lembut sambil memasang seatbelt-nya."Macet apaan malam-malam begini, semua orang udah pada diem di rumah," jawab Bella sambil membawa mobilnya keluar dari rumah Kania."Nah itu baru bener. Malam itu di rumah bukannya berkeliaran di jalan kek kita."Bella tertawa."Ak
Sambil makan mereka menikmati dentingan piano, Kania teringat saat dia bermain piano dulu.Ada perasaan yang janggal dalam hatinya, perasaan rindu seseorang namun segera Kania tepis jauh-jauh.Hanya satu malam...sepanjang malam tapi kenangannya masih begitu kuat terpatri dalam hatinya!Dia masih harus fokus dengan tujuan hidupnya semula yaitu membalas sakit hatinya, mengambil kembali perusahaan keluarga dari tangan ibu tiri dan mantan tunangannya. Tujuan yang harus ia atur secermat mungkin untuk meminimalkan resiko kegagalan. Kania memandang pemain piano, ia melihat seorang wanita yang dengan lihainya memainkan jemari lentiknya. Namun Kania tak mengenali pemain piano itu. Dulu Dilla yang menjadi pemain piano, sekarang nampaknya sudah tidak lagi."Hmm, berarti sudah ganti orang," pikir Kania lalu melanjutkan makannya. "Nanti mau pesen buat bawa pulang gak?" Tanya Bella."Buat Bibik?""Ya iyalah, ada siapa lagi emang di rumah huh? Ada penghuni lain yang aku nggak tahu?" Tanya Bel
"Siapa dia?" "Aku tidak terlalu kenal sebenarnya..." Jawab Dilla."Dia jelas tidak menginginkan aku, dia hanya membutuhkan sesuatu dariku." Makin lama makin pelan suara Dilla. "Dia ingin kau mengandung anaknya?” tebak Bella yang penasaran karena menurut Bella cerita Dilla bak cerita dongeng.Dilla memanyunkan bibirnya."Kalau cuma mengandung anaknya yah bukan masalah, pasti aku langsung okelah." "Hitung-hitung memperbaiki keturunan kan?""Bener banget, jika kalian bertemu dengan pria itu aku yakin kalian akan langsung jatuh cinta padanya seperti snow white,” ucap Dilla sambil dengan keras menghembuskan napasnya."Jadi kamu lagi jatuh cinta? Happy end dong.” ucap Kania menanggapi cerita Dilla. "Aku belum selesai, kalian harus tunggu sampai ceritaku berakhir, ini bukan cerita bahagia makanya aku tidak terlalu menyukai cerita ini.""Baiklah, jadi gimana kelanjutannya?" tanya Bella. "Awas kalau nggak denger baik baik." Ancam Dil
"Bagaimana penampilannya? Apa dia benar-benar tampan?" Sahut Bella tanpa menghiraukan sekeliling. "Wah kau harus melihatnya sendiri, kalau cuma diceritain gak akan kebayang."“Kalau begitu kenapa tidak kau rayu saja? Mungkin saja jika dia sudah bersamamu dia akan lupa dengan obsesinya terhadap Kania,”saran Bella. “Hei, jika semudah itu aku tidak akan sampai mengganti penampilan bukan? Hanya dengan melihatnya sekali, kau akan tahu kalau dia benar-benar hanya ingin menemukan Kania. Jelas aku enggan bersama dengan pria yang hatinya sudah terpaut wanita lain.”“Oh yaa? Kania GAYA PANAS apa yang kau lakukan hingga membuat pria kaya itu tergila-gila padamu?” tanya Bella dengan nada bercanda. Kania melempar serbet hingga mengenai wajah Bella."Mesum!""Aku nanya beneran Nia.""Aku pakai ilmu sihir!" "Oh ya?" "Kau gila, aku bahkan tidak mengerti kenapa dia sampai melakukan hal itu,” ucap Kania dan melirik ke arah lain. Seolah ada kegelisahan
Kania bergegas kembali ke mejanya tanpa dia tahu pria asing yang tadi memeluknya masih terpana di tempatnya.Sampai di meja, masih terlihat Bella berceloteh riang dengan Dilla, bahkan Bella dan Dilla terlihat mulai sedikit mabok. “Lalu aku pakai liptint ini, sangat bagus dan bikin bibirku makin glowing,” ucap Dilla menunjuk bibir pinknya yang terlihat glowsy.“Mungkin itu bagus untukmu, tapi aku tidak suka di ombre. Lihat ... merah menyala seperti ini sangat bagus dan cocok sekali denganku,” sahut Bella sambil menyesap minumannya.Kania yang baru saja datang kebingungan dengan pembahasan mereka yang sudah mulai ngawur. “Ah kalau kau pakai lisptik merah seperti itu kau hanya akan mendapatkan pria tua yang sudah beristri. Mereka akan menganggap kau pantas di jadikan wanita simpanan," cetus Dilla.“Lalu bagaimana dengan bibir ombre mu itu? Kau pikir akan dapat pria bujang yang kaya raya?” balas Bella.“Setidaknya aku akan mendapatkan brondong, karena kesannya lebih natural, lebih segar
Ketiga gadis itu terdiam."Untuk siapa?" tanya Bella sambil berusaha terlihat cuek walau berharap itu untuk dia. "Ada pesannya...silahkan... terima kasih.” ucap pelayan mengangsurkan bunga dengan kartu bertuliskan : Be Careful Beb.Bella bergumam, "gue tahu ini buat siapa, gue sampe heran di mana aja yang namanya Kania selalu di kejar, barangkali pakai susuk di dada, atau di leher, atau di perut ... nggak habis pikir gue." “Lho kan belum tentu juga bunga ini untuk Kania!”Sanggah Dilla."Maksudmu?" "Siapa tahu untuk kita? Dari brondong untukmu atau dari pria tua untukku, dari mereka-mereka yang mendengar ocehan kita." Dilla dan Bella diam-diam melihat sekeliling dan tidak ada tanda-tanda seperti yang mereka inginkan. “Fix. Ini pasti dari salah satu penggemar gelapnya Kania,”kembali Bella menebak dan membaca kartu ucapannya. "Jangan sembarangan bicara, kita kan belum tahu pasti bunga itu untuk siapa,” ucap Kania yang tidak ingin menambah masalah baru dengan adanya penggemar t
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba