Sambil makan mereka menikmati dentingan piano, Kania teringat saat dia bermain piano dulu.Ada perasaan yang janggal dalam hatinya, perasaan rindu seseorang namun segera Kania tepis jauh-jauh.Hanya satu malam...sepanjang malam tapi kenangannya masih begitu kuat terpatri dalam hatinya!Dia masih harus fokus dengan tujuan hidupnya semula yaitu membalas sakit hatinya, mengambil kembali perusahaan keluarga dari tangan ibu tiri dan mantan tunangannya. Tujuan yang harus ia atur secermat mungkin untuk meminimalkan resiko kegagalan. Kania memandang pemain piano, ia melihat seorang wanita yang dengan lihainya memainkan jemari lentiknya. Namun Kania tak mengenali pemain piano itu. Dulu Dilla yang menjadi pemain piano, sekarang nampaknya sudah tidak lagi."Hmm, berarti sudah ganti orang," pikir Kania lalu melanjutkan makannya. "Nanti mau pesen buat bawa pulang gak?" Tanya Bella."Buat Bibik?""Ya iyalah, ada siapa lagi emang di rumah huh? Ada penghuni lain yang aku nggak tahu?" Tanya Bel
"Siapa dia?" "Aku tidak terlalu kenal sebenarnya..." Jawab Dilla."Dia jelas tidak menginginkan aku, dia hanya membutuhkan sesuatu dariku." Makin lama makin pelan suara Dilla. "Dia ingin kau mengandung anaknya?” tebak Bella yang penasaran karena menurut Bella cerita Dilla bak cerita dongeng.Dilla memanyunkan bibirnya."Kalau cuma mengandung anaknya yah bukan masalah, pasti aku langsung okelah." "Hitung-hitung memperbaiki keturunan kan?""Bener banget, jika kalian bertemu dengan pria itu aku yakin kalian akan langsung jatuh cinta padanya seperti snow white,” ucap Dilla sambil dengan keras menghembuskan napasnya."Jadi kamu lagi jatuh cinta? Happy end dong.” ucap Kania menanggapi cerita Dilla. "Aku belum selesai, kalian harus tunggu sampai ceritaku berakhir, ini bukan cerita bahagia makanya aku tidak terlalu menyukai cerita ini.""Baiklah, jadi gimana kelanjutannya?" tanya Bella. "Awas kalau nggak denger baik baik." Ancam Dil
"Bagaimana penampilannya? Apa dia benar-benar tampan?" Sahut Bella tanpa menghiraukan sekeliling. "Wah kau harus melihatnya sendiri, kalau cuma diceritain gak akan kebayang."“Kalau begitu kenapa tidak kau rayu saja? Mungkin saja jika dia sudah bersamamu dia akan lupa dengan obsesinya terhadap Kania,”saran Bella. “Hei, jika semudah itu aku tidak akan sampai mengganti penampilan bukan? Hanya dengan melihatnya sekali, kau akan tahu kalau dia benar-benar hanya ingin menemukan Kania. Jelas aku enggan bersama dengan pria yang hatinya sudah terpaut wanita lain.”“Oh yaa? Kania GAYA PANAS apa yang kau lakukan hingga membuat pria kaya itu tergila-gila padamu?” tanya Bella dengan nada bercanda. Kania melempar serbet hingga mengenai wajah Bella."Mesum!""Aku nanya beneran Nia.""Aku pakai ilmu sihir!" "Oh ya?" "Kau gila, aku bahkan tidak mengerti kenapa dia sampai melakukan hal itu,” ucap Kania dan melirik ke arah lain. Seolah ada kegelisahan
Kania bergegas kembali ke mejanya tanpa dia tahu pria asing yang tadi memeluknya masih terpana di tempatnya.Sampai di meja, masih terlihat Bella berceloteh riang dengan Dilla, bahkan Bella dan Dilla terlihat mulai sedikit mabok. “Lalu aku pakai liptint ini, sangat bagus dan bikin bibirku makin glowing,” ucap Dilla menunjuk bibir pinknya yang terlihat glowsy.“Mungkin itu bagus untukmu, tapi aku tidak suka di ombre. Lihat ... merah menyala seperti ini sangat bagus dan cocok sekali denganku,” sahut Bella sambil menyesap minumannya.Kania yang baru saja datang kebingungan dengan pembahasan mereka yang sudah mulai ngawur. “Ah kalau kau pakai lisptik merah seperti itu kau hanya akan mendapatkan pria tua yang sudah beristri. Mereka akan menganggap kau pantas di jadikan wanita simpanan," cetus Dilla.“Lalu bagaimana dengan bibir ombre mu itu? Kau pikir akan dapat pria bujang yang kaya raya?” balas Bella.“Setidaknya aku akan mendapatkan brondong, karena kesannya lebih natural, lebih segar
Ketiga gadis itu terdiam."Untuk siapa?" tanya Bella sambil berusaha terlihat cuek walau berharap itu untuk dia. "Ada pesannya...silahkan... terima kasih.” ucap pelayan mengangsurkan bunga dengan kartu bertuliskan : Be Careful Beb.Bella bergumam, "gue tahu ini buat siapa, gue sampe heran di mana aja yang namanya Kania selalu di kejar, barangkali pakai susuk di dada, atau di leher, atau di perut ... nggak habis pikir gue." “Lho kan belum tentu juga bunga ini untuk Kania!”Sanggah Dilla."Maksudmu?" "Siapa tahu untuk kita? Dari brondong untukmu atau dari pria tua untukku, dari mereka-mereka yang mendengar ocehan kita." Dilla dan Bella diam-diam melihat sekeliling dan tidak ada tanda-tanda seperti yang mereka inginkan. “Fix. Ini pasti dari salah satu penggemar gelapnya Kania,”kembali Bella menebak dan membaca kartu ucapannya. "Jangan sembarangan bicara, kita kan belum tahu pasti bunga itu untuk siapa,” ucap Kania yang tidak ingin menambah masalah baru dengan adanya penggemar t
Dari jauh Jackson tetap memandang ke arah Kania ... terus, berkali kali dan lama!'Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama,' kata hati Jackson.Dia melihat wanita yang lembut dan polos, tidak ada yang palsu, tanpa make up tebal, natural tapi tetap memikat, memukau!Benar-benar berbeda dari wanita lain yang pernah ia temui.Saat merasakan tubuh hangat itu dalam pelukannya rasanya sangat pas seolah mereka telah melakukannya ratusan kali. Jackson Drew terus melihat ke arah wanita jelita itu yang nampak serius, sepertinya sedang berdebat..nampaknya dia mengajak kedua temannya pulang. "Kita pulang, atau lebih tepatnya aku pulang! Terserah kalian ikut atau tidak, kau juga Dill, jika kau sudah selesai kerja ayo kita pulang, aku ingatkan kalian hanya aku yang masih bisa menyetir dan mengantar kalian pulang dengan selamat."Kania berusaha menyadarkan kedua orang temannya yang sedang di ambang batas. "Kalau mabok jangan setengah-setengah, sekal
Dilla mengutuk mulut Bella yang begitu lantang memanggil Kania, dia cemas, dia takut pria itu bisa melihat Kania di belakang tubuhnya. Untungnya tiga detik kemudian tubuh Kania sudah menghilang ke balik panggung. Dilla segera memberi tanda pada salah seorang anggota grup bandnya agar mengiringi Bella bernyanyi.Akhirnya keadaan mulai terkendali.Perlahan Dilla pun menghilang meninggalkan Bella dengan suaranya yang pas pasan, Dilla pergi mencari Kania yang telah bersembunyi terlebih dahulu. Dilla menemukan Kania, lalu mereka segera pergi melewati jalan darurat hingga akhirnya mereka tiba di tempat kosong di sebelah ruang kontrol.Dilla melihat ruang kontrol itu lalu timbul idenya untuk membuat kekacauan agar mereka bisa pergi dengan aman. "Kita bisa pergi dengan lebih sukses jika rencanaku berhasil." "Rencana apa?" Tanya Kania."Ini." Kata Dilla sambil tangannya melambai menunjuk ke arah lemari yang penuh dengan panel kontrol.Seketika
Kania berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai manajer keuangan di perusahaan outsourcing yang melayani segala keperluan PT Antampura.Bagi Kania saat orang HRD membacakan gajinya, tunjangannya dan berbagai bonus finansial yang bisa didapatkannya, semuanya menguap dan tidak penting saat Kania teringat satu lagi anak tangga yang berhasil didakinya membuat ia semakin dekat dengan rencana semula untuk membalas sakit hatinya, membalas perlakuan mereka yang membiarkan ayahnya terkapar sampai mati, dan yang paling penting mengambil kembali perusahaan dan rumah keluarga yang mereka rampas.Kania sangat senang hatinya.Dia mencoba setelan yang akan dia kenakan di hari pertama dia bekerja. Kania benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan dan gairah besar yang melandanya. Hari pertama bekerja pun tiba, Kania sudah berada di depan gedung kantor tempatnya bekerja. Kania menatap dengan tatapan yang sangat serius dan memantapkan hatinya untuk sukses mencapai tujuannya.
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba