Nick berjalan kembali menghampiri Kania. "Aku akan menemui dokter." Nampak Kania memandang dengan matanya yang sembab. "Hon..nggak marah sama Kania?" tanya Kania dengan suara tidak terlalu jelas.Nick menggeleng. "Nggak menyalahkan Kania?" kembali Kania bertanya seakan tidak yakin dengan jawaban Nick yang pertama.Kembali Nick menggeleng. Melihat Nia terpekur setengah tak percaya, maka Nick tidak jadi keluar dari kamar, dia kembali duduk di tepi ranjang Kania. "Tak satu pun dari kita yang tahu, apa yang akan terjadi bukan? Aku tidak menyalahkanmu, kalau ada yang harus disalahkan itu aku! Aku yang harusnya menjaga kalian dengan baik! Aku sudah merasa mereka akan membalas dendam tapi aku lalai menjaga kalian." "Bukan Hon, ini semua akibat aku yang ingin membalas dendam! Ini akibat aku ingin mengambil kembali semua yang sudah mereka rebut!""Itu memang hakmu, Nia. Tidak ada yang salah dengan orang yang berjuang demi haknya!" "Tapi lihatlah harga yang harus aku bayar, anak kita
Hari berganti, Kania sudah mulai tenang. Melihat perlakuan Nick, Kania yakin suaminya tidak menyalahkan dirinya kini yang tinggal hanya kesedihan mendalam karena kehilangan anak mereka. Yang Kania tidak tahu adalah Nick masih menyimpan kemarahan yang sangat dalam atas kehilangan anaknya. Nick sedari pagi telah bersiap-siap, sebenarnya dia ingin merahasiakan pengosongan rumah Kania yang akan dilakukan hari ini, akan tetapi hatinya tidak tega, jadi akhirnya Nick mengatakan terus terang dan Kania pun langsung mengatakan ingin ikut serta melihat prosesnya. "Bukankah sebaiknya Mommy di rumah saja?" "Nggak mau Hon, mau ikut!" "Mereka bukan orang-orang yang berpikir dengan otak dingin, Sayang! Nanti kalau mereka membabi buta?" Nampak Nia mengeringkan rambutnya lalu kembali bertanya, "bukankah mereka di dalam penjara?" Nick menggeleng, lalu mengambil alih handuk dari tangan istrinya dan mulai mengeringkan dengan lembut. "Mereka sengaja di lepas dahulu, begitu semua bukti sudah matan
"Jangan bangga dengan kemenangan kalian, aku akan membalas semua kekejaman kalian, ingat itu!" Teriak Bram sekuat tenaga. Bram yang mengeluarkan ancaman dengan membabi buta tidak ditanggapi oleh Nick, dia hanya berdiri dengan posisi siaga, siap melindungi miliknya yang paling berharga yaitu Kania Saraswati!Nick hanya berdiri disamping istrinya dengan kedua tangan mereka saling bergandengan. Tiba-tiba terdengar suara membelah kericuhan, " Bapak, Ibu, saudara, saudari sekalian, berdasarkan surat keputusan pengadilan negeri nomor 30061 bahwa pemilik rumah yang berhak adalah Nyonya Kania Saraswati. Harap segera keluar karena kami akan segera mengosongkan dan menyerahkan kepada yang berhak secara hukum yang berlaku."Sonya dan Emi histeris, Sonya berteriak seperti orang gila. Akan tetapi para petugas segera masuk ke dalam rumah memeriksa, mengunci pintu lalu menyegel rumah. Sekarang dengan resmi rumah dikembalikan kepada Kania. Sonya, Emi dan Bram hanya berdiri di pinggir jalan tan
"Oke Sayang, mari kita lihat seberapa hebatnya tangan dan bibir sakti ku!""Nggak mau kalau cuma tangan dan bibir sakti, cuddling doang." Nick tertawa lirih. 'boleh juga istriku, tambah hot!'" Jangan meremehkan keahlian bibir saktiku, Sayang." "Mari kita adu keahlian!" tantang Kania dengan sengaja menampilkan mimik jumawa. "Mana bisa murid mengalahkan guru?""Jangan salah....kalau berbakat, bisa kok murid mengalahkan guru." Nick tertawa lebih keras. "Pinter sekarang istriku bersilat kata, mari kita coba tanpa kata-kata." Seketika Nick menyerang leher istrinya. Nick yang sibuk dengan leher istrinya agak heran karena tidak merasakan ada balasan belaian dari Kania. Nick mengangkat lehernya dan terkejut melihat apa yang Kania lakukan. Kania sedang memegang ponsel dan sedang ber-swafoto! Nick bisa melihat dari sudut kamera yang sedang mengarah ke mereka. Nick yakin Kania sedang mengambil foto tangannya yang sedang meremas dada istrinya. Mengetahui hal itu, Nick malah membelai
Nick sedang berada di ruang rapat. Hari ini dia mengadakan video conference dengan saudaranya, PS Jr, Marc, dan mereka sedang menunggu Daddy mereka, Pierce Sebastian Senior bergabung dengan mereka. Rencananya setelah video conference ini mereka akan mengundang juga Tommy dan beberapa orang kepercayaan mereka, untuk membahas kelanjutan dari rencana mereka terkait penyelidikan yang sudah berjalan di lokasi kecelakaan tambang. Mereka sedang membahas tambang yang sampai saat ini masih belum menemukan dalang di balik sabotase yang terjadi. "Hasil penyelidikan yang mana yang akan kita bahas?" Kakak tertua, PS Jr angkat bicara.Nampak Marc hanya mengangkat keningnya. "Tanyakan pada adik kita yang saat itu langsung berada di tempat kejadian," jawab Marc. Nick memandang kedua saudaranya."Sebenarnya tidak ada hasil penyelidikan yang bisa kita bahas malam hari ini!" "Kalau begitu kita mau bahas apa? Aku tahu pasti ada yang penting harus dibahas hingga kau rela meninggalkan peraduan pan
"Apa maksud Daddy?" "Yah, maksud Daddy kalau kalian sudah mencari sedemikian rupa mengerahkan orang-orang terbaik kalian tapi masih belum juga menemukan hasilnya maka kalian harus berhenti sejenak, review ulang, apakah arah kalian sudah benar? Itu yang paling penting! Daddy kasih contoh." Nampak di layar Sang Maestro memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman lalu melanjutkan kalimatnya. "Saat Mommy kalian di bawa pergi, di culik, hampir tujuh bulan baru Daddy bisa menemukan itu pun karena Mommy menghubungi Daddy, baru sisanya Daddy yang kerjakan, tapi kenapa bisa sampai sebegitu lamanya? Karena Daddy mencari di tempat yang salah! Daddy mengira Hilda yang sakit hati ingin membalas dendam ternyata bukan, Daddy mengira kompetitor yang ingin menghancurkan Daddy, ternyata juga bukan! Wasting the time!" "Tapi Daddy...bagaimana kita tahu pasti? Kita masih berusaha mencari tahu, kan?"Sela PS Jr."Yap, tapi jangan terlalu yakin dengan perkiraan diri sendiri, agar saat ada tanda-tanda
"Daddy...." Nico langsung berlari begitu melihat daddy-nya berdiri di pintu.Nick menggendong anaknya dan langsung berputar-putar hingga Nico makin heboh menggerakkan tangan dan kakinya. "Lagi! Lagi!" "Wah anak Daddy udah pinter main perintah sekarang ya!" Kembali Nick mengayun badan Nico di udara. "Lagi!" kata Nico riang gembira. "Lagi Daddy!" Suara Nia menyela dan memberi contoh kalimat yang benar."Lagi Daddy..." Nico mengikuti apa yang Mommynya contohkan. "Iya, Sayang." Untuk yang kesekian kalinya mereka berputar lalu tiba-tiba stop! Nick menurunkan Nico yang langsung protes."Nico nggak mau tulun Daddy, ndong lagi." "Tunggu sebentar jagoan, duduk tenang-tenang, nanti Daddy gendong lagi." Nick melihat jagoannya langsung duduk dengan kedua tangan di lipat. 'bagus!'Nick mulai mengajarkan dasar-dasar pria tangguh kepada anaknya. Setelah melihat Nico duduk tenang, Nick segera menghampiri Nia yang sedari tadi mengamati interaksi mereka dengan senyum di bibir. "Hai." "Hai,
"Memangnya siapa yang suruh kamu ketemu orangnya? Aku cuma butuh nomor teleponnya, Tom!" "Lha, ya kalau ketemu orangnya aku akan tanya teleponnya, gitu!" "Oleng odel, Lu. Ngapain juga harus cari orangnya, cari teleponnya aja, tanya sana sini kan?" Terdengar tawa Tommy. "Bos bos..." Nick langsung menutup pembicaraan lalu keluar dari ruang kerja kembali menghampiri Nia dan Nico.Nick bisa melihat tanda tanya di wajah istrinya, tapi Nick pura-pura nggak tahu. Sebenarnya tiba-tiba terbersit dalam pikiran Nick untuk mengundang Bella berkunjung, sudah cukup lama Nick tidak mendengar Kania bercanda dengan Bella, biasa mereka janjian ketemu atau hanya melalui telepon. Biasanya walau hanya melalui telepon pun Bella bisa membuat Kania tergelak-gelak. Itulah sebabnya Nick menyuruh Tommy mencari Bella, agar bisa menghibur hati istrinya yang masih menyimpan kesedihan..."Ayo Sayang, main sama Daddy lagi." "Hole.." segera Nico melompat dari pangkuan Mommy-nya dan berlari mendapatkan Dadd
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba