SATU TAHUN KEMUDIAN
Nick Sebastian sedang dalam perjalanan ke kantor.Melihat kemacetan di jalan raya tidak mampu mengalihkan pikirannya dari seorang gadis yang dalam semalam telah berhasil mencuri hatinya satu tahun yang lalu. Dia teringat saat terbangun pagi hari Kania telah lenyap tanpa jejak.Percintaan mereka bagaikan mimpi.Awalnya Nick berusaha mengenyahkan bayangan percintaan mereka dan berusaha menganggap itu sama seperti percintaan-percintaannya terdahulu.Akan tetapi walau Nick berusaha keras, ingatan tentang kenikmatan luar biasa yang dirasakannya enggan untuk pergi.Nick berusaha menelaah apa yang beda hingga pandangannya tertumbuk pada noda merah di sprei.PERAWAN(?)Pantas nikmatnya tak terperi.Penggalan-penggalan adegan malam panas itu masih begitu nyata terpatri di memori Nick.Betapa Kania yang dalam keadaan setengah sadar sudah sangat menghibur Nick dengan jawabannya yang lucu dan polos.Berbanding terbalik dengan saat dia bercinta, begitu LIAR dan BINAL...ternyata masih polos! Tak berpengalaman! Perawan!Tak terasa Nick telah tiba di kantornya.Begitu turun dari mobil belasan pasang mata mengikuti gerakan Nick.Terutama wanita.Mereka merasa bos mereka sangat luar biasa, bukan sekedar tampan saja tapi begitu maskulin, begitu jantan, pria sejati, dan begitu CUEK!Nick berjalan lurus dengan setengah heran karena tidak ada seorang pun yang berpapasan dengannya.'bukankah ini sudah agak siang? Kenapa masih sepi?' batin Nick.Akhir-akhir ini Nick merasa mereka semua tidak seperti biasa, mereka lebih banyak menghindar.Pernah Sebastian bertanya pada Vanessa, sekretarisnya dan dijawab "mereka ngeri melihat wajah Bos.""Memangnya ada apa dengan wajahku?"tanya Nick lumayan terganggu."Wajah Bos ya jelas tampan, tenang, tapi akhir-akhir ini... ada aura menakutkan dan tidak mudah didekati. Bagi sebagian orang..mengerikan."Hal yang sama juga pernah diutarakan oleh Tommy, wakilnya.Tommy bilang Nick jadi pribadi yang nggak sabaran seperti sedang memikirkan sesuatu.Dan Nick menjawab dengan alasan sibuk memikirkan kantor."Aku sedang berpikir tentang perluasan perusahaan.""Hmm...dimengerti!" Kalimat dan nada yang Tommy lontarkan jelas bertentangan.Terlihat Tommy sama sekali tidak percaya dengan alasan Nick."Mau alasan apa saja sih terserah Bos, saran aja kalau bisa jangan terlalu galak Bos, apapun yang terjadi...badai pasti berlalu," celetuk Tommy sok tahu yang langsung mendapat lemparan penghapus dari Nick.**Sudah SATU TAHUN berlalu, tapi Nick masih belum juga menemukan KANIA.Dia memerintahkan Tommy, wakilnya agar membuka lowongan sekretaris.Tommy heran karena sebenarnya mereka tidak butuh sekretaris.Tommy berpikir mungkin akan ada perluasan, pembukaan cabang baru.Lalu Tommy mengiyakan dan akan keluar ruangan ketika Nick kembali memanggilnya.Nick bilang ada syaratnya, yang dicari khusus lulusan University of Adelaide.Tommy ternganga."Australia?""Yap.""Lulusan mereka punya ilmu khusus, Bos? Seperti melipatgandakan uang mungkin?""Shut up, Tom. Ingat bulan depan bonus keluar, jadi tidak ada pilihan. Lakukan saja atau bonusmu ditahan!"Tommy kembali bertanya apa lagi yang harus dia lakukan? Kata Nick "Fokuslah pada pencarian itu!"Dalam hati Tommy berkata 'pencarian' bukan 'perekrutan' jadi memang ada sesuatu atau seseorang yang membuat Sang Bos membuka lowongan ini."Apa nggak langsung aja kamu bilang ke aku Nick, contohnya gini :Tom, kamu cari gadis cantik, seksi yang bernama xxx dengan ciri ciri begini begini! See? Itu jauh lebih cepat bagiku untuk menemukannya."Kata Tommy panjang lebar.Nick hanya memandang wakilnya yang sudah lama ikut di perusahaan keluarga dan sudah seperti saudara laki-lakinya, bahkan Tommy dekat dengan kedua Abang Nick, PS Jr dan Marc."Lakukan saja, Tom!" hardik Nick."Ok! Kaulah Bosnya, aku hanya usul untuk mempercepat dan membuat keadaan kembali normal!""Apa maksudmu 'normal' Tom?""Yah, normal ya normal Nick! Saat ini mereka semua yang harus berurusan denganmu pada berusaha menolak sebisanya, mencari banyak alasan hanya agar tidak usah masuk ke ruangan ini, mereka bilang UJI NYALI, ngeri!"Nick termenung."Mereka bilang senyummu lenyap diambil Demit (setan)...ngomong hanya sepatah sepatah.""Kau terlalu mendramatisir, sudah cepat lakukan perintahku Tom. Semoga secepatnya kamu berhasil membawa kabar baik.""Oke. Siap laksanakan tugas negara." Tommy bergegas keluar sambil bersiul.Nick kembali sendirian, dia tidak sadar bahwa selama ini ternyata dia sudah membuat anak buahnya ngeri.Nick menelepon detektif yang disuruhnya mencari jejak Kania.“Halo Bos! Ada perintah baru kah?”“Bagaimana hasil pencarian Kania?” tanya Nick dengan nada tak sabar..“Belum ada perkembangan Bos. Aku sudah mengerahkan semua anak buahku, melakukan berbagai macam cara. Tapi belum ada jejak yang bisa ditemui.”“Sama sekali tak ada jejak yang kau dapat?”“Benar Bos, akan aku coba mencarinya lebih luas lagi. Dan segera memberi tahu jika ada kabar terbaru atau penemuan yang baru.”“Baiklah, segera beri kabar jika ada perkembangan.”“Siap Bos!”Nick pun mematikan panggilan teleponnya. Ia benar-benar heran bagaimana bisa gadis itu sulit ditemukan.Padahal dia sudah mencari ke sana kemari, akan tetapi Kania seperti hilang di telan bumi.Bahkan tak ada jejak apa pun yang ditinggalkannya.Seolah memang Kania tak ingin ditemui.Betapa sangat sulit menemukan Kania meski pun sudah menyewa detektif termahal sekali pun.Sejak malam itu Nick malas bercinta dengan orang lain, dia merindukan seorang gadis yang ternyata masih perawan, yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa walau dalam keadaan setengah sadar.Dia merindukan gadis perawan yang begitu luar dan nakal di ranjang.“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa ... dia menghilang seolah tak pernah ada?” Ia begitu ingin sekali menemukan Kania, untuk apa? Dia pun masih belum tahu. Padahal hanya satu malam, tapi SATU MALAM yang bisa mengubah hidupnya.Nick hampir putus asa, saat ia teringat akan Marc, kakaknya yang memimpin perusahaan mereka yang di Aussie.'Yah siapa tahu, Marc mengenal Kania,' batin Nick dan langsung menelpon Marc.“Halo Nick, tumben telepon?” tanya Marc yang sedang rapat namun langsung menghentikannya dan menjawab telepon dari Nick.“Aku ganggu nggak? Lagi sibuk?” tanya Nick.“Hmm ... kenapa? Ada hal yang penting yang ingin kau bicarakan?” tanya Marc seolah mengerti akan kecemasan yang sedang dirasakan oleh Nick.Marc langsung memberikan tanda agar rapat ditunda dan menyuruh pegawainya keluar dari ruangan.“Tidak kok, bukan hal yang penting. Kalau kau sibuk kita bisa bicara nanti saja.”“Enggak kok, santai saja. Katakan ... tentang apa ini?”Nick terdiam sejenak, ia sedikit ragu karena dia pasti sudah gila sampai harus menanyakan tentang Kania pada Marc dengan kemungkinan satu banding sekian juta wanita. Tapi, sedetik kemudian Nick pun memantapkan niatnya karena tak ada pilihan lain menurut Nick untuk mencari tentang keberadaan Kania.“Begini ... apa kau ingat pernah bertemu wanita yang bernama Kania?” tanya Nick akhirnya. Ia langsung terdiam berharap mendapatkan jawaban seperti apa yang ia inginkan.“Kania? Tunggu sebentar, karyawan kita di sini?" Tanya Marc."Bukan." Jawab Nick."Karyawan di Indonesia?""Bukan."Hening sejenak."Lalu maksudmu aku kenal dia dari?""Maksudku siapa tahu kamu pernah dengar seorang gadis bernama Kania, karena dia kuliah di University of Adelaide, Aussie.""Oh, i see, nanti aku akan tanya di grup sebelah.""Thank you."“Hmm ... sepertinya aku tidak terlalu tahu banyak tentang orang-orang yang aku temui Nick. Sorry, aku gak bisa banyak membantu,” ucap Marc seolah mengerti niat Nick menelponnya untuk mencari informasi tentang Kania.Nick mencoba untuk tidak kecewa, ia sempat berharap siapa tahu dalam lingkaran pergaulan Marc di Australia ada jalan untuk menemukan Kania. Tapi sayangnya semua nihil. Nick menghela napas dan mengusap wajahnya. Ia benar-benar pusing dan tak tahu lagi harus bicara apa.“Nick?” panggil Marc karena Nick sama sekali tak bicara apa-apa.“Ah iya, nggak apa-apa. Sorry udah ganggu waktumu, kau pasti sedang sibuk bekerja. Tapi aku malah mengganggumu dengan urusan yang tidak penting.”“Bukan masalah, mungkin ini tidak penting bagiku. Tapi penting bagimu. Jadi jangan sungkan. Apa kau mau aku mencarinya? Mungkin akan ada kabar lain dari kenalanku yang lain,” ucap Marc mencoba membantu sekali lagi.“Oke, kalau kau tidak keberatan. Tapi, jangan terlalu berusaha. Aku tidak sedang buru-buru,” ucap Nick mencoba agar tidak merepotkan Marc lebih lagi.“Siaap, kalau begitu aku akan segera beri kabar jika ada penemuan baru.”“Oke, thanks.”Nick mematikan ponselnya, ia menghela napas dengan keras. Semua usaha sudah dilakukannya. Namun, masih saja belum menghasilkan apa-apa.Setiap hari dia mengecek rekeningnya, tapi Kania tak pernah menggunakan kartu yang Nick masukkan ke dalam tasnya. Nick tahu bahwa Kania sedang dirundung masalah dari percakapan mereka, dan jawaban tanpa sadar yang Kania ucapkan, Nick ingin sekali bisa membantu menyelesaikan masalah Kania.Nick berharap masalah Kania telah selesai dan tak membuat Kania berlarut-larut dalam kesedihannya.Pikiran negatif sempat muncul dalam benak Nick. Namun, sebesar apa pun masalah yang dihadapi Kania, Nick berharap Kania masih bertahan.Nick tak akan pernah memaafkan dirinya, jika sampai semua hal buruk itu terjadi pada Kania. Seandainya Nick bisa cepat menemukan Kania dan membantunya.Nick berandai-andai bahwa jika dia tak kehilangan Kania malam itu, mungkin saja Kania kini berada di sisinya dengan perasaan yang bahagia karena masalahnya terselesaikan.Setidaknya, Nick ada untuk membantu Kania untuk menyelesaikan masalahnya.Nick terus merutuki dirinya yang tak menemukan titik terang dari pencariannya akan Kania.“Ke mana wanita itu menghilang sebenarnya?” ucap Nick frustasi.Di sebuah kamar yang cukup besar, terdapat ranjang kecil dan juga box bayi. Ditepi ranjang, Kania sedang menimang bayinya yang baru berusia tiga bulan. Bayi jagoan yang persis Nick! "Anaknya Mommy haus yaa, yuk sayang kita minum susu dulu yuk," ucap Kania dan mulai menyusui bayinya.Matanya nanar menatap sang buah hati yang begitu tampan. Mata, hidung, bibir bahkan alisnya sama sekali tak mirip dirinya. Kania mengernyitkan dahinya, ia baru menyadari jika wajah bayinya itu sangat mirip dengan ayahnya, Nick.Kania heran dia masih bisa membayangkan wajah pria itu walau satu tahun telah berlalu. Wajah tampan dengan rahang kokoh yang mencerminkan pribadi yang kuat.Selama ini Kania terus memutar otak, menimbang di sana sini dalam rangka menemukan cara yang tepat untuk memberitahu tentang keberadaan Nicholas kepada ayahnya. Sejak tahu dirinya hamil, Kania sudah ingin memberitahu Nick hanya saja saat dia sampai di area parkir kompleks apartement Nick, tanpa sengaja Kania melihat Nick
Pagi ini terasa begitu berbeda, Kania yang biasanya pagi-pagi sudah sibuk dengan Nicholas, kali ini menyerahkan Nicho pada bik Sih.Kania yang mendapatkan jadwal untuk interview CV SayOnTrack memulai aktifitas paginya dengan mengecek ulang segala persiapan dan berkas-berkas yang harus dibawanya. Setelahnya Kania sedikit melakukan perawatan wajah yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena kulitnya sudah sehalus baby.Sambil mengoleskan lotion, tiba-tiba Kania teringat ucapan sahabatnya...."Di sana bosnya tampann dan buaikkkk banget, cuma nggak suka cewek!" Senyum terbit di sudut bibirnya, seandainya pria itu adalah bosnya alangkah bahagia hatinya, dia bisa bekerja dengan super tenang karena tahu tidak akan ada rayuan murahan di antara mereka. 'mimpi Nia, nggak mungkin kan, itu bos nya Antampura bukan SayOnTrack!' Dalam hati Kania menertawakan impiannya yang mustahil itu. Kania membuka lemarinya dan mengambil beberapa kemeja dan rok selutut. Awalnya dia akan memakai kemeja pu
Pria itu sudah tua! Kania memaki kebodohannya sendiri, dari kemaren dia selalu membayangkan cerita sahabatnya padahal ini bukan PT Antampura! Jelas saja dia tidak bertemu BOS MUDA yang tampan. Astagaaaaa...'kania fokus! Kania fokus!' Kania berusaha berkonsentrasi pada apa yang dihadapinya.Kania pun berjalan masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu."Selamat pagi Pak Mochtar,” ucap Kania dengan sangat sopan."Oh ya, silahkan duduk. Apa bawa berkas CV nya?” tanya Pak Mochtar Ulin.Kania segera menyerahkan map-nya. "Oke, tunggu sebentar yaa.”Kania pun duduk dengan tegak dan menunggu dengan sabar melihat Pak Mochtar Ulin yang sedang membaca lamaran dan semua dokumen pendukung yang dibawa oleh Kania.“Semua data yang kau berikan sangat berguna dan cocok dengan salah satu posisi yang sedang kosong saat ini.”“Terimakasih Pak.”“Jika saya boleh tahu, kenapa Kania ingin bekerja di sini?”“Saya ingin bergabung dengan per
Walau enggan berdandan, Kania mengganti baju rumahnya dengan dress one piece simplicity berwarna hijau daun yang makin menonjolkan keindahan kulit Asia-nya. Kania bermaksud memakai baju yang sederhana akan tetapi dia tidak tahu efex gaun itu di tubuhnya. Saat Kania berpamitan dengan bik Sih terdengar bunyi decit halus ban mobil. Sebuah mobil terparkir di depan rumah Kania, Bella turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu. Bella belum sempat mengetuk pintu karena Kania sudah membukanya dan langsung menarik Bella untuk segera naik mobil."Eh kok langsung berangkat aja, aku mau lihat Nicholas dulu loh," ucap Bella yang tetep duduk di kursi supir tanpa menyalakan mesin."Lagi tidur, yuk ah keburu macet entar," ajak Kania lembut sambil memasang seatbelt-nya."Macet apaan malam-malam begini, semua orang udah pada diem di rumah," jawab Bella sambil membawa mobilnya keluar dari rumah Kania."Nah itu baru bener. Malam itu di rumah bukannya berkeliaran di jalan kek kita."Bella tertawa."Ak
Sambil makan mereka menikmati dentingan piano, Kania teringat saat dia bermain piano dulu.Ada perasaan yang janggal dalam hatinya, perasaan rindu seseorang namun segera Kania tepis jauh-jauh.Hanya satu malam...sepanjang malam tapi kenangannya masih begitu kuat terpatri dalam hatinya!Dia masih harus fokus dengan tujuan hidupnya semula yaitu membalas sakit hatinya, mengambil kembali perusahaan keluarga dari tangan ibu tiri dan mantan tunangannya. Tujuan yang harus ia atur secermat mungkin untuk meminimalkan resiko kegagalan. Kania memandang pemain piano, ia melihat seorang wanita yang dengan lihainya memainkan jemari lentiknya. Namun Kania tak mengenali pemain piano itu. Dulu Dilla yang menjadi pemain piano, sekarang nampaknya sudah tidak lagi."Hmm, berarti sudah ganti orang," pikir Kania lalu melanjutkan makannya. "Nanti mau pesen buat bawa pulang gak?" Tanya Bella."Buat Bibik?""Ya iyalah, ada siapa lagi emang di rumah huh? Ada penghuni lain yang aku nggak tahu?" Tanya Bel
"Siapa dia?" "Aku tidak terlalu kenal sebenarnya..." Jawab Dilla."Dia jelas tidak menginginkan aku, dia hanya membutuhkan sesuatu dariku." Makin lama makin pelan suara Dilla. "Dia ingin kau mengandung anaknya?” tebak Bella yang penasaran karena menurut Bella cerita Dilla bak cerita dongeng.Dilla memanyunkan bibirnya."Kalau cuma mengandung anaknya yah bukan masalah, pasti aku langsung okelah." "Hitung-hitung memperbaiki keturunan kan?""Bener banget, jika kalian bertemu dengan pria itu aku yakin kalian akan langsung jatuh cinta padanya seperti snow white,” ucap Dilla sambil dengan keras menghembuskan napasnya."Jadi kamu lagi jatuh cinta? Happy end dong.” ucap Kania menanggapi cerita Dilla. "Aku belum selesai, kalian harus tunggu sampai ceritaku berakhir, ini bukan cerita bahagia makanya aku tidak terlalu menyukai cerita ini.""Baiklah, jadi gimana kelanjutannya?" tanya Bella. "Awas kalau nggak denger baik baik." Ancam Dil
"Bagaimana penampilannya? Apa dia benar-benar tampan?" Sahut Bella tanpa menghiraukan sekeliling. "Wah kau harus melihatnya sendiri, kalau cuma diceritain gak akan kebayang."“Kalau begitu kenapa tidak kau rayu saja? Mungkin saja jika dia sudah bersamamu dia akan lupa dengan obsesinya terhadap Kania,”saran Bella. “Hei, jika semudah itu aku tidak akan sampai mengganti penampilan bukan? Hanya dengan melihatnya sekali, kau akan tahu kalau dia benar-benar hanya ingin menemukan Kania. Jelas aku enggan bersama dengan pria yang hatinya sudah terpaut wanita lain.”“Oh yaa? Kania GAYA PANAS apa yang kau lakukan hingga membuat pria kaya itu tergila-gila padamu?” tanya Bella dengan nada bercanda. Kania melempar serbet hingga mengenai wajah Bella."Mesum!""Aku nanya beneran Nia.""Aku pakai ilmu sihir!" "Oh ya?" "Kau gila, aku bahkan tidak mengerti kenapa dia sampai melakukan hal itu,” ucap Kania dan melirik ke arah lain. Seolah ada kegelisahan
Kania bergegas kembali ke mejanya tanpa dia tahu pria asing yang tadi memeluknya masih terpana di tempatnya.Sampai di meja, masih terlihat Bella berceloteh riang dengan Dilla, bahkan Bella dan Dilla terlihat mulai sedikit mabok. “Lalu aku pakai liptint ini, sangat bagus dan bikin bibirku makin glowing,” ucap Dilla menunjuk bibir pinknya yang terlihat glowsy.“Mungkin itu bagus untukmu, tapi aku tidak suka di ombre. Lihat ... merah menyala seperti ini sangat bagus dan cocok sekali denganku,” sahut Bella sambil menyesap minumannya.Kania yang baru saja datang kebingungan dengan pembahasan mereka yang sudah mulai ngawur. “Ah kalau kau pakai lisptik merah seperti itu kau hanya akan mendapatkan pria tua yang sudah beristri. Mereka akan menganggap kau pantas di jadikan wanita simpanan," cetus Dilla.“Lalu bagaimana dengan bibir ombre mu itu? Kau pikir akan dapat pria bujang yang kaya raya?” balas Bella.“Setidaknya aku akan mendapatkan brondong, karena kesannya lebih natural, lebih segar
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba